Saturday, 26 October 2013

Obrolan Plus dan Minus

-"Janganlah MENYEMBAH kuburan!"
+"Setahu saya, hanya mereka yang nalarnya bersumbu pendek yang selalu menilai negatif-justifikatif orang lain!"

-"Tak perlu merayakan mawlidurrasul, karena akan MENGKULTUSKAN beliau!"
+"Pobhia-mu terhadap sesuatu, kawan, tak perlu kau paksakan pada orang lain!"

-"Merayakan ma
ulid? Tak usah! Apa kalian akan menuhankan Muhammad sebagaimana Nasrani menuhankan Isa?"
+"Seberapa hebatnya dirimu, sehingga kau remehkan akal jernih kami dalam mencintai Baginda Rasulullah?"

-"Ah, dasar kelompok yang MEMPERTUHANKAN KIAI!"
+"Baiklah, maaf, saya malah curiga panjenengan mempertuhankan AGAMA, bukan mempertuhankan Allah!"

-"Bayi yang baru lahir tak perlu diadzani dan diiqamati. Hadisnya Dhoif, bahkan ada yang menilai Mawdlu'!"
+"Wahai ibunda, lebih baik mana; kalimat mulia nan syahdu atau ocehanmu yang pertama kali didengar telinga buah hatimu?!"

-"Itu tidak ada dalilnya. Bid'ah Dholalah!"
+ "Sudah berapa ribu kitab yang kau baca, sahabatku! Berapa ratus ulama yang kau cucup ilmunya? Bukankah lebih bijak tatkala kau katakan BELUM MENEMUKAN DALIL-nya!"

-"Tashawwuf, sufi, thariqah dan semacamnya itu bikin umat Islam pemalas. Jumud. Akhirnya gampang dijajah kaum kafir! Paham?"
+"Saya memahami ucapanmu, sahabatku. Tapi tidak memahami LOGIKA-mu. Sebutkan saja jumlah perlawanan terhadap kolonialisme yang dilakukan pengamal tarekat di berbagai negara dalam puluhan kurun. Tolong, sebutkan, sebutkan 5 saja! Masih berkilah, sebutkan minimal 50 nama muhadditsin dan fuqaha' yang merupakan sufi-sufi besar! Saya kira cukup sebagai panduan narasi historismu yang tendensius-justifikatif. Saya tidak menuduh panjenengan dungu, tapi saya kira panjenengan bisa memahami ucapan saya."

-"Kita harus kembali ke al-Qur'an dan Assunnah!"
+ "Kembali?! Kami bahkan tidak pernah MENINGGALKANNYA, mengapa harus KEMBALI?!

-"Ikuti Manhaj Salaf!"
+"Selama ini pegangan kami, guru-guru kami, juga karya para ulama Salaf! Sanad guru-guru kami juga terkoneksi secara valid dengan ulama penulisnya. Mengapa harus menjadi makmum madzhab Salaf versimu?!"

-"Laknat Allah bagi pelaku bid'ah seperti kalian!"
+ "Kami, ya, kami, maaf, selalu me-WASPADA-i siapapun yang mengaku memperjuangkan KEBENARAN, tetapi mulutnya menyemburkan kalimat laknat, caci-maki, dan kutukan terhadap saudara seiman!"

Setelah membaca dialog di atas, bagi panjenengan yang mau menanam bibit nasehat menggunakan kalimat normatif, seperti
"Mengapa perkara seperti ini dipersoalkan?!"
"Kapan umat bersatu jika terus seperti ini?"
"Ya Akhy, istighfar!"
"MasyaAllah, bukankah kita saudara seiman?!"
"Bertaubatlah ya akhy!"
.......dan nasehat lainnya, saya sarankan, agar menyimpan kalimat tersebut di brankas, karena saat ini saya hanya butuh suplai eskrim Magnum. Sesederhana itu, kawan!
--
Wallahu A'lam Bisshawab...



No comments:

Post a Comment