"Karina Arista? Silahkan keluar dan kerjakan tugasmu!"
aku berjalan menunduk keluar kelas. Semua pasti mengejekku sekarang.
Aku naik keatap sekolah, disini sepi jadi aku bisa berkonsentrasi mengerjakan tugasku. Ku ambil posisi duduk dipinggir bersandar pada tembok pembatas setinggi pinggang. Ku buka bukuku dan mulai mengerjakannya. Aku mencoba mengingat rumus rumus yg berhubungan dg soal ini dan yg kuingat adalah ciuman itu! Kenapa itu?
Kupejamkan mataku untuk berkonsentrasi dan lagi lagi yg nampak adalah peristiwa menjijikkan itu.
"ARRGGHHTT...!!" aku menjerit dan merengek seperti balita lalu menangis tak karuan. Kulemparkan bukuku kesembarang arah dan menekuk lutut kemudian membenamkan wajahku diantara lengan yg bertumpu pada lutut. Aku menangis! Berat sekali sih hidupku?
" Dasar cengeng!" suara itu muncul bersamaan dg bunyi langkah sepatu yg kian mendekat dan rasanya berhenti didepanku. Kuangkat wajahku dan melihat seseorang berdiri dihadapanku. Aku memandangnya dari bawah dan perlahan keatas. Tepat diwajahnya yg tersenyum sinis kearahku.
"Heh mesum! Beraninya kau muncul dihadapanku!" bentakku sambil mengusap kasar pipiku.
"apa? Mesum? Jangan asal menuduh kau!" Pletak! Ia menjitak kepalaku. Aku meringis.
"apa lagi kalau bukan mesum? Kau sudah berani beraninya menciumku!"
"aku terpaksa!kau menangis terus dan itu membuatku gila! Dan.. Bukankah sudah kuperingatkan kau agar diam dalam hitungan ketiga?"
"tapi kau tidak perlu lakukan itu! Apa kau melakukan itu pada semua gadis yg menangis di hadapanmu?"
"enak saja! Itu pengalaman pertamaku tau! Sudah! Lupakan kejadian itu!"
"bagaimana bisa? Ciuman pertamaku itu untuk suamiku kelak! Beraninya kau curi!"
"ya ampun..kampungan sekali kau! Lupakan saja oke?"
"bagaimana bisa lupa?"
"jadi kau akan mengingatnya seumur hidup? Sudahlah.. Anggap saja itu tidak pernah terjadi!" aku menunduk, benar juga! Lupakan! Tapi..
No comments:
Post a Comment