Laki-laki dan perempuan, merupakan makhluk hidup karya cipta Tuhan yang paling sempurna. Tuhan menciptakan dalam derajat yang sama, dimana keberadaan perempuan, untuk melengkapi hidup laki-laki, sedangkan kehidupan seorang perempuan, akan lebih mengalir apabila ada seorang laki-laki yang mengayomi serta mendampingi, disampingnya.
Seiring perjalanan waktu, kehidupan menghadirkan suatu pola pemikiran, yang berkembang sebagai budaya peradaban manusia, dimana prinsip budaya tersebut, tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, dimana perempuan diposisikan tidak lagi sepadan harkat dan martabatnya dengan laki-laki.
Banyak laki-laki, pada akhirnya, memandang rendah keberadaan perempuan dalam kehidupan. Alur selanjutnya, kehidupan telah menempatkan perempuan sebagai instrumen laki-laki untuk mencapai kebahagiaan atau kesempurnaan hidup (Mary Wollstonecraft - A Vindication of Rights of Woman).
Nilai-nilai budaya masyarakat yang merendahkan dimensi kehidupan yang dapat dilalui perempuan, dapat dilihat dari pembatasan hak-hak perempuan untuk bisa menjalani kehidupan secara layak.
Perilaku diskriminatif ini, membuat kehidupan banyak perempuan berada dalam tekanan, sehingga mereka tidak dapat menunjukkan kemampuan serta potensi diri mereka secara bebas, berekspresi tanpa ada batasan, sama seperti halnya dengan kebebasan yang dimiliki laki-laki.
Indikasi adanya perubahan cara pandang budaya masyarakat, baru dapat dirasakan ketika kehidupan mulai memasuki era modernisasi. Kemajuan hidup yang berjalan seiringan dengan perkembangan jaman, telah menghadirkan cara pandang serta pola pemikiran baru, yang lebih bersahabat kepada perempuan, sehingga perempuan dapat menampilkan citra dirinya ditengah-tengah masyarakat.
Citra Diri Perempuan
“A person’s view toward self appears to be a powerful determinant of behavior, personal decision making, and aspirations for the future”. (Einsberg dan Delaney - 1977)
Sejatinya, setiap orang memiliki citra diri. Namun, ada satu hal mendasar yang membedakan antara citra diri pada sosok seorang perempuan dengan citra diri yang melekat pada sosok seorang laki-laki. Pembedanya adalah : citra diri diri pada sosok seorang perempuan, telah nampak semenjak berusia kanak-kanak, sebagai suatu gambaran yang muncul atas penilaian orang lain.
Because how she appears to others, and ultimately how she appears to men, is of crucial importance for what is normally, thought of as the success in her life. (John Berger)
Mungkin, karena itulah perempuan lebih memperhatikan penampilan dirinya dibandingkan laki-laki. Seorang perempuan akan segera mengkoreksi penampilannya, apabila ada orang yang memberikan penilaian, kalau penampilan dirinya tidak sesuai dengan citra dirinya.
Citra diri memang berkaitan dengan penampilan. Oleh sebab itulah, penampilan amat penting bagi perempuan. Quality of life seorang perempuan seakan-akan mundur satu langkah apabila dirasakan penampilan dirinya tidak mencerminkan siapa dirinya. Adanya pemikiran seperti itu, bisa membuat seorang perempuan kehilangan rasa percaya diri.
Orang banyak lebih mengartikulasikan baiknya penampilan seorang perempuan sebagai kecantikkan diri seorang perempuan. Daya tarik akan muncul dengan sendirinya apabila perempuan dapat tampil cantik secara proporsional, meskipun secara fisik, jauh dari “bentuk” ideal.
Laki-laki melihat perempuan dari penampilan fisiknya, karena memang, bentuk fisik merupakan hal pertama yang mengimajinasi pemikiran seseorang, sesaat setelah sosok diri ditangkap oleh mata. Definisi kata cantik akan semakin meluas ketika komunikasi sudah mulai terjalin.
Hasil sebuah jejak pendapat yang dilakukan di Inggris menyebutkan, ada begitu banyak perempuan menderita karena sering kali bersikap latah dengan beragam pesona visualisasi dari kesempurnaan berpenampilan, yang dihadirkan melalui gaya berbusana serta trend tata rias dunia, padahal mereka tahu dan menyadari, tidak semuanya cocok untuk diri mereka.
Banyaknya pilihan yang bisa dipadu-padankan, mendorong perempuan tak pernah berhenti untuk berimajinasi agar dapat tampil sesempurna mungkin. Padahal, selain bisa dipadu-padankan, hal lain yang dibutuhkan untuk mempercantik diri lewat penampilan, adalah : nyaman digunakan dan punya cita selera baik, sehingga bisa mendukung adanya citra diri. Impresi orang lain akan berbeda apabila perempuan bisa memaknai cita rasa sebagai wujud yang mendukung hadirnya citra diri.
Jadi, dapat menampilkan sosok pribadi yang cantik, merupakan nilai penting yang perlu dihadirkan oleh setiap perempuan sebelum menunjukkan seluruh kualitas dirinya dihadapan orang lain, dimana tidak hanya cantik dari sisi penampilan, namun juga kepribadiannya. Oleh sebab itulah, perempuan harus meyakini bahwa dirinya cantik. Perempuan harus berani tampil cantik.
Seorang perempuan tidak bisa terlihat cantik kalau dirinya tidak percaya diri. Mungkin banyak orang yang tidak tahu kalau ada banyak perempuan yang merasa dirinya cantik, akan tetapi menganggap dirinya memiliki banyak kekurangan sebab dirinya tidak percaya diri.
Adanya perasaan inferior seperti itu membuat banyak perempuan lemah pada sisi self esteem-nya. Padahal, budaya masyarakat dan adanya cara pandang yang sempit dari banyak orang untuk melihat sisi cantik dalam diri seorang perempuan, membuat perempuan yang tidak memiliki rasa percaya diri, kesulitan untuk menemukan citra dirinya.
Perempuan yang percaya diri memancarkan keindahan sejati dari dalam hatinya sehingga dirinya menjadi enak dilihat (orang-orang menyebutnya sebagai "good looking"). (Dian Manginta)
"Rasa percaya diri membuat pikiran saya terbuka (lebih open minded), dan saya juga lebih mandiri.”
(Chairani Jusuf Kalla – putri bungsu mantan Wapres Jusuf Kalla)
Faktanya memang demikian. Rasa percaya diri bisa membuat seseorang menatap masa depan jauh lebih baik dibandingkan orang yang menikmati alur hidup dibawah bayang-bayang sikap tidak pe-de.
Sedangkan hal lain yang bisa membuat seorang perempuan tampil cantik, adalah apabila perempuan dapat hadir sebagai pribadi yang cerdas.
Perempuan yang cantik akan respect pada keadaan dirinya, namun juga dapat mengapresiasi dengan baik untuk setiap bentuk harapan yang diarahkan kepadanya. Semuanya itu dapat dihadirkan apabila seorang perempuan menunjukkan kecerdasan pola pemikiran dan kemampuan intelektualnya. Arti kecantikkan diri, juga mengemuka pada sikap cerdas yang ditunjukkan seorang perempuan.
Kalau mau bicara jujur, hanya sedikit orang yang berani mengatakan kalau pembawa acara talk show terkenal, Oprah Winfrey, cantik. Berbadan gemuk, tulang pipinya menonjol, kulitnya cukup legam, dan dengan bibir yang agak tebal. Dimana sisi cantiknya?
Akan tetapi, kejujuran penilaian banyak orang akan mengemuka ketika mereka memandang Oprah Winfrey secara utuh sebagai pribadi, dan tidak sebatas secara fisik semata : bahwa Oprah Winfrey memang merupakan seorang perempuan yang cantik.
Why? Karena Oprah Winfrey selalu berusaha tampil menarik serta dapat menampilkan kecantikkan dari dalam dirinya. You will see a different opinion from that.
Gak Ada Perempuan Yang Jelek
Dinamika kehidupan telah menampilkan sejumlah pandangan atau mitos yang menempatkan nilai kecantikan perempuan, bagaikan dua sisi mata uang : cantik dan jelek.
Padahal, apabila menyimak kembali isi Firman Tuhan secara mendalam, tidak pernah ada disebutkan kalau hasil karya cipta Tuhan itu, ada yang jelek. Jika memandang sisi kehidupan manusia, hanya ada satu yang bisa dikatakan jelek : adanya sikap atau perilaku yang jelek. Just that.
Oleh sebab itu, perempuan harus berani tampil cantik, dengan tidak membiarkan adanya pandangan atau pola pemikiran yang ingin memposisikan perempuan sebagai insan lemah, yang menerima saja adanya ungkapan yang menjustifikasi dirinya sebagai seseorang yang tidak menarik, dan tidak layak tampil bagaikan bidadari atau putri dari penguasa negeri.
Setiap perempuan harus berani menyangkal dalam hatinya, apabila ada pola pemikiran yang ingin membiaskan segenap harapan dan mimpi mereka, untuk dihargai serta mendapat perhatian orang lain, dengan mengatakan dirinya jelek. Anggap saja mereka sedang bercanda atau takut tersaingi.
Akan tetapi, perempuan harus mau menerima adanya pemikiran-pemikiran korektif yang ditujukan pada mereka. Sebab pada dasarnya, citra diri seorang perempuan, merupakan hasil dari kesadaran dan upaya diri untuk tidak mengacuhkan begitu saja, adanya pandangan-pandangan miris orang lain terhadap penampilan, sikap, serta gaya hidupnya.
Fakta menunjukkan, seorang perempuan yang selalu memiliki hasrat untuk bisa menampilkan citra dirinya, adalah perempuan yang telah siap untuk menggapai masa depan yang gemilang, siap untuk menghadapi persaingan, serta siap untuk bersosialisasi dengan berbagai kalangan.
Citra diri merupakan penilaian akumulasi. Adanya citra diri yang baik bisa diperoleh apabila setiap perempuan dapat tampil dengan penuh percaya diri, karena seseorang yang percaya diri, tidak akan merasa terbeban untuk menampilkan hal-hal menarik dari dalam dirinya, sehingga pandangan dan penilaian orang lain, tidak tertuju pada kekurangan diri yang ada pada mereka.
So, apabila ingin citra diri seorang perempuan dapat memikat perhatian (to be good inspiration for others) serta menghadirkan apresiasi dari orang lain, semuanya itu berasal dari ada atau tidaknya keinginan dan kemauan diri untuk berani tampil cantik, lebih percaya diri serta dapat menampilkan kemampuan intelektual dirinya.
Girls, you can do that. Be yourself.
Jika semua perempuan dapat menampilkan citra diri mereka, maka seluruh mitos dan pernyataan bersifat diskriminatif yang ingin menghadirkan wacana adanya perempuan yang jelek, hanyalah pepesan kosong belaka.
.Sarlen Julfree Manurung
Note :
Tulisan artikel ini terinspirasi dari buku yang berjudul : GAK ADA PEREMPUAN YANG JELEK, karya DIAN MANGINTA (wanita karir, aktifis perempuan, dan owner dari www.cantikselamanya.com).
Literatur lainnya, mengambil referensi dari buku berjudul : OPRAH WINFREY, karya AMELITA LUSIA (penulis buku dan artikel, mantan Redaktur Pelaksana majalah femina dan Matra)
No comments:
Post a Comment