Wednesday, 30 October 2013

Aku Rindu Auramu

Pada bumi yang pernah kaki berpijak, kala ku tengok kediamanmu
Di tepian bengawan solo tepatnya
Membentang tanah berbangun
Gedung sederhana jua rumah kayu, sederhana

Tak seorangpun dapat perlakuan beda,
Kala bertamu sowan kesana
Berpijak disana orang berbusana putih
Terpernjat nuraniku, kala petuah hikmah terujar

Lantunan syair kehidupan, menerpa bagai butir salju dari lazuardi
Putih bening nan terasa sejuk
Bergerombol membukit,memuncak mengkristal
Bagai mutiara bercahya,

Salju yang warnanya putih, selalu mencair kala diterpa panas
Putih, lalu dinginnya terasa, mendinginkan akar nadi menembus dahan nurani
Kala kupandang, mereka
Aku selalu merindu akan terpanya

Aku ingin memapah lara, kala kemarau tiba
Agar ku tak lagi terpanggang, terbakar
Agar tubuhku tak lagi gersang dan hangus
Agar malam tak lagi kelam, bungkam

Ah entah, mungkin aku menduga
Jadi sungguh takaut, kini aku...
Mungkinkah karna musim yang masih kemarau
Butir salju itu kini jarang menerpa

Sungguh ku ingin bermusim-musim singgah disana
Agarku tersejukkan butir-butir salju sejukmu
Agarku terpantuli kilauan cahya mutiaramu
Jadi  lentera malam-malamku




Kolong Langit Surabaya, 09:09. 29 Oktober 2013 

No comments:

Post a Comment