D O A
By : Sarlen Julfree
Dalam resah dan gundah,
Raga ini bersimpuh
Di sudut ruangan, menghadap hadirat Tuhan
Menundukkan wajah, tak mampu menatap langit
Diam sejenak, menangis kemudian...
Berucap dengan suara parau bergetar
Takut salah, malu pada Tuhan
Perlahan dan teramat pelan,
Bait-bait kata terucap
Mengaku dan mengaduh...
Mengungkap segenap bilur-bilur kesalahan,
Antara kekotoran kata-kata, dan joroknya alam pikiran...
Tak terbilang pula rupa tindakan bodoh yang pernah dilakukan,
Sungguh, tiada lagi terhitung jumlahnya...
Kata-kata yang mengalir,
Seakan terpahat tanpa ada kata akhir
Memohon dengan memelas,
Menyesal dalam sesegukan tangis,
Merindu untuk diampuni, dihampiri dengan penuh kasih
Berharap Tuhan tak mengingat-ingatnya lagi...
Hingga noda hilang, kembalikan keceriaan
Lamat-lamat,
Sebongkah harapan semakin kencang dicurahkan
Tak ingin hati ini lama meredam penat
Karena t'lah lelah memendam gundah...
Hingga terpuruk jiwa luluh ke tanah
Tak kuat menanggung beban...
Tak kuasa merapati kebodohan...
Sebuah derita kalbu, sukma yang mengaku
Berserah sudah...
Merendah dalam pasrah...
Berharap, semua sesak segera usai
Saat barisan kata-kata doa, dinaikkan
Dalam ketegaran, hati ini percaya :
Tuhan tak akan pernah menjauh,
Tuhan tak pernah tidur
'tuk dengarkan segenap pinta,
Hingga sungguh, mukjizat itu nyata...
Ketika masalah diserahkan
Dalam rengkuhan kasih, urapan tanganNya
Tuhan... Tuhan... Ya Tuhanku...
Ini aku anakMu...
Tilik hatiku, kasihanilah aku,
Pegang tanganku erat-erat...
Dekap aku dalam hangat KasihMu...
Dengarlah pintaku...
Jangan biarkan aku terjatuh,
Semakin lemah karena dosa-dosaku...
Jakarta, 15 Desember 2007
No comments:
Post a Comment