Wednesday, 2 October 2013

Berjumpa Sang Guru

Sore itu, matahari masih menyengatkan cahaya hangatnya terasa di badan. aku
dan seorang teman sedang pulang dari kampus, tiba-tiba di jalan motor yang kami kendarai ban nya kempes, aku pun turun melihat kondisinya ternyata ban bagian belakang bocor, dan segeralah temanku pun turun dari motor tersebut dan mendorongnya  ke tepian jalan. Aku sembari celingak-celinguk ke sekeliling jalan, melihat ada bengkel atau tempat tambal ban, tidak?. Ternyata kulihat di ujung jalan dekat tikungan itu terdapat. papan bertuliskan Tambal Ban.

Aku pun segera memberi tahu temanku, “Bro.. itu lho di ujung jalan sana ada tempat tambal ban, ayo kita bawa kesana saja motornya.”. temanku hanya menjawab “ iya ayo, bro” jawabnya singkat, sembari segera berjalan mendorong motornya aku pun mengikutinya dari belakang. Beberapa menit kemudian sampailah kami, di tempat tambal ban itu.

*****
“Pak ini saya minta tolong , tambalkan ban ku ya..” kata temanku kepada tukang tambal yang ada disana.
“ oh iya mas, siap. Tunggu ya”.Di sebelah tempat tambal ban itu ternyata ada warkopnya. “Wah kebetulan ini sambil menunggu yuk kita ngopi dulu bro”.
Kata temanku kepadaku. “ Oke. Ayo bro.”.
lalu temanku pun bilang kepada tukang tambal yang telah mulai melepas ban belakang motor kami tadi. “ pak, sembari menunggu saya ngopi di warung itu dulu ya?”.
"oh .. iya mas.. silahkan, iya tepat mas daripada nunggu sambil bengong kan lebih enjoy dengan ngopi itu.” Jawab tukang tambal ban.
"oke..pak saya tinggal dulu ya” ucap temenku sembari menyeret tanganku. 
Dan kami pun lau  mampir di sebuah warung kopi di pinggir jalan itu. Bukan rasa haus sebenarnya yang membuat kami singgah disitu. Dan disana pun terlihat seorang pemuda sedang duduk menikmati kopi dan ternyata itu adalah temanya temanku. Sedang pemilik warung itu adalah sepasang suami-istri asal Lamongan, yg saya duga dari logat bicara mereka. Kami berdua pun memesan kopi. seperti biasa kami sering ngobrol jika telah duduk bersama di warkop. ya ngobrol tentang apa saja. kadang dan yang sering itu membincangkan masalah yang sedang aktual pada pemberitaan media.
lalu perbincangan itu pun dimulai. temanku berkata mengawali obrolan; "Negeriku Negeri Impor. daging impor, kedelai impor, gula tebu pun impor, mobil murah impor.....bla.. bla.........impor".
"ya seneng lah berarti negerimu itu negeri kaya raya mas . "coba bayangkan apapun bisa di beli, bermerk luar negeri lagi, apa ndak bangga kamu...???". temanya menimpali ucapan temanku.
dan temanya temanku lagi bertanya padaku dan temanku. "lha trus kapan negara kita ini akan mengekspor smua itu, padahal negeri kita inikan ada ladang persawahan, perkebunan yang banyak nan luas...juga coba kita lihat tanahnya pun subur, rumputnya pun biasanya tak usah ditanam lho sudah tumbuh sendiri.".
"oh iya mas ku jadi teringat, seperti yang digambarkan oleh group band Koes Plus dalam lagu Kolam Susu, berikut lantunan syairnya " Bukan Lautan Hanya Kolam Susu Kail dan Jala Cukup menghidupimu. tiada badai tiada topan kau temui Ikan dan Udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman...". sembari nimbrung obrolan, aku hanya bisa mendendangkan lagu...
"Nah, dalam hal ini siapa sebenarnya, kepada siapa kita bisa sharing, diskusi rembugan membahas problem ini tuk mencari solusi". tanya temanku kepada ku, dan temanya.

*****
beberapa saat kemudian datanglah seseorang dengan mengenakan busana serba putih; baju koko putih, bersarung putih dan berkopyah putih serta sorban mengalung di pundak beliau. beliau berjalan dari kediamannya, nak hendak menuju ke masjid sepertinya, nampak dari pakaian yang dikenakannya itu. namun sang pemilik warung yang aku singgahi ini, telah melihat beliau dari kejauhan ia pun langsung menyapa dan mempersilahkannya mampir singgah di warungnya. "Pak yai..Monggo, mampir ngopi riyen..(pak kiai .. mari silahkan mampir ngopi dahulu." beliau pun langsung menghampiri menuju warung dengan langkah santa nan terlihat cara berjalannya dengan menundukkan kepala, nampak kian berwibawa nan bersahaja. beliaupun masuk ke warung dan mengawali dengan senyum ramah menyapa, dari sikap keramahan itu sang pemilik warung  sudah akrab sekali terhadap beliau itu, lalu berbincang santai beberapa menit saling bertanya dan menjawab, nampak jua sesekali diselingi humor kecil sebagai bumbu penyedap obrolan tanda keakraban.kemudian sang pemilik warungpun menawari beliau, "pak.. ini saya buatkan kopi ya..?"."oh, mboten  bu, terimakasih nanti saja, soalnya barusan saya ngopi di rumah tadi bu" jawab beliau dengan nada lirih nan bahasa santun  melihat aku, temanku yang sedang mengobrol beliau mendahului dengan tersenyum ramah layaknya menyapa, kami semua pun membalasnya dengan senyum , terlihat dari senyumnya itu senyuman tulus memancar, kupandangi wajahnya lekat -lekat, nampak sisa air wudlu masih membasahi wajah beliau yang rupawan nan teduh menyejukkan, seperti ada bias-bias cahaya dalam wajahnya ketika tersorot sinar mentari yang menyelinap dari lubang kecil pada atap warung itu. beliaupun mulai dahulu menyapa pada kami lalu kami pun menjawabnya, dan kami semua saling mengobrol satu sama lain, berlanjut pula pada pembahasan obrolan kami bertiga yang sedari tadi berbicara mengenai kondisi negeri saat ini. dan pada akhirnya beliaupun ikut nimbrung dalam perbincangan tersebut selama beberapa menit, adapun pada akhir perbincangan ini berpesanlah beliau dengan nada yang santun kepada ku, temanku dan temanya.
Kalau kita harus menunjuk, itu karna kita harus sudah melewati rakaat-rakat hidup kita. dari berdiri, ruku' sampai sujud. Dan itu harus demi keselamatan kanan kiri kita pula. Untuk dunia mungkin kita hanya seseorang, dan bagi seseorang mungkin kita bisa menjadi dunianya.
aku, temanku dan temannya temanku itu, hanya terdiam seribu bahasa. sembari mengernyitkan kening dan sedang aku sendiri hanya bisa bengong saja..sambil garuk-garuk kepala. Saya dan temanku mulai colek-colekan mendengar pesan yang syarat akan hikmah tadi itu.

*****
Adzan ashar pun berkumandang dari menara masjid di dekat warung itu. aku dan temanku lalu berpamitan. Saat aku dan temanku meninggalkan warung tadi, rasa penasaranku masih berkecamuk dalam relung pikiran, dan temanku pun demikian. lalu kami berdua sengaja berhenti sejenak untuk mengamati beliau tadi, ternyata Tuhan izinkan mata kami ini melihat sebuah pemandangan yg teramat indah. Disana terlihat beliau yang berbusana serba putih tadi menuju masjid dengan disapa semua orang yang ada di seantero jalan antara warung dan masjid tersebut. dan di masjid pula orang yang sudah berkumpul terlihat dari jendelanya, saling mengulurkan tangan menjabat tangan beliau itu lalu menciumnya. subhanallah..
Dalam hati ku berkata, Beliau adalah gerimisku, yang datang setelah gersangnya bumi kala kemarau. Pelangiku, yang hadir setelah hujan, Beliau adalah bintangku, yang bersembunyi namun menghias di antara kolong langit..("mulai sekarang aku ingin memanggilnya Guru Sejati"). beliau itu telah membuat orang-orang disekitarnya  bangga nan menghormatinya dihadapan makhluk saat di dunia. Saya yakin, beliau itu pun akan membuat bangga semua orang kelak di akhirat di hadapan Tuhan Sang Maha Pencipta.

No comments:

Post a Comment