PASAL 25 ayat 2, PASAL 25 ayat 6, dan PASAL 36
Wallaaa... Judul diatas, bukanlah sebuah thema artikel saya yang ingin membahas peraturan hukum yang berlaku di Indonesia, atau berkaitan dengan isi dari Firman Tuhan.
Pasal-pasal yang saya pakai sebagai judul diatas adalah sebuah perumpamaan, yang ingin saya pakai sebagai thema kampanye saya untuk para caleg yang saya referensikan untuk dipilih oleh rekan-rekan sekalian yang ada di wilayah Jakarta Timur.
Mereka adalah orang-orang terbaik yang beberapa hari belakangan ini, saya ikuti perkembangan kegiatan dan aktifitas sehari-harinya. Mereka adalah : Ir. Erwin Marpaung, Pdt. Tiapul Hutahaean, MTh, dan Pdt. Saut Hamonangan Sirait.
Nama-nama yang saya pilih, merupakan nama-nama caleg yang selama ini memiliki cukup banyak aktifitas yang membawa kebaikkan pada masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang berdedikasi tinggi dan serius memperjuangkan nasib rakyat.
Berikut, sekelumit pemaparan tentang nama-nama caleg yang saya referensikan tersebut :
PASAL 25 AYAT 2 (Caleg PDS untuk DPR RI nomor urut 2 Dapil DKI 1 Jakarta Timur) tercatat untuk nama : Ir. ERWIN MARPAUNG
Ir. Erwin Marpaung merupakan Caleg PDS nomor urut 2 dapil DKI 1 (Jakarta Timur) untuk DPR RI.
Tokoh pertama yang saya referensikan adalah : Ir. Erwin Marpaung, Pria keturunan Batak berusia 41 tahun. Sehari-hari aktifitas Bang Erwin adalah Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDS. Beliau juga seorang pengusaha yang bergerak dibidang konstruksi.
Pendidikan S1 Erwin Marpaung adalah Sarjana Teknik Sipil lulusan Institut Teknologi Indonesia, Serpong, pada tahun 1993. Gelar Master diraihnya di Sekolah Tinggi Teologia (STT) IKAT - Jakarta, bidang study Pastoral Counselling dan dilanjutkan dengan program doctoral S3 di bidang Pastoral Counselling juga dan lulus tahun 2007.
Keterlibatannya dalam sejumlah organisasi kemasyarakatan, membuat Ir. Erwin Marpaung mulai tertarik untuk terlibat aktif dalam kancah politik nasional pada tahun 2007, dan akhirnya memutuskan untuk menggabungkan diri secara resmi kedalam Partai Damai Sejahtera pada tahun 2008.
Dapat dikatakan, Ir. Erwin Marpaung merupakan tokoh muda bangsa yang berpotensi untuk menjadi pemimpin bangsa dengan semangat nasionalisme tinggi. Kepedulian Ir. Erwin Marpaung kepada bangsa ini, membuat Beliau menginginkan agar bangsa Indonesia dan parlemen kita tampil lebih baik.
Terkait dengan lembaga DPR RI, Ir. Erwin Marpaung menginginkan agar keanggotaan DPR RI kita pada periode 2009 - 2014, lebih bermartabat, lebih jujur dan terbuka pada rakyat, dengan mengutamakan pelayanan publik yang lebih berpihak pada rakyat, bukan pada kepentingan golongan atau kelompok tertentu yang ada di masyarakat.
PASAL 25 AYAT 6 (Caleg PDS untuk DPRD DKI Jakarta nomor urut 6) tercatat untuk nama : Pdt. TIAPUL HUTAHAEAN, MTh.
Inang atau Ibu Pendeta Tiapul merupakan Caleg PDS nomor urut 6 dapil DKI 1 (Jakarta Timur) untuk DPRD DKI Jakarta.
Ibu Pdt. Tiapul Hutahaean, MTh. merupakan salah seorang pendeta di HKBP, pada saat ini ditempatkan di HKBP Perumnas Klender, Jakarta Timur. Pengukuhan Inang Pdt. Tiapul Hutahaean, MTh. dilakukan pada tanggal 16 April 1995.
Ibu Pdt. Tiapul, lahir pada tanggal 30 November 1963. Menikah dengan Ir. Sahat Manihuruk. Oleh sebab itu bisa dikatakan kalau Inang Pdt. Tiapul Hutahaean, MTh. termasuk kedalam tokoh muda bangsa yang berkeinginan agar bangsa Indonesia menghargai adanya kesamaan hak diantara umat beragama di Indonesia.
Aktifitas harian Inang Pdt. Tiapul Hutahaean, MTh. yang bergerak dalam kegiatan pelayanan Firman, menempatkan Inang Pendeta sebagai calon pemimpin masyarakat yang menjauhi perilaku atau perbuatan yang lekat dengan dosa, layaknya tindak pidana korupsi, dan lebih mengedepankan berbagai bentuk kegiatan yang lekat dengan pelayanan kemasyarakatan, khususnya pembinaan mental, moral, serta kerohanian.
Pada saat ini, pencalonan diri Inang Pdt. Tiapul Hutahaean, MTh. sebagai caleg PDS untuk kursi DPRD DKI Jakarta, memperoleh banyak dukungan dan berharap dukungan dari Keluarga Besar MANIHURUK, Keluarga Besar HUTAHAEAN, Keluarga Besar SAGALA, Keluarga Besar SIBARANI, Keluarga Besar PANGARIBUAN, Keluarga Besar SILALAHI, Keluarga Besar PARNA, dan anggota JEMAAT HKBP yang ada di wilayah Jakarta Timur.
PASAL 36 (Caleg DPD DKI Jakarta) tercatat untuk nama : Pdt. SAUT HAMONANGAN SIRAIT
Amang atau Bapak Pendeta Saut Hamonangan Sirait merupakan Caleg DPD dari DKI Jakarta.
Bapak Pendeta Saut Hamonangan Sirait, merupakan seorang Pendeta yang bergiat dalam banyak aktifitas sosial kemasyarakatan.
Pendeta yang ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada tahun 1992 ini, lulus sebagai sarjana S1 dari Sekolah Tinggi Teologia (STT) Jakarta. Bapak Pdt. Saut Sirait juga lulus sebagai sarjana S2 bidang Etika Politik di kampus yang sama.
Cukup banyak aktifitas Bapak Pdt. Saut Sirait. Bapak Pdt. Saut Sirait pernah menjadi Wakil Ketua Pemuda HKBP Tanjungkarang, Lampung, Sekretaris Senat Mahasiswa STT, Ketua GMKI Jakarta,Sekretaris Pokja Pemuda PGI, Ketua Pannas Perkemahan Kerja Pemuda PGI 1985-1990, Ketua DPP GAMKI, DPP PIKI, Sek. Ikatan Alumni STT Jkt.
Bapak Pdt. Saut Sirait adalah salah seorang pendiri Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI) pada tahun 1996, yang didalamnya bernaung pula 13 ormas pemuda dan mahasiswa. Aktifitas lainnya, Bapak Pdt. Saut Sirait pernah pula menjadi Direktur Departemen Pemuda Kantor Pusat HKBP, untuk masa bakti 1991 - 1996.
Bapak Pdt. Saut Sirait juga pendiri dan deklarator dari Komite Independen Pemantau Pemilu bersama-sama dengan Nurcholis Madjid (alm), Gunawan Muhammad, Mulyana Kusumah, Budiman Sudjatmiko, dll.
Dalam cakupan tingkat nasional lainnya, Bapak Pdt. Saut Sirait juga pernah menjadi Wakil Pengawas Pemilu Pusat RI, tahun 2004.
Pada saat ini, Bapak Pdt. Saut Sirait adalah Ketua Umum DPP Partisipasi Kristen Indonesia dan Dewan Kurator dan Narasumber Pendidikan Politik PGI.
Cukup lengkap kan? So, referensi ini memang saya buat berdasarkan data yang ada dan dapat diperoleh masyarakat umum. Mungkin, kita bisa menemukan kekurangan dalam diri mereka. Tapi, janganlah kita membiasakan diri melihat kekurangan orang lain, dan berpikir negatif akan orang lain.
Mari, kita pandang mereka sebagai sosok yang mau bekerja untuk rakyat, demi kebaikkan, demi masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera, damai, dan takut akan Tuhan.
Kalau ada pertanyaan, kok orang batak semua? Well, hanya mereka yang saya kenal dan peroleh data atau informasi yang cukup banyak. Saya tidak berniat bersikap diskriminatif. Tapi kalau teman-teman ada nama caleg lain yang ingin dipublikasikan, monggo, kita kerja sama untuk mempublikasikan mereka.
Besar harapan saya, orang-orang Kristen dan orang-orang Batak di Jakarta, menyatukan suara untuk mendukung caleg PDS. Selain sekarang lebih bernuansa nasionalis, hanya PDS yang memiliki tingkat kepedulian tinggi atas kaum minoritas yang tertindas dan hak-haknya dirampas atau dilecehkan.
Satu hal yang terpenting :
HANYA ANGGOTA DPR DARI FRAKSI PDS SAJA YANG BERSIH DARI KORUPSI, BAHKAN TIDAK PERNAH MENERIMA ATAU MENOLAK UANG GRATIFIKASI.
Pernyataan ini tidak melekat pada partai politik lain yang memiliki anggota di DPR.
Tuesday, 31 March 2009
Mari, Memilih Wakil Rakyat yang Tepat
Satu periode keanggotaan DPR dan DPRD kita, sebentar lagi akan berakhir. Banyak hal yang telah dihasilkan, namun tidak sedikit pula pengungkapan-pengungkapan perilaku buruk dari para anggotanya, menjadi bahan pembicaraan luas ditengah-tengah masyarakat.
Harus diakui, banyak anggota DPR RI dan DPRD kita yang bermasalah. Banyak yang tidak bertindak sebagai wakil rakyat, karena cenderung lebih mementingkan kepentingan partai dan aktif mencari imbalan jasa atas setiap usaha atau kegiatan rapat yang mereka lakukan.
Jadi jangan heran kalau tidak sedikit anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009 yang tersangkut masalah hukum, karena mereka memang benar-benar tidak berniat sebagai wakil rakyat, namun sebagai wakil partai.
Perilaku yang tidak mementingkan rakya, masih pula ditambah dengan adanya perilaku amoral dalam diri sejumlah anggota DPR dan DPRD kita, yang suka melakukan tindak pelecehan kepada kaum perempuan, atau menjadikan kaum perempuan sebagai "insan" melampiaskan nafsu birahi yang tak mampu ditahan.
Baik buruknya moral seseorang, memang kita tidak tahu. Namun selayaknya kita, sebagai warga negara yang berhak memilih wakil-wakilnya di DPR, tidak memilih pribadi-pribadi pemimpin yang tidak dapat menjaga sikap dan perilakunya, karena buruknya perilaku anggota DPR dan DPRD kita, akan berimbas pada kinerja mereka sebagai anggota legislatif.
Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memilih calon anggota legislatif, terutama yang kata-katanya tidak hanya berisi janji-janji, suka membagi-bagikan uang, atau memilih seorang caleg yang hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa diri mereka berasal dari kaum "putih" yang akan membela rakyat habis-habisan.
Mari kita lihat kenyataan hidup bahwa sejak mulanya tidak ada seorangpun di tanah darat bumi kita ini, yang benar-benar "putih dan bersih" tanpa bernoda. Temukanlah nama calon anggota legislatif yang benar-benar bersedia hidup sebagai pengabdi bagi rakyat, bukan bersikap eksklusif di mata rakyat, apalagi hanya berjuang untuk mementingkan kepentingan satu kelompok atau golongan masyarakat semata.
Artinya, kita memilih calon pemimpin yang benar-benar bersedia dan siap berdiri diatas kepentingan pribadi dan kelompok. Mayoritas bukan berarti punya hak untuk menekan yang minoritas, karena tanpa kaum minoritas, negara ini tidak memiliki simbol identitas PERSATUAN dan KESATUAN BANGSA.
Oleh sebab itu, kita harus memilih calon anggota legislatif yang benar-benar mau mengabdi untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan semata.
Bangsa ini bukan milik sekelompok atau segolongan orang saja. Bangsa ini adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komunitas etnis, suku, dan iman kepercayaan. Bangsa ini adalah Bhineka Tunggal Ika sejak dulu kala.
Pluralisme adalah fakta sejarah bangsa kita dan telah tercipta jauh sebelum negara kita menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Jadi, janganlah kita memilih calon anggota legislatif yang ingin "menyangkal" adanya pluralisme dalam kehidupan masyarakat kita, sebab calon anggota legislatif yang ingin "menyangkal" adanya pluralisme, cepat atau lambat, mereka akan menebar benih-benih perpecahan dalam persatuan dan kesatuan di negara kita dengan berbagai cara.
Kenapa demikian? Karena mereka akan memaksakan kehendak agar hanya ada satu culture saja di negara ini, sedangkan negara kita terdiri dari aneka budaya dan suku daerah, yang merupakan karunia Tuhan dan membuat negara ini besar serta kaya akan ragam kebudayaan daerah.
Tanggal 9 April 2009 nanti, bangsa Indonesia kembali akan mengadakan pemilu. Salurkanlah aspirasi politik dengan memilih calon anggota legislatif yang dapat menyampaikan suara seluruh anggota masyarakat, dan bukan segolongan saja.
Kita harus belajar dari situasi yang telah dibangun serta diciptakan oleh para anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009, yang banyak menghasilkan produk UU yang tidak aspiratif (cenderung lebih mengarah pada pemenuhan kepentingan golongan atau kelompok tertentu), dan banyak yang memiliki perilaku seorang koruptor atau amoral.
.Ir. Sarlen Julfree Manurung
Harus diakui, banyak anggota DPR RI dan DPRD kita yang bermasalah. Banyak yang tidak bertindak sebagai wakil rakyat, karena cenderung lebih mementingkan kepentingan partai dan aktif mencari imbalan jasa atas setiap usaha atau kegiatan rapat yang mereka lakukan.
Jadi jangan heran kalau tidak sedikit anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009 yang tersangkut masalah hukum, karena mereka memang benar-benar tidak berniat sebagai wakil rakyat, namun sebagai wakil partai.
Perilaku yang tidak mementingkan rakya, masih pula ditambah dengan adanya perilaku amoral dalam diri sejumlah anggota DPR dan DPRD kita, yang suka melakukan tindak pelecehan kepada kaum perempuan, atau menjadikan kaum perempuan sebagai "insan" melampiaskan nafsu birahi yang tak mampu ditahan.
Baik buruknya moral seseorang, memang kita tidak tahu. Namun selayaknya kita, sebagai warga negara yang berhak memilih wakil-wakilnya di DPR, tidak memilih pribadi-pribadi pemimpin yang tidak dapat menjaga sikap dan perilakunya, karena buruknya perilaku anggota DPR dan DPRD kita, akan berimbas pada kinerja mereka sebagai anggota legislatif.
Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memilih calon anggota legislatif, terutama yang kata-katanya tidak hanya berisi janji-janji, suka membagi-bagikan uang, atau memilih seorang caleg yang hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa diri mereka berasal dari kaum "putih" yang akan membela rakyat habis-habisan.
Mari kita lihat kenyataan hidup bahwa sejak mulanya tidak ada seorangpun di tanah darat bumi kita ini, yang benar-benar "putih dan bersih" tanpa bernoda. Temukanlah nama calon anggota legislatif yang benar-benar bersedia hidup sebagai pengabdi bagi rakyat, bukan bersikap eksklusif di mata rakyat, apalagi hanya berjuang untuk mementingkan kepentingan satu kelompok atau golongan masyarakat semata.
Artinya, kita memilih calon pemimpin yang benar-benar bersedia dan siap berdiri diatas kepentingan pribadi dan kelompok. Mayoritas bukan berarti punya hak untuk menekan yang minoritas, karena tanpa kaum minoritas, negara ini tidak memiliki simbol identitas PERSATUAN dan KESATUAN BANGSA.
Oleh sebab itu, kita harus memilih calon anggota legislatif yang benar-benar mau mengabdi untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan semata.
Bangsa ini bukan milik sekelompok atau segolongan orang saja. Bangsa ini adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komunitas etnis, suku, dan iman kepercayaan. Bangsa ini adalah Bhineka Tunggal Ika sejak dulu kala.
Pluralisme adalah fakta sejarah bangsa kita dan telah tercipta jauh sebelum negara kita menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Jadi, janganlah kita memilih calon anggota legislatif yang ingin "menyangkal" adanya pluralisme dalam kehidupan masyarakat kita, sebab calon anggota legislatif yang ingin "menyangkal" adanya pluralisme, cepat atau lambat, mereka akan menebar benih-benih perpecahan dalam persatuan dan kesatuan di negara kita dengan berbagai cara.
Kenapa demikian? Karena mereka akan memaksakan kehendak agar hanya ada satu culture saja di negara ini, sedangkan negara kita terdiri dari aneka budaya dan suku daerah, yang merupakan karunia Tuhan dan membuat negara ini besar serta kaya akan ragam kebudayaan daerah.
Tanggal 9 April 2009 nanti, bangsa Indonesia kembali akan mengadakan pemilu. Salurkanlah aspirasi politik dengan memilih calon anggota legislatif yang dapat menyampaikan suara seluruh anggota masyarakat, dan bukan segolongan saja.
Kita harus belajar dari situasi yang telah dibangun serta diciptakan oleh para anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009, yang banyak menghasilkan produk UU yang tidak aspiratif (cenderung lebih mengarah pada pemenuhan kepentingan golongan atau kelompok tertentu), dan banyak yang memiliki perilaku seorang koruptor atau amoral.
.Ir. Sarlen Julfree Manurung
Please Jangan Ada Yang GOLPUT Dalam Pemilu Nanti
Rangkaian kegiatan kampanye terbuka, sebentar lagi usai. Setiap partai politik peserta pemilu saling berlomba-lomba merayu rakyat agar bersedia memilih dan mendukung caleg yang mereka ajukan agar menjadi anggota DPR RI, DPD, serta anggota DPRD tingkat propinsi dan kabupaten.
Adakah niat untuk menghadirkan kemajuan hidup masyarakat luas yang partai-partai politik itu tawarkan dalam setiap kampanye?
Tentu saja. Namun, sebagian partai politik peserta pemilu, dengan kemampuan pendanaan yang besar, hanya ingin menawarkan mimpi-mimpi yang terkonsep baik. Sedangkan sebagian kecil partai politik lainnya, hanya dengan dilandasi semangat ingin memperbaiki kondisi negeri ini, berjuang untuk merebut simpati masyarakat berdasarkan kemampuan keuangan yang ada atau kemampuan keuangan yang seadanya.
Sejauh ini, berdasarkan survey yang diselenggarakan oleh sebuah media massa terbitan ibukota, pilihan masyarakat cenderung bimbang untuk memilih caleg-caleg dari partai politik mana yang akan mereka tunjuk sebagai wakil rakyat mereka di DPR.
Asumsinya, memilih caleg dari partai-partai besar, seakan bukan lagi jaminan bahwa suara mereka akan mendapatkan perhatian dari para anggota parlemen mendatang, mengingat perilaku para anggota parlemen periode 2004 - 2009 yang tidak konsisten dan serius mendengarkan suara rakyat, bahkan banyak yang terlibat tindak pidana korupsi dan pelecehan seksual pada kaum perempuan.
Hadirnya partai-partai politik baru, tidak pula menarik perhatian mereka, karena banyak dari partai-partai politik baru tersebut yang masih belum terbangun dan teruji dengan baik tingkat kepercayaannya, meskipun ketua umum atau pembina dari sejumlah partai-partai politik baru tersebut, merupakan mantan petinggi partai politik lama, yang sudah lebih dulu dikenal dan memiliki pengaruh di panggung politik nasional
Kondisi belum teruji ini membuat banyak anggota masyarakat kita yang emoh untuk memilih caleg dari partai baru. Padahal, mereka juga enggan mencontreng caleg dari partai yang telah lebih dahulu eksis. Jadinya, banyak calon pemilih sekarang, terutama dari kalangan generasi muda bangsa, yang memilih untuk golput.
Apakah memang mereka harus golput?
Seharusnya tidak. Apabila mereka memakai alasan tidak punya pilihan, itu merupakan alasan paling bodoh yang pernah diungkapkan oleh orang-orang terdidik di negeri kita. Belum melihat dan mencari tahu, mereka sudah bilang : GOLPUT AJA DEH...
Mereka lebih memilih untuk pasrah pada hasil pemilu sebelum mereka sendiri mencoba untuk mencari dan menentukan caleg yang layak mereka pilih sebagai wakil rakyat mereka. Mereka tidak sadar kalau pilihan mereka untuk golput telah menciderai hati orang-orang miskin dan tak mampu lainnya. Kenapa begitu?
Langsung atau tidak langsung, kemiskinan banyak anggota masyarakat kita terjadi karena pemerintah dan kaum penguasa yang duduk di lembaga legislatif, tidak menempatkan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tak mampu lainnya, dalam rencana kerja yang terintegritas, bersifat terpadu serta berkesinambungan.
Apabila pengentasan benar-benar ditempatkan dalam program kerja pemerintah yang disiapkan secara terintegritas dan berkesinambungan, maka dalam tenggang waktu beberapa tahun, jumlah masyarakat miskin dan tak mampu lainnya, seharusnya dapat banyak berkurang.
Namun ternyata hal itu tidak benar-benar dilakukan, karena adanya unsur-unsur kepentingan politis yang membuat pemerintah tidak serius mengurusi kelompok masyarakat miskin dan tak mampu lainnya.
Partisipasi kelompok masyarakat, terutama generasi muda, untuk terlibat dalam kegiatan pemilu, apabila diterapkan dengan prinsip memilih orang-orang yang kredibel dan dapat dipercaya, dapat mendorong terjadinya perubahan terhadap para pelaksana pemerintahan serta pemegang kekuasaan negara, dalam menyusun konsepsi pembangunan yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan.
Sedangkan apabila mereka tidak berpartisipasi, adanya kemungkinan para politisi yang suka berpikiran korup dan tidak memikirkan rakyat banyak untuk menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, bisa saja terjadi karena kelompok mereka berhasil memenangkan pemilu.
Inikah yang mereka harapkan? Tentu tidak. Jadi, kalau tidak mau kelompok politisi yang suka berpikiran korup dan tidak memikirkan rakyat menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, bersatu padulah untuk datang ke TPS pada saat pemilu, untuk memilih wakil rakyat yang kredibel berdasarkan pilihan hati nurani.
Masih banyak hal yang bisa diangkat untuk menjadi alasan kenapa kita harus ikut berpartisipasi dalam pemilu nanti. Salah satunya : memberikan pola pembelajaran politik yang baik pada masyarakat.
Kita harus bisa jadi mentor masyarakat karena sebagai orang-orang yang terdidik, kita harus bisa mengajarkan atau mengarahkan orang banyak, agar bisa pintar atau hidup lebih baik.
Pemilu nanti, jangan ada yang GOLPUT. Golput memang bisa dipilih, tapi pikirkan baik-baik sebelum benar-benar memilih golput, apakah pilihan untuk golput itu akan membawa banyak manfaat bagi orang banyak atau tidak. Kalau hanya ingin mementingkan diri sendiri, sebaiknya tidak memilih untuk golput dalam pemilu, karena suara kita dalam pemilu, sangat besar artinya, khususnya untuk masyarakat miskin dan kurang mampu lainnya.
.Sarlen Julfree Manurung
Adakah niat untuk menghadirkan kemajuan hidup masyarakat luas yang partai-partai politik itu tawarkan dalam setiap kampanye?
Tentu saja. Namun, sebagian partai politik peserta pemilu, dengan kemampuan pendanaan yang besar, hanya ingin menawarkan mimpi-mimpi yang terkonsep baik. Sedangkan sebagian kecil partai politik lainnya, hanya dengan dilandasi semangat ingin memperbaiki kondisi negeri ini, berjuang untuk merebut simpati masyarakat berdasarkan kemampuan keuangan yang ada atau kemampuan keuangan yang seadanya.
Sejauh ini, berdasarkan survey yang diselenggarakan oleh sebuah media massa terbitan ibukota, pilihan masyarakat cenderung bimbang untuk memilih caleg-caleg dari partai politik mana yang akan mereka tunjuk sebagai wakil rakyat mereka di DPR.
Asumsinya, memilih caleg dari partai-partai besar, seakan bukan lagi jaminan bahwa suara mereka akan mendapatkan perhatian dari para anggota parlemen mendatang, mengingat perilaku para anggota parlemen periode 2004 - 2009 yang tidak konsisten dan serius mendengarkan suara rakyat, bahkan banyak yang terlibat tindak pidana korupsi dan pelecehan seksual pada kaum perempuan.
Hadirnya partai-partai politik baru, tidak pula menarik perhatian mereka, karena banyak dari partai-partai politik baru tersebut yang masih belum terbangun dan teruji dengan baik tingkat kepercayaannya, meskipun ketua umum atau pembina dari sejumlah partai-partai politik baru tersebut, merupakan mantan petinggi partai politik lama, yang sudah lebih dulu dikenal dan memiliki pengaruh di panggung politik nasional
Kondisi belum teruji ini membuat banyak anggota masyarakat kita yang emoh untuk memilih caleg dari partai baru. Padahal, mereka juga enggan mencontreng caleg dari partai yang telah lebih dahulu eksis. Jadinya, banyak calon pemilih sekarang, terutama dari kalangan generasi muda bangsa, yang memilih untuk golput.
Apakah memang mereka harus golput?
Seharusnya tidak. Apabila mereka memakai alasan tidak punya pilihan, itu merupakan alasan paling bodoh yang pernah diungkapkan oleh orang-orang terdidik di negeri kita. Belum melihat dan mencari tahu, mereka sudah bilang : GOLPUT AJA DEH...
Mereka lebih memilih untuk pasrah pada hasil pemilu sebelum mereka sendiri mencoba untuk mencari dan menentukan caleg yang layak mereka pilih sebagai wakil rakyat mereka. Mereka tidak sadar kalau pilihan mereka untuk golput telah menciderai hati orang-orang miskin dan tak mampu lainnya. Kenapa begitu?
Langsung atau tidak langsung, kemiskinan banyak anggota masyarakat kita terjadi karena pemerintah dan kaum penguasa yang duduk di lembaga legislatif, tidak menempatkan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tak mampu lainnya, dalam rencana kerja yang terintegritas, bersifat terpadu serta berkesinambungan.
Apabila pengentasan benar-benar ditempatkan dalam program kerja pemerintah yang disiapkan secara terintegritas dan berkesinambungan, maka dalam tenggang waktu beberapa tahun, jumlah masyarakat miskin dan tak mampu lainnya, seharusnya dapat banyak berkurang.
Namun ternyata hal itu tidak benar-benar dilakukan, karena adanya unsur-unsur kepentingan politis yang membuat pemerintah tidak serius mengurusi kelompok masyarakat miskin dan tak mampu lainnya.
Partisipasi kelompok masyarakat, terutama generasi muda, untuk terlibat dalam kegiatan pemilu, apabila diterapkan dengan prinsip memilih orang-orang yang kredibel dan dapat dipercaya, dapat mendorong terjadinya perubahan terhadap para pelaksana pemerintahan serta pemegang kekuasaan negara, dalam menyusun konsepsi pembangunan yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan.
Sedangkan apabila mereka tidak berpartisipasi, adanya kemungkinan para politisi yang suka berpikiran korup dan tidak memikirkan rakyat banyak untuk menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, bisa saja terjadi karena kelompok mereka berhasil memenangkan pemilu.
Inikah yang mereka harapkan? Tentu tidak. Jadi, kalau tidak mau kelompok politisi yang suka berpikiran korup dan tidak memikirkan rakyat menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, bersatu padulah untuk datang ke TPS pada saat pemilu, untuk memilih wakil rakyat yang kredibel berdasarkan pilihan hati nurani.
Masih banyak hal yang bisa diangkat untuk menjadi alasan kenapa kita harus ikut berpartisipasi dalam pemilu nanti. Salah satunya : memberikan pola pembelajaran politik yang baik pada masyarakat.
Kita harus bisa jadi mentor masyarakat karena sebagai orang-orang yang terdidik, kita harus bisa mengajarkan atau mengarahkan orang banyak, agar bisa pintar atau hidup lebih baik.
Pemilu nanti, jangan ada yang GOLPUT. Golput memang bisa dipilih, tapi pikirkan baik-baik sebelum benar-benar memilih golput, apakah pilihan untuk golput itu akan membawa banyak manfaat bagi orang banyak atau tidak. Kalau hanya ingin mementingkan diri sendiri, sebaiknya tidak memilih untuk golput dalam pemilu, karena suara kita dalam pemilu, sangat besar artinya, khususnya untuk masyarakat miskin dan kurang mampu lainnya.
.Sarlen Julfree Manurung
Belajar dari Himbauan Barack Obama
Tengggg... jam di depan komputer aku baru menunjukkan pukul 6.30 pagi. Pada saat aku sedang mencoba untuk mengurangi kapasitas inbox e-mail aku yang sudah mencapai 28.900 lebih e-mail, masuk e-mail dari Presiden Barack Obama.
Wallaaaa... semenjak Presiden Barack Obama baru mencalonkan diri sebagai kandidat calon Presiden dari Partai Demokrat, aku sudah membuka komunikasi dengan Presiden Barack Obama melalui e-mail.
Isi dari e-mail Presiden Barack Obama tersebut, adalah himbauan langsung dari Mr. President agar rakyat Amerika Serikat di wilayah New York, mengikuti kegiatan pemilu untuk memilih anggota Kongres.
Sebenarnya, mau masukin attachment dari surat Presiden Barack Obama. Tapi dari tadi sulit banget untuk upload foto dari surat Presiden Barack Obama untuk hari ini. Jadi, aku copy saja yaaa..
===
Subject : Vote for tomorrow
From: "President Barack Obama" <info@barackobama.com>
To: abang_juvee@yahoo.com
Friend --
Tomorrow, Tuesday, is the day to vote in New York's 20th Congressional District special election, and I need you to go vote.
I wrote to you last week to announce my endorsement of Scott Murphy because we need his kind of leadership and experience in Washington. It's going to be a very close race, and your vote could make all the difference.
Our movement for change has come this far because supporters like you stood up and made your voices heard every time it mattered.
Please look up your polling location and stand up once again for the change we need to bring to Washington.
With Scott in Congress, we'll work together to bring about solutions to our economic challenges and create new jobs in Upstate New York and across the country.
Having created over 1,000 jobs by starting successful businesses in clean energy and high-tech industries, Scott understands the potential we have to rebuild our economy and create a new foundation for prosperity.
That's the kind of partner I need in Washington. Please look up your polling place and vote tomorrow:
http://my.barackobama.com/pollingplace
Thank you,
President Barack Obama
===
Kalau ditanya, kenapa aku seperti orang sombong atau aneh karena ingin "memamerkan" surat Presiden Barack Obama kepadaku, maka akan aku jawab, i have 2 reason of that.
PERTAMA
Ternyata, konsepsi himbau-menghimbau agar masyarakat mau datang dan menyalurkan aspirasi politik mereka dalam pemilu, tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di Amerika Serikat. Bahkan Presiden secara langsung mengirimkan e-mail himbauan kepada rakyat (entah kenapa aku dikirimin juga meskipun aku bukan warga kota New York) agar tidak golput.
Kalau Presiden Amerika saja mau turun langsung untuk menghimbau masyarakat di Amerika Serikat satu per-satu agar tidak golput dengan mengemukakan sejumlah statement politik yang dapat mendorong masyarakat agar ikut pemilu, ternyata pemimpin bangsa Indonesia belum sampai pada tahap itu.
Adanya kekhawatiran kalau dalam pemilu tanggal 9 April 2009 nanti akan ada 30 % persen calon pemilih yang golput, ternyata disikapi dengan nada datar oleh para pemimpin bangsa kita.
Bagaimana mau pemilu terlihat sukses, kalau ada survey yang menunjukkan tanda-tanda akan ada banyak orang yang memilih untuk golput? Seharusnya, pemerintah dan para pemimpin bangsa kita bersikap aktif untuk menghimbau masyarakat agar tidak golput dalam pemilu tanggal 9 April 2009 yang akan datang, seperti yang ditunjukkan oleh Presiden Barack Obama pada masyarakat New York.
KEDUA
Presiden Barack Obama ternyata tetap menggunakan bank data dari para pendukungnya dahulu untuk membuat himbauan agar masyarakat New York ikut memilih anggota Kongres Amerika Serikat dalam pemilu tingkat distrik. Dalam hal ini, Presiden Barack Obama tidak melupakan masyarakat konstituennya, meskipun dirinya telah lebih dari sebulan lamanya menduduki jabatan Presiden Amerika Serikat.
Bagaimanakah dengan caleg-caleg kita nanti? Apakah mereka akan melupakan para konstituen yang telah memilih mereka agar bisa duduk di kursi empuk tapi panas di DPR, DPRD, dan DPD?
Surat Presiden Barack Obama ini, seharusnya menjadi model pembelajaran bagi kita bahwa para pemilih bukanlah komunitas masyarakat yang bisa ditinggalkan begitu saja, sesaat setelah pelaksanaan pemilu. Ada respek yang tetap dijaga Presiden Barack Obama kepada masyarakat pendukungnya, meskipun ia telah menjadi Presiden.
Bangsa Indonesia memang bisa mendapatkan banyak pelajaran berarti dari penerapan konsep-konsep demokrasi yang diterapkan oleh negara Amerika Serikat. Model pembaharuan sikap pemerintahnya, yang ditunjukkan dengan sikap yang mengayomi dari sang Presiden, seharusnya bisa dicontoh oleh para pemimpin bangsa kita.
Apabila bangsa kita membuka pintu pikiran untuk mau belajar pada hal-hal baik, tentunya, kita juga bisa jadi bangsa yang baik dan bermartabat. Masalahnya, kualitas pemimpin masyarakat kita masih belum sampai point itu, karena mereka terlalu sibuk, pura-pura sibuk, atau gak mau disibukkan seperti halnya yang telah dilakukan oleh Presiden Barack Obama.
.Sarlen Julfree Manurung
Wallaaaa... semenjak Presiden Barack Obama baru mencalonkan diri sebagai kandidat calon Presiden dari Partai Demokrat, aku sudah membuka komunikasi dengan Presiden Barack Obama melalui e-mail.
Isi dari e-mail Presiden Barack Obama tersebut, adalah himbauan langsung dari Mr. President agar rakyat Amerika Serikat di wilayah New York, mengikuti kegiatan pemilu untuk memilih anggota Kongres.
Sebenarnya, mau masukin attachment dari surat Presiden Barack Obama. Tapi dari tadi sulit banget untuk upload foto dari surat Presiden Barack Obama untuk hari ini. Jadi, aku copy saja yaaa..
===
Subject : Vote for tomorrow
From: "President Barack Obama" <info@barackobama.com>
To: abang_juvee@yahoo.com
Friend --
Tomorrow, Tuesday, is the day to vote in New York's 20th Congressional District special election, and I need you to go vote.
I wrote to you last week to announce my endorsement of Scott Murphy because we need his kind of leadership and experience in Washington. It's going to be a very close race, and your vote could make all the difference.
Our movement for change has come this far because supporters like you stood up and made your voices heard every time it mattered.
Please look up your polling location and stand up once again for the change we need to bring to Washington.
With Scott in Congress, we'll work together to bring about solutions to our economic challenges and create new jobs in Upstate New York and across the country.
Having created over 1,000 jobs by starting successful businesses in clean energy and high-tech industries, Scott understands the potential we have to rebuild our economy and create a new foundation for prosperity.
That's the kind of partner I need in Washington. Please look up your polling place and vote tomorrow:
http://my.barackobama.com/pollingplace
Thank you,
President Barack Obama
===
Kalau ditanya, kenapa aku seperti orang sombong atau aneh karena ingin "memamerkan" surat Presiden Barack Obama kepadaku, maka akan aku jawab, i have 2 reason of that.
PERTAMA
Ternyata, konsepsi himbau-menghimbau agar masyarakat mau datang dan menyalurkan aspirasi politik mereka dalam pemilu, tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di Amerika Serikat. Bahkan Presiden secara langsung mengirimkan e-mail himbauan kepada rakyat (entah kenapa aku dikirimin juga meskipun aku bukan warga kota New York) agar tidak golput.
Kalau Presiden Amerika saja mau turun langsung untuk menghimbau masyarakat di Amerika Serikat satu per-satu agar tidak golput dengan mengemukakan sejumlah statement politik yang dapat mendorong masyarakat agar ikut pemilu, ternyata pemimpin bangsa Indonesia belum sampai pada tahap itu.
Adanya kekhawatiran kalau dalam pemilu tanggal 9 April 2009 nanti akan ada 30 % persen calon pemilih yang golput, ternyata disikapi dengan nada datar oleh para pemimpin bangsa kita.
Bagaimana mau pemilu terlihat sukses, kalau ada survey yang menunjukkan tanda-tanda akan ada banyak orang yang memilih untuk golput? Seharusnya, pemerintah dan para pemimpin bangsa kita bersikap aktif untuk menghimbau masyarakat agar tidak golput dalam pemilu tanggal 9 April 2009 yang akan datang, seperti yang ditunjukkan oleh Presiden Barack Obama pada masyarakat New York.
KEDUA
Presiden Barack Obama ternyata tetap menggunakan bank data dari para pendukungnya dahulu untuk membuat himbauan agar masyarakat New York ikut memilih anggota Kongres Amerika Serikat dalam pemilu tingkat distrik. Dalam hal ini, Presiden Barack Obama tidak melupakan masyarakat konstituennya, meskipun dirinya telah lebih dari sebulan lamanya menduduki jabatan Presiden Amerika Serikat.
Bagaimanakah dengan caleg-caleg kita nanti? Apakah mereka akan melupakan para konstituen yang telah memilih mereka agar bisa duduk di kursi empuk tapi panas di DPR, DPRD, dan DPD?
Surat Presiden Barack Obama ini, seharusnya menjadi model pembelajaran bagi kita bahwa para pemilih bukanlah komunitas masyarakat yang bisa ditinggalkan begitu saja, sesaat setelah pelaksanaan pemilu. Ada respek yang tetap dijaga Presiden Barack Obama kepada masyarakat pendukungnya, meskipun ia telah menjadi Presiden.
Bangsa Indonesia memang bisa mendapatkan banyak pelajaran berarti dari penerapan konsep-konsep demokrasi yang diterapkan oleh negara Amerika Serikat. Model pembaharuan sikap pemerintahnya, yang ditunjukkan dengan sikap yang mengayomi dari sang Presiden, seharusnya bisa dicontoh oleh para pemimpin bangsa kita.
Apabila bangsa kita membuka pintu pikiran untuk mau belajar pada hal-hal baik, tentunya, kita juga bisa jadi bangsa yang baik dan bermartabat. Masalahnya, kualitas pemimpin masyarakat kita masih belum sampai point itu, karena mereka terlalu sibuk, pura-pura sibuk, atau gak mau disibukkan seperti halnya yang telah dilakukan oleh Presiden Barack Obama.
.Sarlen Julfree Manurung
Friday, 20 March 2009
ESTER 4 : 1 - 17, Telaah Firman Oleh : Marthin H. Sirait
ESTER 4:1-17
oleh :Tumpal Marthin. H. Sirait *)
1. Pendahuluan
Kitab Ester merupakan salah satu sekian banyak kitab yang ada dalam Perjanjian Lama. Kitab Ester sangatlah unik sebab dalam kitab Ester nama Allah atau pun nama YHWH tidak ada tertulis. Namun Allah bekerja melalui Mordekhai dan Ester.
Dalam kitab Ester konteks keadaan berada di Susa, ibu kota Persia pada musim dingin, bukan di Israel.
Nama Ester berasal dari nama dewa Babilonia yaitu Ishtar. Nama ibraninya adalah Hadasa (Ester 2:7). Dalam bahasa Persia kata Ester berarti bintang. Kejadian pada kitab Ester menceritakan peristiwa yang terjadi pada jaman pemerintahan Ahasyweros, namun dalam Alkitab bahasa Inggris ada dua nama yaitu pada NIV disebut sebagai Xerxes sedangkan pada NKJV disebut sebagai Ahasuerus.
Samapai saat ini belum dapat dipastikan siapa pengarang kitab Ester. Menurut Baba Bathra 15 a yang menulis kitab Ester adalah seorang dari Synagoge. Josephus (Antiquities 11:6:1) berpendapat bahwa Mordekhai adalah pengarang dari kitab ini (bad. Est. 9:20).
Pendapat lain mengatakan bahwa Ezra atau Nehemiah yang menulis kitab ini, tetapi berdasarkan bukti linguistik tidak ada kecocokan style dan diksi antara kitab Ester dengan Kitab Ezra atau Nehemiah. Pandangan yang lain mengatakan bahwa seorang Yahudi Persia yang tidak diketahui namanya yang menuliskan kitab ini.
Walaupun tidak diketahui dengan pasti siapa yang menulis kitab ini namun dengan rasio kita dapat menyimpulkan kemungkinan penulis kitab ini adalah :
1. Seorang Yahudi, yang pro tindakan Yahudi dan mengetahui budaya Yahudi, dan
2. Seorang Yahudi Persia yang menjadi saksi mata kejadian yang terjadi dan sepertinya punya akses terhadap catatan Persia (9:20).11
2. Isi
Dalam Kitab Ester menceritakan mengenai perkawinan antara perempuan Israel yang bernama Hadasa (pohon murd) yang kemudian diganti dengan Ester, nama Persia(bintang) dengan seorang raja bangsa lain.
Semasa hidupnya, Ester diurus dan dibesarkan oleh pamanya. Paman Ester bernama Mordekhai sehingga dalam Kitab Ester tokoh sentral dalam narasi ini adalah Mordekhai.
Dalam kitab Ester 4:1-17 merupakan sebuah narasi, dalam narasi tersebut jika dijabarkan dibagi menjadi enam bagian.
Enam bagian tersebut adalah Mordekai berkabung (Ester 4 : 1 - 3), bagian yang kedua adalah perjumpaan pertama Ester dengan perkabungan Mordekhai (Ester 4 : 4), bagian yang ketiga adalah Hatah dikirim kepada Mordekhai (Ester 4 : 5 - 8), bagian yang ke empat adalah Ester segan untuk taat (Ester 4 : 9 - 12), bagian yang ke lima adalah Mordekhai memanaskan keadaan (Ester 4 : 13 - 14), bagian yang ke enam adalah Ester menurut dan perintahnya (Ester 4 : 15 - 17).
Pada bagian awal Mordekhai ditampilkan dalam keadaan dukacita. Ia menggunakan kain karung menandakan berduka cita, berjalan menuju pintu gerbang istana raja dan bersama semua orang Yahudi turut berkabung.
Dukacita yang dimaksud di sini bukanlah dukacita karena kematian seseorang merupakan wujut protes Mordekhai terhadap perlakuan yang tidak adil dari Haman yang ingin memusnakan orang Yahudi.
Walaupun wujut protes Mordekhai tidak normal karena Mordekhai berkabung di depan umum daripada berkabung secara pribadi sehingga timbul pernyataan bahwa Mordekhai bukanlah pimpinan diantara orang Yahudi.
Jika Mordekhai merupakan pimpinan diantara orang Yahudi maka Mordekhai berkabung secara pribadi darpada berkabung di depan umum. Akan tetapi suatu lempengan tanah liat bertuliskan huruf baji dari Borsippa dekat Babel menyebut Mordekhia sebagai pejabat tinggi istana Susan pada permulaan pemerintahaan Ahasyweros, sebagai bawahan dari Ustannu, wali negara dari Babel dan ‘Daerah di seberang sungai’.
Marduka adalah seorang akuntan atau seorang anggota dewan. Marduka ini telah disamakan dengan Mordekhai, yang apabila saran ini diterima, rupanya adalah pejabat penting sebelum tampil dalam Ester. Hubungannya dengan gerbang raja rupanya adalah suatu urusan resmi, dan mungkin kepadanya rupanya dipercayakan kedudukan sebagai penjaga gerbang.
Mordekhai tidak berkabung secara pribadi, tapi didepan umum; sangat terbuka. Mordekai pergi ketengah kota dan ke “gerbang raja.” Dia tidak masuk gerbang, karena terlarang bagi yang berkabung. Raja menjauhkan dirinya dengan kesedihan. Sangat tidak popular menunjukan kesedihan di istananya. Raja abad pertengahan tidak memiliki “tempat berkabung” hanya tempat bergurau.
Ayat tiga tampaknya menjadi pemisah antara ayat dua dan empat. Akan lebih mudah memahami membaca ayat dua lalu langsung ke ayat empat (tanpa membaca ayat 3).
Walaupun demikian, ayat tiga tidak dapat dihilangkan karena ayat ini memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai cermin atas tindakan Mordekhai dengan orang Yahudi pada kerajaan yang memerintah saat itu.
Selain itu, dalam ayat ini terdapat rujukan bahwa orang Yahudi berpuasa. Hal ini ingin menunjukan bahwa orang Yahudi adalah orang yang taat dan beribadah kepada ALLAH, walaupun dalam kisah ini nama Allah tidak pernah disebut-sebut.
Pada bagian yang kedua menceritakan pertemuan Ester dengan Mordekhai, walaupun dalam bagian yang kedua ini Ester tidak mempelajari mengapa Mordekhai berkabung akan tetapi, Ester membuju /mordekhai agar berhenti berkabung.
Ester membujuk Mordekhai berhenti berkabung dengan memberikan pakaian kepada Mordekhai, dengan cara ini Ester berusaha membujuk ayah angkatnya untuk berhenti berkabung.karena Mordekhai menolak pmberian baju dari Ester dan Ester selalu patuh kepada ayah angkatnya (Mordekhai).
Walaupun Ester tidak berhasil membujuk Mordekhai karena Mordekhai memiliki pendirian yang sangat keras. Dalam bagian ini timbul suatu pertanyaan, Apakah perlakuan Mordekhai membuat Ester malu sehingga Ester berusaha membujuk Mordekhai berhenti berkabung dengan memberikan baju.
Pada bagian yang ketiga, Ester memanggil seseorang yang bernama Hatah sebagai utusan untuk berbicara kepada Mordekhai. Sehingga di Ester 4:5-8 tidak ada percakapan langsung antara Ester dan Mordekhai, yang ada hanyalah penyampaian pesan Ester melalui utusannya Hatah.
Yang mengejutkan di ayat ini adalah Sebelumnya kita tahu, Ester terbiasa mengikuti perintah Mordekai. Kita juga aman berasumsi Mordekai juga terbiasa untuk ditaati, bahkan saat Ester jadi ratu.
Maka sangat mengejutkan mendengar respon Ester, yang bisa disingkat dengan satu kata: “tidak!” Kali Ini Ester tidak mau. Dia mengatakan pada Mordekai melalui Hathach bahwa menghadap raja tanpa diperintahkan melawan hukum.
Hukumannya adalah kematian, dan kecil kemungkinannya raja menunjukan belas kasihan dengan mengulurkan tongkat dan mengijinkan penyusup hidup. Karena Ester tidak bisa menghadap tanpa diundang, satu-satunya harapan adalah dia diperintah oleh raja.
Inilah masalahnya; sudah 30 hari Ester tidak diundang bersama raja. Jawaban apalagi yang bisa diberikan kepada Mordekai selain “tidak” ?
Pada bagian selanjutnya menceritakan bagaiamana Mordkhai memanaskan suasana dengan cara mendesak Ester agar memohon kepada Raja agar mau melindungi bangsa Yahudi. Pada bagian ini ada tiga hal yang ditekan Mordekhai kepada Ester.
Hal yang pertama adalah : Mordekhai mengingatkan kepada Ester untuk berpikir dengan baik bahwa keputusan dari Haman melibatkan semua orang Yahudi, tidak peduli dimanapun dalam kerajaan. Ester kelihatannya percaya dia aman dan hanya yahudi lain yang bahaya.
Dia tidak mau membahayakan diri menghadap raja untuk menolong bangsanya, karena percaya dia aman. Perkataan Mordekhai dibuat untuk menyadarkannya bahwa itu mitos. Jika dia tidak mau mengambil resiko bagi yang lain, maka dia membahayakan diri sendiri.
Mordekai ingin meyakinkan Ester bahwa hal paling berbahaya adalah tidak melakukan apapun. Hal yang kedua adalah Mordekhai sangat menekankan kepada Ester bahwa, Ester merupakan satu-satunya harapan bangsa Yahudi.
Hal yang ketiga yang ditekankan Mordekhai kepada Ester adalah bahwa keselamatan keluarga Ester ada di tangan Ester.
Dari tiga hal tersebut timbul suatu pernyataan bahwa Mordekhai merupakan orang Yahudi yang tidak taat, dan tidak percaya, yang tidak memikirkan Tuhan. Mordekhai sangat khawatir sehingga Mordekhai melihat keselamatan orang Yahudi hasil dari usaha manusia. Jika Mordekhai menyebut Tuhan dalam teks kita.
Ester merupakan katu as Mordekai, harapan terakhirnya, kesempatan terakhir orang Israel untuk selamat. Jika dia gagal, semua akan hilang. Dan ini menjelaskan mengapa Mordekhai mengancam Ester bahwa keluarganya akan binasa. Jika keselamatan datang dari tempat lain, maka kenapa Ester mau mati? Sebagai ratu, Ester pasti tidak mati pertama.
Peringatan Mordekai adalah dia akan mati terakhir. Jika ini benar, maka semua Yahudi akan binasa, dan tidak ada keselamatan dari manapun. Alasan Mordekai bahwa jika Ester harapan terakhir orang Yahudi, kegagalannya akan menghasilkan kematiannya dan kematian seluruh bangsa.
Dan pada bagian yang terakhir akibat tekanan yang bertubi-tubi dari Mordekhai akhirnya Ester menyerah dan Ester menghadap raja. Sebelum Ester menghadap raja, Ester memberikan perintah kepada Mordekhai agar Mordekhai mengumpulkan seluruh orang Yahudi di Susa dan berpuasa baginya.
Jangan ada yang makan atau minum selama 3 hari, siang dan malam. Dia dan pelayannya akan melakukan itu, dan kemudian akan pergi menghadap raja. Dia akan melawan hukum dan mempertaruhkan nyawanya.Yang menarik pada bagian ini adalah bagaimana pernyataan dari Ester untuk membela kaumnya umat Yahudi yaitu, “. . . kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Ester 4 : 16b).
Walaupun dalam pernyataan tersebut Ester tidak berserah kepada Allah akan tetapi dari narasi tersebut jelas Ester terbukti tetap berani. Dia memutuskan untuk melanggar hukum suaminya dan membahayakan hidup bagi bangsanya.
Penyertaan Tuhan yang membuat Ester menerima tantangan yang bisa menghilangkan hidupnya, dan pada akhirnya Mordekai menyatakan bahwa dia percaya Tuhan, dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan seseorang, dan pengaturan Tuhan atas peristiwa politik dunia walaupun tidak dijelaskan secara detail bagaimana tahap-tahap Mordekhai bisa mempercayai Allah.
3. Relevansi
Dari narasi ini kita diajarkan untuk tetap berusaha dengan mengandalkan kekuatan Tuhan dalam mengahadapi masalah yang kita hadapi.
Keyakinan kita bahwa Tuhan selalu hadir di tengah masalah yang kita hadapi haruslah selalu ada dalam iman Kristiani. Walaupun karya Tuhan tidak selalu dapat kita tebak, karena Tuhan memakai siapa saja dan apa saja untuk menjadi alat-Nya dalam melakukan kehendak-Nya.
Dari ayat ini juga ingin mengajarkan kepada kita janganlah kita menjadi seperti Mordekhai yang hanya mengandalkan manusia dengan menjadikan Ester sebagai kartu Asnya untuk menghidari ketakutannya terhadap ancaman terhadap bangsa Yahudi akan tetapi kita harus selalu percaya dan mengandalkan Tuhan.
Begitu juga dengan Ester, keyakinan Ester akan pimpinan Tuhan di dalam dirinya menjadi teladan bagi kehidupan kita. Kiranya kita dapat seperti Ester sebagai teladan dengan mengatakan “meskipun aku harus melawan hukum; kalaupun terpaksa mati, biarlah aku mati, “demi bangsaku”, sebagai bukti keyakinan Ester kepada Tuhan yang selalu menyertai dan melindungi mereka dalam setiap ruang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Archer, Gleason L. Jr. A Survey of Old Testament Introduction. Chicago : Moody Press, 1978.
Bakker, F.L., 1987. Sejarah Kerajaan Allah 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Barker, Kenneth, General Ed. The NIV Study Bible. Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1985.
Bush, Frederic, 1996. Ruth/ Esther, WBC; Word Books: United States of America.
Clines, T. J., 1984. Ezra, Nehemiah, Esther. NCBC; United States of America: Marshal Morgan
and Scott.
Edward J. Young. An Introduction to the Old Testament. Grand Rapids : W. M. B. Publishing Company, 1958.
Edwin M. Yamauchi. Persia and the Bible. Grand Rapids : Baker Books, 1996.
Geisler, Norman L. A Popular Survey of the Old Testament. Grand Rapids : Baker Book House, 2000.
Guthrie, D., J. A. Motyer, dan D. J. Wiseman. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983.
LaSor, W.S., 2005. Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Paul Re’emi, S., 1985. Israel Among The Nation, ITC; Edinburgh: The Handsel Press.
Sproul, R.C., General Ed. New Geneva Study Bible. Nashville : Thomas Nelson Publishers,1995
*) Penulis adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Jakarta semester 6
oleh :Tumpal Marthin. H. Sirait *)
1. Pendahuluan
Kitab Ester merupakan salah satu sekian banyak kitab yang ada dalam Perjanjian Lama. Kitab Ester sangatlah unik sebab dalam kitab Ester nama Allah atau pun nama YHWH tidak ada tertulis. Namun Allah bekerja melalui Mordekhai dan Ester.
Dalam kitab Ester konteks keadaan berada di Susa, ibu kota Persia pada musim dingin, bukan di Israel.
Nama Ester berasal dari nama dewa Babilonia yaitu Ishtar. Nama ibraninya adalah Hadasa (Ester 2:7). Dalam bahasa Persia kata Ester berarti bintang. Kejadian pada kitab Ester menceritakan peristiwa yang terjadi pada jaman pemerintahan Ahasyweros, namun dalam Alkitab bahasa Inggris ada dua nama yaitu pada NIV disebut sebagai Xerxes sedangkan pada NKJV disebut sebagai Ahasuerus.
Samapai saat ini belum dapat dipastikan siapa pengarang kitab Ester. Menurut Baba Bathra 15 a yang menulis kitab Ester adalah seorang dari Synagoge. Josephus (Antiquities 11:6:1) berpendapat bahwa Mordekhai adalah pengarang dari kitab ini (bad. Est. 9:20).
Pendapat lain mengatakan bahwa Ezra atau Nehemiah yang menulis kitab ini, tetapi berdasarkan bukti linguistik tidak ada kecocokan style dan diksi antara kitab Ester dengan Kitab Ezra atau Nehemiah. Pandangan yang lain mengatakan bahwa seorang Yahudi Persia yang tidak diketahui namanya yang menuliskan kitab ini.
Walaupun tidak diketahui dengan pasti siapa yang menulis kitab ini namun dengan rasio kita dapat menyimpulkan kemungkinan penulis kitab ini adalah :
1. Seorang Yahudi, yang pro tindakan Yahudi dan mengetahui budaya Yahudi, dan
2. Seorang Yahudi Persia yang menjadi saksi mata kejadian yang terjadi dan sepertinya punya akses terhadap catatan Persia (9:20).11
2. Isi
Dalam Kitab Ester menceritakan mengenai perkawinan antara perempuan Israel yang bernama Hadasa (pohon murd) yang kemudian diganti dengan Ester, nama Persia(bintang) dengan seorang raja bangsa lain.
Semasa hidupnya, Ester diurus dan dibesarkan oleh pamanya. Paman Ester bernama Mordekhai sehingga dalam Kitab Ester tokoh sentral dalam narasi ini adalah Mordekhai.
Dalam kitab Ester 4:1-17 merupakan sebuah narasi, dalam narasi tersebut jika dijabarkan dibagi menjadi enam bagian.
Enam bagian tersebut adalah Mordekai berkabung (Ester 4 : 1 - 3), bagian yang kedua adalah perjumpaan pertama Ester dengan perkabungan Mordekhai (Ester 4 : 4), bagian yang ketiga adalah Hatah dikirim kepada Mordekhai (Ester 4 : 5 - 8), bagian yang ke empat adalah Ester segan untuk taat (Ester 4 : 9 - 12), bagian yang ke lima adalah Mordekhai memanaskan keadaan (Ester 4 : 13 - 14), bagian yang ke enam adalah Ester menurut dan perintahnya (Ester 4 : 15 - 17).
Pada bagian awal Mordekhai ditampilkan dalam keadaan dukacita. Ia menggunakan kain karung menandakan berduka cita, berjalan menuju pintu gerbang istana raja dan bersama semua orang Yahudi turut berkabung.
Dukacita yang dimaksud di sini bukanlah dukacita karena kematian seseorang merupakan wujut protes Mordekhai terhadap perlakuan yang tidak adil dari Haman yang ingin memusnakan orang Yahudi.
Walaupun wujut protes Mordekhai tidak normal karena Mordekhai berkabung di depan umum daripada berkabung secara pribadi sehingga timbul pernyataan bahwa Mordekhai bukanlah pimpinan diantara orang Yahudi.
Jika Mordekhai merupakan pimpinan diantara orang Yahudi maka Mordekhai berkabung secara pribadi darpada berkabung di depan umum. Akan tetapi suatu lempengan tanah liat bertuliskan huruf baji dari Borsippa dekat Babel menyebut Mordekhia sebagai pejabat tinggi istana Susan pada permulaan pemerintahaan Ahasyweros, sebagai bawahan dari Ustannu, wali negara dari Babel dan ‘Daerah di seberang sungai’.
Marduka adalah seorang akuntan atau seorang anggota dewan. Marduka ini telah disamakan dengan Mordekhai, yang apabila saran ini diterima, rupanya adalah pejabat penting sebelum tampil dalam Ester. Hubungannya dengan gerbang raja rupanya adalah suatu urusan resmi, dan mungkin kepadanya rupanya dipercayakan kedudukan sebagai penjaga gerbang.
Mordekhai tidak berkabung secara pribadi, tapi didepan umum; sangat terbuka. Mordekai pergi ketengah kota dan ke “gerbang raja.” Dia tidak masuk gerbang, karena terlarang bagi yang berkabung. Raja menjauhkan dirinya dengan kesedihan. Sangat tidak popular menunjukan kesedihan di istananya. Raja abad pertengahan tidak memiliki “tempat berkabung” hanya tempat bergurau.
Ayat tiga tampaknya menjadi pemisah antara ayat dua dan empat. Akan lebih mudah memahami membaca ayat dua lalu langsung ke ayat empat (tanpa membaca ayat 3).
Walaupun demikian, ayat tiga tidak dapat dihilangkan karena ayat ini memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai cermin atas tindakan Mordekhai dengan orang Yahudi pada kerajaan yang memerintah saat itu.
Selain itu, dalam ayat ini terdapat rujukan bahwa orang Yahudi berpuasa. Hal ini ingin menunjukan bahwa orang Yahudi adalah orang yang taat dan beribadah kepada ALLAH, walaupun dalam kisah ini nama Allah tidak pernah disebut-sebut.
Pada bagian yang kedua menceritakan pertemuan Ester dengan Mordekhai, walaupun dalam bagian yang kedua ini Ester tidak mempelajari mengapa Mordekhai berkabung akan tetapi, Ester membuju /mordekhai agar berhenti berkabung.
Ester membujuk Mordekhai berhenti berkabung dengan memberikan pakaian kepada Mordekhai, dengan cara ini Ester berusaha membujuk ayah angkatnya untuk berhenti berkabung.karena Mordekhai menolak pmberian baju dari Ester dan Ester selalu patuh kepada ayah angkatnya (Mordekhai).
Walaupun Ester tidak berhasil membujuk Mordekhai karena Mordekhai memiliki pendirian yang sangat keras. Dalam bagian ini timbul suatu pertanyaan, Apakah perlakuan Mordekhai membuat Ester malu sehingga Ester berusaha membujuk Mordekhai berhenti berkabung dengan memberikan baju.
Pada bagian yang ketiga, Ester memanggil seseorang yang bernama Hatah sebagai utusan untuk berbicara kepada Mordekhai. Sehingga di Ester 4:5-8 tidak ada percakapan langsung antara Ester dan Mordekhai, yang ada hanyalah penyampaian pesan Ester melalui utusannya Hatah.
Yang mengejutkan di ayat ini adalah Sebelumnya kita tahu, Ester terbiasa mengikuti perintah Mordekai. Kita juga aman berasumsi Mordekai juga terbiasa untuk ditaati, bahkan saat Ester jadi ratu.
Maka sangat mengejutkan mendengar respon Ester, yang bisa disingkat dengan satu kata: “tidak!” Kali Ini Ester tidak mau. Dia mengatakan pada Mordekai melalui Hathach bahwa menghadap raja tanpa diperintahkan melawan hukum.
Hukumannya adalah kematian, dan kecil kemungkinannya raja menunjukan belas kasihan dengan mengulurkan tongkat dan mengijinkan penyusup hidup. Karena Ester tidak bisa menghadap tanpa diundang, satu-satunya harapan adalah dia diperintah oleh raja.
Inilah masalahnya; sudah 30 hari Ester tidak diundang bersama raja. Jawaban apalagi yang bisa diberikan kepada Mordekai selain “tidak” ?
Pada bagian selanjutnya menceritakan bagaiamana Mordkhai memanaskan suasana dengan cara mendesak Ester agar memohon kepada Raja agar mau melindungi bangsa Yahudi. Pada bagian ini ada tiga hal yang ditekan Mordekhai kepada Ester.
Hal yang pertama adalah : Mordekhai mengingatkan kepada Ester untuk berpikir dengan baik bahwa keputusan dari Haman melibatkan semua orang Yahudi, tidak peduli dimanapun dalam kerajaan. Ester kelihatannya percaya dia aman dan hanya yahudi lain yang bahaya.
Dia tidak mau membahayakan diri menghadap raja untuk menolong bangsanya, karena percaya dia aman. Perkataan Mordekhai dibuat untuk menyadarkannya bahwa itu mitos. Jika dia tidak mau mengambil resiko bagi yang lain, maka dia membahayakan diri sendiri.
Mordekai ingin meyakinkan Ester bahwa hal paling berbahaya adalah tidak melakukan apapun. Hal yang kedua adalah Mordekhai sangat menekankan kepada Ester bahwa, Ester merupakan satu-satunya harapan bangsa Yahudi.
Hal yang ketiga yang ditekankan Mordekhai kepada Ester adalah bahwa keselamatan keluarga Ester ada di tangan Ester.
Dari tiga hal tersebut timbul suatu pernyataan bahwa Mordekhai merupakan orang Yahudi yang tidak taat, dan tidak percaya, yang tidak memikirkan Tuhan. Mordekhai sangat khawatir sehingga Mordekhai melihat keselamatan orang Yahudi hasil dari usaha manusia. Jika Mordekhai menyebut Tuhan dalam teks kita.
Ester merupakan katu as Mordekai, harapan terakhirnya, kesempatan terakhir orang Israel untuk selamat. Jika dia gagal, semua akan hilang. Dan ini menjelaskan mengapa Mordekhai mengancam Ester bahwa keluarganya akan binasa. Jika keselamatan datang dari tempat lain, maka kenapa Ester mau mati? Sebagai ratu, Ester pasti tidak mati pertama.
Peringatan Mordekai adalah dia akan mati terakhir. Jika ini benar, maka semua Yahudi akan binasa, dan tidak ada keselamatan dari manapun. Alasan Mordekai bahwa jika Ester harapan terakhir orang Yahudi, kegagalannya akan menghasilkan kematiannya dan kematian seluruh bangsa.
Dan pada bagian yang terakhir akibat tekanan yang bertubi-tubi dari Mordekhai akhirnya Ester menyerah dan Ester menghadap raja. Sebelum Ester menghadap raja, Ester memberikan perintah kepada Mordekhai agar Mordekhai mengumpulkan seluruh orang Yahudi di Susa dan berpuasa baginya.
Jangan ada yang makan atau minum selama 3 hari, siang dan malam. Dia dan pelayannya akan melakukan itu, dan kemudian akan pergi menghadap raja. Dia akan melawan hukum dan mempertaruhkan nyawanya.Yang menarik pada bagian ini adalah bagaimana pernyataan dari Ester untuk membela kaumnya umat Yahudi yaitu, “. . . kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Ester 4 : 16b).
Walaupun dalam pernyataan tersebut Ester tidak berserah kepada Allah akan tetapi dari narasi tersebut jelas Ester terbukti tetap berani. Dia memutuskan untuk melanggar hukum suaminya dan membahayakan hidup bagi bangsanya.
Penyertaan Tuhan yang membuat Ester menerima tantangan yang bisa menghilangkan hidupnya, dan pada akhirnya Mordekai menyatakan bahwa dia percaya Tuhan, dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan seseorang, dan pengaturan Tuhan atas peristiwa politik dunia walaupun tidak dijelaskan secara detail bagaimana tahap-tahap Mordekhai bisa mempercayai Allah.
3. Relevansi
Dari narasi ini kita diajarkan untuk tetap berusaha dengan mengandalkan kekuatan Tuhan dalam mengahadapi masalah yang kita hadapi.
Keyakinan kita bahwa Tuhan selalu hadir di tengah masalah yang kita hadapi haruslah selalu ada dalam iman Kristiani. Walaupun karya Tuhan tidak selalu dapat kita tebak, karena Tuhan memakai siapa saja dan apa saja untuk menjadi alat-Nya dalam melakukan kehendak-Nya.
Dari ayat ini juga ingin mengajarkan kepada kita janganlah kita menjadi seperti Mordekhai yang hanya mengandalkan manusia dengan menjadikan Ester sebagai kartu Asnya untuk menghidari ketakutannya terhadap ancaman terhadap bangsa Yahudi akan tetapi kita harus selalu percaya dan mengandalkan Tuhan.
Begitu juga dengan Ester, keyakinan Ester akan pimpinan Tuhan di dalam dirinya menjadi teladan bagi kehidupan kita. Kiranya kita dapat seperti Ester sebagai teladan dengan mengatakan “meskipun aku harus melawan hukum; kalaupun terpaksa mati, biarlah aku mati, “demi bangsaku”, sebagai bukti keyakinan Ester kepada Tuhan yang selalu menyertai dan melindungi mereka dalam setiap ruang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Archer, Gleason L. Jr. A Survey of Old Testament Introduction. Chicago : Moody Press, 1978.
Bakker, F.L., 1987. Sejarah Kerajaan Allah 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Barker, Kenneth, General Ed. The NIV Study Bible. Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1985.
Bush, Frederic, 1996. Ruth/ Esther, WBC; Word Books: United States of America.
Clines, T. J., 1984. Ezra, Nehemiah, Esther. NCBC; United States of America: Marshal Morgan
and Scott.
Edward J. Young. An Introduction to the Old Testament. Grand Rapids : W. M. B. Publishing Company, 1958.
Edwin M. Yamauchi. Persia and the Bible. Grand Rapids : Baker Books, 1996.
Geisler, Norman L. A Popular Survey of the Old Testament. Grand Rapids : Baker Book House, 2000.
Guthrie, D., J. A. Motyer, dan D. J. Wiseman. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983.
LaSor, W.S., 2005. Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Paul Re’emi, S., 1985. Israel Among The Nation, ITC; Edinburgh: The Handsel Press.
Sproul, R.C., General Ed. New Geneva Study Bible. Nashville : Thomas Nelson Publishers,1995
*) Penulis adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Jakarta semester 6
Monday, 16 March 2009
Yuuukkk, Patungan Tapi Bukan untuk Keperluan Kampanye
Kondisi krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia dan sebagian masyarakat kita, ternyata tidak banyak berpengaruh pada para caleg kita, yang pada saat ini sedang melaksanakan kampanye terbuka. Why?
Beberapa waktu yang lalu, sebuah surat kabar terbitan ibukota menempatkan tulisan berita utama berupa informasi yang menyebutkan, kalau seluruh caleg yang siap bertarung untuk memperebutkan kursi legislatif di DPR, DPD, dan DPRD pada pemilu tanggal 9 April 2009 mendatang, telah menghabiskan dana sebesar 3,7 trilyun rupiah untuk kampanye.
Gleeekkkk... belum pernah aku melihat uang sebanyak itu di depan mata.
Sejumlah besar uang tersebut, selain dipakai untuk membiayai pembuatan atribut kampanye yang banyak bertebaran di pinggir-pinggir jalan dan ruang terbuka, juga untuk membiayai kegiatan kampanye yang dilakukan partai di televisi atau radio.
Uang sebesar 3,7 trilyun rupiah, tentu bukanlah nilai yang sedikit. Apabila dipergunakan untuk kegiatan pembangunan, mungkin dana sebesar itu bisa dipakai untuk membangun banyak sarana dan prasarana umum, yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh sebagian besar anggota masyarakat kita, dalam jangka panjang.
Namun sayangnya, uang sebesar itu, tidak dihabiskan untuk kegiatan pembangunan, akan tetapi dipakai untuk mengotori ruang terbuka umum, dengan jutaan bentuk pernak-pernik kampanye, baik pernak-pernik kampanye yang dibuat untuk mempromosikan diri para caleg ke masyarakat, atau pernak-pernik kampanye dengan langgam atribut partai politik.
Sungguh, betapa hebatnya sebagian besar orang berada di negeri kita. Hanya dalam tempo waktu 7 sampai 8 bulan saja, uang sebesar 3,7 trilyun dapat dihabiskan dengan mudah.
Lebih dari 60 ribu orang caleg, beramai-ramai "patungan" dengan jumlah nilai nominal rupiah bervariasi, mulai dari 500 ribu rupiah, hingga milyaran rupiah, hanya untuk dinikmati oleh sebagian kecil anggota masyarakat saja, yaitu perusahaan percetakan, para tukang sablon yang membuat bendera atau kaos, dan menggaji para anggota tim sukses serta simpatisan yang rela begadang untuk berkeliaran malam-malam untuk menempel atau memasang foto caleg jagoannya.
Dalam hal patungan, orang Indonesia memang pintar. Beberapa bulan yang lalu, uang sebesar 22 milyar rupiah dapat dikumpulkan oleh para simpatisan (termasuk didalamnya, orang yang bersimpati) dan para kader PKS. Sayangnya, uang patungan dalam jumlah besar itu, tidak digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, namun didonasikan untuk "membantu" masyarakat Palestina.
Pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto dulu, sejumlah besar orang kaya di Indonesia juga secara beramai-ramai mengumpulkan uang dollar, perhiasan emas, atau berbagai bentuk harta kekayaan lainnya, untuk diserahkan kepada negara, agar bisa dipakai untuk menutupi defisit keuangan negara yang saat itu sedang dilanda krisis.
Andai saja, jutaan orang kaya dan super kaya yang ada di Indonesia mau dimintakan dana masing-masing antara 10 hingga 100 dollar per-orang setiap bulan, untuk dipakai membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia, pasti orang miskin di negeri ini akan dapat cepat dihapuskan.
Mungkin gak ya, perandaian itu hanyalah sebuah mimpi, atau memang mimpi saya itu dapat diwujudkan dengan mengangkat sikap empati orang kaya di Indonesia?
Terdengar dan terlihat miris rasanya kalau majalah Forbes mengatakan ada beberapa orang Indonesia yang memiliki kekayaan diatas 1,5 milyar dollar US, padahal di sisi yang lain, banyak orang miskin di Indonesia yang untuk makan 3 kali sehari saja sulit.
Jumlah orang super kaya di Indonesia memang tidak terlalu banyak. Namun sangat terasa sekali kalau ada kesenjangan diantara masyarakat kita. Hal ini terjadi karena semangat kesetiakawanan sosial dalam jiwa nasionalisme pada diri orang-orang super kaya itu, sudah pudar dan tidak begitu melekat lagi di dada mereka.
Wahai orang-orang kaya di Indonesia, cobalah tengok ke sekitar kalian, banyak hal yang bisa kalian perbuat untuk mengangkat harkat dan derajat orang-orang miskin yang ada di sekitar kita. Mereka perlu dibantu karena kemiskinan telah membelenggu mereka sehingga sulit untuk maju.
Entah kenapa, kalian begitu mudah menghambur-hamburkan uang pada saat bersenang-senang, akan tetapi sulit apabila diminta untuk memberikan perhatian pada kaum papa. Ingatlah, banyak orang ang masih hidup susah dan jauh dari berkecukupan.
Kalau gak mau diajak patungan membantu orang miskin, yaaaa... patungan saja untuk memberikan beasiswa bagi ribuan anak-anak kurang mampu, atau sama-sama melakukan reboisasi di hutan-hutan yang sudah gundul maupun menghidupkan lagi banyak hutan mangrove yang ada di pinggir garis pantai, yang telah banyak menghilang dari garis pantai banyak pulau di negeri kita.
Terserah deh, mau patungan dalam bentuk apa dan bagaimana caranya. Pokoknya, setelah pemilu nanti, kita bangkitkan kembali semangat nasionalisme kita untuk mengangkat harkat dan derajat hidup bangsa atau memperbaiki lingkungan yang sudah banyak rusak karena ulah tangan-tangan yang tak bertanggung-jawab, sehingga kita secara bersama-sama bisa menghadapi tekanan besar dari kondisi krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia.
Salam nasionalisme,
.Sarlen Julfree Manurung
Beberapa waktu yang lalu, sebuah surat kabar terbitan ibukota menempatkan tulisan berita utama berupa informasi yang menyebutkan, kalau seluruh caleg yang siap bertarung untuk memperebutkan kursi legislatif di DPR, DPD, dan DPRD pada pemilu tanggal 9 April 2009 mendatang, telah menghabiskan dana sebesar 3,7 trilyun rupiah untuk kampanye.
Gleeekkkk... belum pernah aku melihat uang sebanyak itu di depan mata.
Sejumlah besar uang tersebut, selain dipakai untuk membiayai pembuatan atribut kampanye yang banyak bertebaran di pinggir-pinggir jalan dan ruang terbuka, juga untuk membiayai kegiatan kampanye yang dilakukan partai di televisi atau radio.
Uang sebesar 3,7 trilyun rupiah, tentu bukanlah nilai yang sedikit. Apabila dipergunakan untuk kegiatan pembangunan, mungkin dana sebesar itu bisa dipakai untuk membangun banyak sarana dan prasarana umum, yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh sebagian besar anggota masyarakat kita, dalam jangka panjang.
Namun sayangnya, uang sebesar itu, tidak dihabiskan untuk kegiatan pembangunan, akan tetapi dipakai untuk mengotori ruang terbuka umum, dengan jutaan bentuk pernak-pernik kampanye, baik pernak-pernik kampanye yang dibuat untuk mempromosikan diri para caleg ke masyarakat, atau pernak-pernik kampanye dengan langgam atribut partai politik.
Sungguh, betapa hebatnya sebagian besar orang berada di negeri kita. Hanya dalam tempo waktu 7 sampai 8 bulan saja, uang sebesar 3,7 trilyun dapat dihabiskan dengan mudah.
Lebih dari 60 ribu orang caleg, beramai-ramai "patungan" dengan jumlah nilai nominal rupiah bervariasi, mulai dari 500 ribu rupiah, hingga milyaran rupiah, hanya untuk dinikmati oleh sebagian kecil anggota masyarakat saja, yaitu perusahaan percetakan, para tukang sablon yang membuat bendera atau kaos, dan menggaji para anggota tim sukses serta simpatisan yang rela begadang untuk berkeliaran malam-malam untuk menempel atau memasang foto caleg jagoannya.
Dalam hal patungan, orang Indonesia memang pintar. Beberapa bulan yang lalu, uang sebesar 22 milyar rupiah dapat dikumpulkan oleh para simpatisan (termasuk didalamnya, orang yang bersimpati) dan para kader PKS. Sayangnya, uang patungan dalam jumlah besar itu, tidak digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, namun didonasikan untuk "membantu" masyarakat Palestina.
Pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto dulu, sejumlah besar orang kaya di Indonesia juga secara beramai-ramai mengumpulkan uang dollar, perhiasan emas, atau berbagai bentuk harta kekayaan lainnya, untuk diserahkan kepada negara, agar bisa dipakai untuk menutupi defisit keuangan negara yang saat itu sedang dilanda krisis.
Andai saja, jutaan orang kaya dan super kaya yang ada di Indonesia mau dimintakan dana masing-masing antara 10 hingga 100 dollar per-orang setiap bulan, untuk dipakai membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia, pasti orang miskin di negeri ini akan dapat cepat dihapuskan.
Mungkin gak ya, perandaian itu hanyalah sebuah mimpi, atau memang mimpi saya itu dapat diwujudkan dengan mengangkat sikap empati orang kaya di Indonesia?
Terdengar dan terlihat miris rasanya kalau majalah Forbes mengatakan ada beberapa orang Indonesia yang memiliki kekayaan diatas 1,5 milyar dollar US, padahal di sisi yang lain, banyak orang miskin di Indonesia yang untuk makan 3 kali sehari saja sulit.
Jumlah orang super kaya di Indonesia memang tidak terlalu banyak. Namun sangat terasa sekali kalau ada kesenjangan diantara masyarakat kita. Hal ini terjadi karena semangat kesetiakawanan sosial dalam jiwa nasionalisme pada diri orang-orang super kaya itu, sudah pudar dan tidak begitu melekat lagi di dada mereka.
Wahai orang-orang kaya di Indonesia, cobalah tengok ke sekitar kalian, banyak hal yang bisa kalian perbuat untuk mengangkat harkat dan derajat orang-orang miskin yang ada di sekitar kita. Mereka perlu dibantu karena kemiskinan telah membelenggu mereka sehingga sulit untuk maju.
Entah kenapa, kalian begitu mudah menghambur-hamburkan uang pada saat bersenang-senang, akan tetapi sulit apabila diminta untuk memberikan perhatian pada kaum papa. Ingatlah, banyak orang ang masih hidup susah dan jauh dari berkecukupan.
Kalau gak mau diajak patungan membantu orang miskin, yaaaa... patungan saja untuk memberikan beasiswa bagi ribuan anak-anak kurang mampu, atau sama-sama melakukan reboisasi di hutan-hutan yang sudah gundul maupun menghidupkan lagi banyak hutan mangrove yang ada di pinggir garis pantai, yang telah banyak menghilang dari garis pantai banyak pulau di negeri kita.
Terserah deh, mau patungan dalam bentuk apa dan bagaimana caranya. Pokoknya, setelah pemilu nanti, kita bangkitkan kembali semangat nasionalisme kita untuk mengangkat harkat dan derajat hidup bangsa atau memperbaiki lingkungan yang sudah banyak rusak karena ulah tangan-tangan yang tak bertanggung-jawab, sehingga kita secara bersama-sama bisa menghadapi tekanan besar dari kondisi krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia.
Salam nasionalisme,
.Sarlen Julfree Manurung
Kalau Gak Senang, Jangan Nyuekin Donnnggg...
Hidup dicuekin itu gak enak. Apalagi kalau cara-cara yang dipakai untuk mencuekin orang lain itu adalah dengan mendiamkan orang yang mau dicuekin, sehingga orang yang dicuekin itu, sampai merasa telah diperlakukan tidak adil.
Buat aku pribadi, itu adalah cara paling kasar yang bisa dilakukan seseorang, yang dilakukan karena adanya rasa tidak senang, rasa tidak suka dan mulai bertumbuhnya didalam hati sikap bermusuhan terhadap orang lain.
Apakah untuk mengungkapkan rasa tidak senang atau tidak suka, harus dengan mendiamkan orang lain, tanpa mau menegur atau menjawab teguran?
Apa jadinya ya, kalau kondisi yang sama terjadi pada dirinya / diri mereka?
Gak harus perilaku seperti itu kita kembangkan. Kalau aku yang jadi korban dicuekin seseorang, aku gak akan membalaskan rasa tidak senang atau tidak suka yang ditunjukkan orang-orang itu dengan cara yang sama atau dengan cara apapun.
Bahasa sederhananya : Aku gak mau hukum tabur tuai berlaku kalau saja aku mendapatkan perlakuan yang sama.
Kalau memang ada salah, kalau memang ada rasa tidak senang, kalau ada yang mengganjal di hati, atau ada perbedaan pendapat, yaaa... dibicarakan dong, bukannya ngajak banyak orang yang lainnya untuk ikut-ikutan nyuekin.
Itu gak bagus, apalagi berkoloni untuk menyakiti hati dan perasaan orang lain. Itu adalah suatu tindak kejahatan yang tergolong sadisss...
Teman-temanku yang baik hati,
Jangan pernah menyakiti hati dan perasaan orang lain dengan cara nyuekin, apapun bentuknya dan bagaimanapun caranya, sebab dicuekin itu gak enak... dicuekin itu, menyakitkan... dicuekin itu, gak beradab...
Stop segala bentuk kekerasan...!!!
.Sarlen Julfree Manurung
Buat aku pribadi, itu adalah cara paling kasar yang bisa dilakukan seseorang, yang dilakukan karena adanya rasa tidak senang, rasa tidak suka dan mulai bertumbuhnya didalam hati sikap bermusuhan terhadap orang lain.
Apakah untuk mengungkapkan rasa tidak senang atau tidak suka, harus dengan mendiamkan orang lain, tanpa mau menegur atau menjawab teguran?
Apa jadinya ya, kalau kondisi yang sama terjadi pada dirinya / diri mereka?
Gak harus perilaku seperti itu kita kembangkan. Kalau aku yang jadi korban dicuekin seseorang, aku gak akan membalaskan rasa tidak senang atau tidak suka yang ditunjukkan orang-orang itu dengan cara yang sama atau dengan cara apapun.
Bahasa sederhananya : Aku gak mau hukum tabur tuai berlaku kalau saja aku mendapatkan perlakuan yang sama.
Kalau memang ada salah, kalau memang ada rasa tidak senang, kalau ada yang mengganjal di hati, atau ada perbedaan pendapat, yaaa... dibicarakan dong, bukannya ngajak banyak orang yang lainnya untuk ikut-ikutan nyuekin.
Itu gak bagus, apalagi berkoloni untuk menyakiti hati dan perasaan orang lain. Itu adalah suatu tindak kejahatan yang tergolong sadisss...
Teman-temanku yang baik hati,
Jangan pernah menyakiti hati dan perasaan orang lain dengan cara nyuekin, apapun bentuknya dan bagaimanapun caranya, sebab dicuekin itu gak enak... dicuekin itu, menyakitkan... dicuekin itu, gak beradab...
Stop segala bentuk kekerasan...!!!
.Sarlen Julfree Manurung
Saturday, 7 March 2009
M E N G H A K I M I
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
(Matius 7 : 1 – 3)
Kata menghakimi diambil dari bahasa Yunani, Krino, yang umumnya diartikan sebagai membuat memutuskan, menilai atau menyimpulkan sendiri tentang sesuatu hal.
Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?
(Lukas 12 : 57)
Menghakimi orang lain merupakan sebuah keadaan situasional yang mengemuka ketika seseorang atau sekumpulan orang mengeluarkan suatu pernyataan yang berkaitan dengan orang lain, yang beranggapan atau menilai kalau orang lain tersebut, benar-benar telah melakukan kesalahan, meskipun anggapan atau penilaian itu, masih belum memiliki nilai kepastian akan kebenarannya.
Adanya anggapan atau penilaian kalau orang lain telah berbuat salah, dihadirkan sebagai sebuah upaya untuk menyudutkan orang lain, dengan menghadirkan pemikiran imajinatif yang menempatkan orang lain pada posisi bersalah.
Tindakan menghakimi orang lain memang berkonotasi negatif, karena banyak orang yang mengekspresikan perbuatan menghakimi sebagai sebuah tindakan untuk “menghukum” atau langsung memvonis orang lain.
Dalam banyak kesempatan, tindakan menghakimi orang lain diawali dengan keluarnya suatu pernyataan yang membesar-besarkan kesalahan maupun sikap tidak menyenangkan yang telah diperbuat orang lain ketika ada masalah.
Apabila dicermati lebih jauh, disikapi dengan kepala dingin, atau ditanggapi dengan tidak emosional (meredam adanya pemikiran untuk membuat orang lain sakit hati), pernyataan membesar-besarkan kesalahan orang lain atau membesar-besarkan adanya perilaku yang tidak menyenangkan dari orang lain itu, tidak harus dengan cara membangun opini publik yang membangun citra buruk atas diri seseorang karena perbuatan atau perilakunya.
Kenapa begitu?
Padahal, apabila dikaitkan dengan isi Firman Tuhan yang terdapat dalam Lukas 12 : 57 diatas, seharusnya makna perbuatan menghakimi orang lain tersebut berkonotasi positif, yaitu mendapatkan nilai kebenaran atau mendapatkan nilai kebaikkan.
Kekejian perkataan yang terungkap melalui kata-kata yang mengecam untuk membuat orang lain dalam posisi bersalah, bukanlah hakekat menghakimi dari prinsip pengajaran iman Kristen.
Entah kenapa, orang-orang beriman sangat suka sekali memanfaatkan momentum untuk mengingatkan (menghakimi) orang lain, dengan menghadirkan kata-kata kecaman yang diucapkan dengan menggunakan tata dan gaya bahasa yang menyakitkan.
Mengeluarkan kata-kata yang penuh dengan kecaman pada saat menghakimi orang lain, menimbulkan kesan kalau kita adalah pribadi yang kasar, emosional, atau suka menekan orang lain untuk mengaku salah atau berada pada posisi bersalah.
Hanya Roh Kudus Pribadi yang berhak untuk menunjukkan adanya kesalahan seseorang tanpa menyakiti dan melukai.
Tekanan psikologis yang dinyatakan melalui kata-kata kecaman atau umpatan yang kita ucapkan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dari orang lain, tidak mendorong orang lain untuk menyadari kesalahannya.
Sedangkan pada sisi lain, sikap kita itu tidak akan membuat kita bersekutu dengan Tuhan pada saat pikiran kita tertuju pada upaya menekan orang lain dengan kata-kata kecaman.
Firman Tuhan dalam kitab Yohanes 7 : 24 menyatakan :
"Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil."
Ayat Firman Tuhan dalam kitab Yohanes 7 : 24 tersebut menyatakan, kalau orang-orang Kristen dapat menghakimi orang lain, namun tindakan menghakimi tersebut, diarahkan bukan untuk menyatakan suatu tuduhan atau suatu sangkaan yang dirupakan untuk bisa menyudutkan atau mendiskreditkan orang lain, akan tetapi bertujuan untuk mengingatkan orang lain agar dapat memperbaiki kesalahan atau perilaku yang tidak baik.
Hakekat yang dicari dalam makna kata menghakimi disini adalah menempatkan keadilan.
Dalam hal ini, apabila orang Kristen menghakimi orang lain, maka ia harus bersikap adil atau menempatkan keadilan dalam menghakimi orang lain, bukan untuk menempatkan orang lain sebagai pribadi yang tidak layak untuk menerima pengampunan atau mendapat kesempatan untuk memperbaiki perilakunya.
Namun akan lebih baik lagi, apabila orang Kristen tidak menghakimi orang lain, karena sering kali manusia keliru dalam memahami dan menempatkan kata menghakimi, tidak seperti makna yang dikandung dalam Firman Tuhan, akan tetapi berdasarkan pemikiran logika manusia, yaitu menghadirkan penghukuman kepada orang lain.
Sedapat mungkin setiap orang percaya sebaiknya tidak menghakimi orang lain, karena untuk setiap perbuatan menghakimi orang lain yang dilakukannya, Tuhan sendiri akan memakai pola dan takaran yang sama pada saat IA menghakimi dan menegur kita.
Oleh sebab itu, kata menghakimi tidak selalu berkonotasi buruk. Semuanya itu sangatlah tergantung pada bagaimana cara kita dalam memahami, menafsirkan atau menempatkan kata menghakimi pada proporsi dan tempatnya, sebab Tuhan meminta kita untuk tidak menghakimi apabila kita tidak bisa bertindak adil.
Dalam hal ini, anak-anak Tuhan tidak dapat mempergunakan pola pemahaman atau cara pandang yang sama terhadap kata menghakimi, ketika kata menghakimi dilekatkan pada hak tunggal Allah, yaitu menghakimi semua orang atas setiap tindakan maupun perilaku yang ditunjukkannya, selama nafas kehidupan ada pada manusia.
Anak-anak Tuhan harus mengingat, kalau Tuhan juga berkehendak kepada anak-anakNya untuk tidak mencari-cari kesalahan orang lain atau bisanya melihat kesalahan orang lain, terutama apabila kehidupan anak-anak Tuhan sendiri masih belum benar dan masih dapat ditemukan kesalahan atau berselebung dosa.
Setiap anak-anak Tuhan harus menyadari, kalau dirinya belum tentu menjalani pola hidup benar seutuhnya, sehingga orang lain dapat pula menemukan kesalahan atau keburukkan perilaku didalam kehidupan mereka.
Jadi, ada batasan-batasan dalam bersikap yang harus dipahami dan dimengerti oleh setiap anak-anak Tuhan, mengingat tindakan menghakimi juga dapat diberlakukan orang lain pula atas hidup mereka. Namun yang terpenting dari itu semua, biarkanlah Tuhan yang empunya kuasa bertindak sebagai Hakim terhadap perbuatan dan perilaku kita, selama menjalani kehidupan.
"Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah."
(I Korintus 4 : 15)
Menghakimi yang hanya didasarkan oleh dugaan semata, janganlah dipakai sebagai satu bentuk tindakan yang diberlakukan dalam hidup kita, karena sesuatu yang berawal dari dugaan, masih membutuhkan penelaahan lebih jauh, agar pada satu waktu nanti, akan ada tindakan saling menghakimi.
"Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi!"
(Roma 14 : 13)
Kiranya Tuhan membantu serta mengingatkan kita, untuk dapat bersikap adil pada saat menghakimi orang lain, agar kelak pada waktunya nanti, Tuhan akan berkata kepada kita : "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia."
Tuhan Yesus yang teramat baik, memberkati kita semua.
.Sarlen Julfree Manurung
(Matius 7 : 1 – 3)
Kata menghakimi diambil dari bahasa Yunani, Krino, yang umumnya diartikan sebagai membuat memutuskan, menilai atau menyimpulkan sendiri tentang sesuatu hal.
Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?
(Lukas 12 : 57)
Menghakimi orang lain merupakan sebuah keadaan situasional yang mengemuka ketika seseorang atau sekumpulan orang mengeluarkan suatu pernyataan yang berkaitan dengan orang lain, yang beranggapan atau menilai kalau orang lain tersebut, benar-benar telah melakukan kesalahan, meskipun anggapan atau penilaian itu, masih belum memiliki nilai kepastian akan kebenarannya.
Adanya anggapan atau penilaian kalau orang lain telah berbuat salah, dihadirkan sebagai sebuah upaya untuk menyudutkan orang lain, dengan menghadirkan pemikiran imajinatif yang menempatkan orang lain pada posisi bersalah.
Tindakan menghakimi orang lain memang berkonotasi negatif, karena banyak orang yang mengekspresikan perbuatan menghakimi sebagai sebuah tindakan untuk “menghukum” atau langsung memvonis orang lain.
Dalam banyak kesempatan, tindakan menghakimi orang lain diawali dengan keluarnya suatu pernyataan yang membesar-besarkan kesalahan maupun sikap tidak menyenangkan yang telah diperbuat orang lain ketika ada masalah.
Apabila dicermati lebih jauh, disikapi dengan kepala dingin, atau ditanggapi dengan tidak emosional (meredam adanya pemikiran untuk membuat orang lain sakit hati), pernyataan membesar-besarkan kesalahan orang lain atau membesar-besarkan adanya perilaku yang tidak menyenangkan dari orang lain itu, tidak harus dengan cara membangun opini publik yang membangun citra buruk atas diri seseorang karena perbuatan atau perilakunya.
Kenapa begitu?
Padahal, apabila dikaitkan dengan isi Firman Tuhan yang terdapat dalam Lukas 12 : 57 diatas, seharusnya makna perbuatan menghakimi orang lain tersebut berkonotasi positif, yaitu mendapatkan nilai kebenaran atau mendapatkan nilai kebaikkan.
Kekejian perkataan yang terungkap melalui kata-kata yang mengecam untuk membuat orang lain dalam posisi bersalah, bukanlah hakekat menghakimi dari prinsip pengajaran iman Kristen.
Entah kenapa, orang-orang beriman sangat suka sekali memanfaatkan momentum untuk mengingatkan (menghakimi) orang lain, dengan menghadirkan kata-kata kecaman yang diucapkan dengan menggunakan tata dan gaya bahasa yang menyakitkan.
Mengeluarkan kata-kata yang penuh dengan kecaman pada saat menghakimi orang lain, menimbulkan kesan kalau kita adalah pribadi yang kasar, emosional, atau suka menekan orang lain untuk mengaku salah atau berada pada posisi bersalah.
Hanya Roh Kudus Pribadi yang berhak untuk menunjukkan adanya kesalahan seseorang tanpa menyakiti dan melukai.
Tekanan psikologis yang dinyatakan melalui kata-kata kecaman atau umpatan yang kita ucapkan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dari orang lain, tidak mendorong orang lain untuk menyadari kesalahannya.
Sedangkan pada sisi lain, sikap kita itu tidak akan membuat kita bersekutu dengan Tuhan pada saat pikiran kita tertuju pada upaya menekan orang lain dengan kata-kata kecaman.
Firman Tuhan dalam kitab Yohanes 7 : 24 menyatakan :
"Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil."
Ayat Firman Tuhan dalam kitab Yohanes 7 : 24 tersebut menyatakan, kalau orang-orang Kristen dapat menghakimi orang lain, namun tindakan menghakimi tersebut, diarahkan bukan untuk menyatakan suatu tuduhan atau suatu sangkaan yang dirupakan untuk bisa menyudutkan atau mendiskreditkan orang lain, akan tetapi bertujuan untuk mengingatkan orang lain agar dapat memperbaiki kesalahan atau perilaku yang tidak baik.
Hakekat yang dicari dalam makna kata menghakimi disini adalah menempatkan keadilan.
Dalam hal ini, apabila orang Kristen menghakimi orang lain, maka ia harus bersikap adil atau menempatkan keadilan dalam menghakimi orang lain, bukan untuk menempatkan orang lain sebagai pribadi yang tidak layak untuk menerima pengampunan atau mendapat kesempatan untuk memperbaiki perilakunya.
Namun akan lebih baik lagi, apabila orang Kristen tidak menghakimi orang lain, karena sering kali manusia keliru dalam memahami dan menempatkan kata menghakimi, tidak seperti makna yang dikandung dalam Firman Tuhan, akan tetapi berdasarkan pemikiran logika manusia, yaitu menghadirkan penghukuman kepada orang lain.
Sedapat mungkin setiap orang percaya sebaiknya tidak menghakimi orang lain, karena untuk setiap perbuatan menghakimi orang lain yang dilakukannya, Tuhan sendiri akan memakai pola dan takaran yang sama pada saat IA menghakimi dan menegur kita.
Oleh sebab itu, kata menghakimi tidak selalu berkonotasi buruk. Semuanya itu sangatlah tergantung pada bagaimana cara kita dalam memahami, menafsirkan atau menempatkan kata menghakimi pada proporsi dan tempatnya, sebab Tuhan meminta kita untuk tidak menghakimi apabila kita tidak bisa bertindak adil.
Dalam hal ini, anak-anak Tuhan tidak dapat mempergunakan pola pemahaman atau cara pandang yang sama terhadap kata menghakimi, ketika kata menghakimi dilekatkan pada hak tunggal Allah, yaitu menghakimi semua orang atas setiap tindakan maupun perilaku yang ditunjukkannya, selama nafas kehidupan ada pada manusia.
Anak-anak Tuhan harus mengingat, kalau Tuhan juga berkehendak kepada anak-anakNya untuk tidak mencari-cari kesalahan orang lain atau bisanya melihat kesalahan orang lain, terutama apabila kehidupan anak-anak Tuhan sendiri masih belum benar dan masih dapat ditemukan kesalahan atau berselebung dosa.
Setiap anak-anak Tuhan harus menyadari, kalau dirinya belum tentu menjalani pola hidup benar seutuhnya, sehingga orang lain dapat pula menemukan kesalahan atau keburukkan perilaku didalam kehidupan mereka.
Jadi, ada batasan-batasan dalam bersikap yang harus dipahami dan dimengerti oleh setiap anak-anak Tuhan, mengingat tindakan menghakimi juga dapat diberlakukan orang lain pula atas hidup mereka. Namun yang terpenting dari itu semua, biarkanlah Tuhan yang empunya kuasa bertindak sebagai Hakim terhadap perbuatan dan perilaku kita, selama menjalani kehidupan.
"Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah."
(I Korintus 4 : 15)
Menghakimi yang hanya didasarkan oleh dugaan semata, janganlah dipakai sebagai satu bentuk tindakan yang diberlakukan dalam hidup kita, karena sesuatu yang berawal dari dugaan, masih membutuhkan penelaahan lebih jauh, agar pada satu waktu nanti, akan ada tindakan saling menghakimi.
"Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi!"
(Roma 14 : 13)
Kiranya Tuhan membantu serta mengingatkan kita, untuk dapat bersikap adil pada saat menghakimi orang lain, agar kelak pada waktunya nanti, Tuhan akan berkata kepada kita : "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia."
Tuhan Yesus yang teramat baik, memberkati kita semua.
.Sarlen Julfree Manurung
Monday, 2 March 2009
Pendamaian Hidup dalam Kristus
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
(II Korintus 5 : 21)
Dosa terjadi bukan karena seseorang telah berbuat salah, namun karena seseorang telah memilih untuk berbuat atau memandang sesuatu dengan salah, yaitu dengan membuat anggapan, penilaian, dan keputusan sendiri terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Tuhan agar manusia tidak melakukannya.
Oleh karena manusia menutup mata dan telinga atas perintah Tuhan tersebut, Firman Tuhan seakan-akan kehilangan kuasa besar serta ajaibnya, yang mampu menolong manusia agar tidak semakin jatuh kedalam perangkap dosa. Kebenaran Firman Tuhan seakan terlupakan karena manusia memilih yang disukai, bukan yang harus dilakukan.
Memang, lebih mudah untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hati, ketimbang harus mempercayai perbuatan-perbuatan ajaib yang telah Tuhan nyatakan kepada manusia, agar manusia bertobat, tidak melanggar perintah Tuhan, dan tidak mengulangi lagi perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Hati dan pikiran sebagian besar anak-anak manusia, memang lebih mudah tergoda untuk melakukan dosa, dibandingkan melakukan banyak hal untuk kemuliaan nama Tuhan.
Kepanikan karena tidak segera menemukan jawaban penyelesaian masalah, dipakai sebagai alasan munculnya ilham untuk "membenarkan" adanya perbuatan dosa yang kita lakukan.
Bagi mereka yang sudah mendapatkan pengajaran akan Firman Tuhan dan telah merasakan kuat kuasa kasih Tuhan atas diri mereka, tak mampu menahan godaan dosa terjadi karena mereka sendiri masih dilingkupi oleh pemikiran-pemikiran manusiawi, yang menghendaki segala sesuatunya baik dan tidak membuat diri mereka susah / menjalani penderitaan.
Rasa tidak puas, iri hati, dan pribadi yang sulit untuk menahan diri agar tidak berkata dusta, merupakan sejumlah inspirasi dalam kehidupan manusia, yang membuat manusia yang telah mengenal Tuhan, akhirnya jatuh juga kedalam dosa.
Kenapa tetap terjatuh kedalam dosa, padahal, pengajaran dalam Firman Tuhan dengan jelas mengungkapkan, bahwa Yesus Kristus adalah jalan keselamatan, dimana keberadaan segenap pengajaran dan perintahNya dinyatakan, agar manusia yang menerapkannya dalam kehidupannya, tidak merasakan adanya kepahitan hidup oleh karena dosa?
Allah Bapa mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk menghadirkan keselamatan manusia. PengorbananNya dengan mati sengsara di kayu salib, merupakan sebuah karya kasih yang mendamaikan manusia dengan Allah, memutuskan keterikatan kita dari belenggu mata rantai dosa, membebaskan kita dari adanya upah maut.
Yesus Kristus yang tidak berdosa, harus menanggung kebakaan perbuatan dosa, yang lebih sering dipilih manusia karena manusia sulit untuk menolak keberadaan perbuatan-perbuatan yang menghadirkan dosa.
Ia menjalani penderitaan itu, karena didalam Firman Tuhan telah dinyatakan bahwa Yesus Kristus hadir sebagai pendamai antara manusia dengan Allah.
Ketika penebusan dosa telah kita peroleh, selayaknya kita memusatkan perhatian kita pada cara menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, sebab tidak ada orang yang dapat menebus dirinya sendiri.
Penebusan dosa merupakan pengalaman paling berharga yang bisa diperoleh manusia, karena didalam penebusan dosa, keselamatan diperoleh oleh setiap orang yang percaya kepada Kristus.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
.Sarlen Julfree Manurung
(II Korintus 5 : 21)
Dosa terjadi bukan karena seseorang telah berbuat salah, namun karena seseorang telah memilih untuk berbuat atau memandang sesuatu dengan salah, yaitu dengan membuat anggapan, penilaian, dan keputusan sendiri terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Tuhan agar manusia tidak melakukannya.
Oleh karena manusia menutup mata dan telinga atas perintah Tuhan tersebut, Firman Tuhan seakan-akan kehilangan kuasa besar serta ajaibnya, yang mampu menolong manusia agar tidak semakin jatuh kedalam perangkap dosa. Kebenaran Firman Tuhan seakan terlupakan karena manusia memilih yang disukai, bukan yang harus dilakukan.
Memang, lebih mudah untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hati, ketimbang harus mempercayai perbuatan-perbuatan ajaib yang telah Tuhan nyatakan kepada manusia, agar manusia bertobat, tidak melanggar perintah Tuhan, dan tidak mengulangi lagi perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Hati dan pikiran sebagian besar anak-anak manusia, memang lebih mudah tergoda untuk melakukan dosa, dibandingkan melakukan banyak hal untuk kemuliaan nama Tuhan.
Kepanikan karena tidak segera menemukan jawaban penyelesaian masalah, dipakai sebagai alasan munculnya ilham untuk "membenarkan" adanya perbuatan dosa yang kita lakukan.
Bagi mereka yang sudah mendapatkan pengajaran akan Firman Tuhan dan telah merasakan kuat kuasa kasih Tuhan atas diri mereka, tak mampu menahan godaan dosa terjadi karena mereka sendiri masih dilingkupi oleh pemikiran-pemikiran manusiawi, yang menghendaki segala sesuatunya baik dan tidak membuat diri mereka susah / menjalani penderitaan.
Rasa tidak puas, iri hati, dan pribadi yang sulit untuk menahan diri agar tidak berkata dusta, merupakan sejumlah inspirasi dalam kehidupan manusia, yang membuat manusia yang telah mengenal Tuhan, akhirnya jatuh juga kedalam dosa.
Kenapa tetap terjatuh kedalam dosa, padahal, pengajaran dalam Firman Tuhan dengan jelas mengungkapkan, bahwa Yesus Kristus adalah jalan keselamatan, dimana keberadaan segenap pengajaran dan perintahNya dinyatakan, agar manusia yang menerapkannya dalam kehidupannya, tidak merasakan adanya kepahitan hidup oleh karena dosa?
Allah Bapa mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk menghadirkan keselamatan manusia. PengorbananNya dengan mati sengsara di kayu salib, merupakan sebuah karya kasih yang mendamaikan manusia dengan Allah, memutuskan keterikatan kita dari belenggu mata rantai dosa, membebaskan kita dari adanya upah maut.
Yesus Kristus yang tidak berdosa, harus menanggung kebakaan perbuatan dosa, yang lebih sering dipilih manusia karena manusia sulit untuk menolak keberadaan perbuatan-perbuatan yang menghadirkan dosa.
Ia menjalani penderitaan itu, karena didalam Firman Tuhan telah dinyatakan bahwa Yesus Kristus hadir sebagai pendamai antara manusia dengan Allah.
Ketika penebusan dosa telah kita peroleh, selayaknya kita memusatkan perhatian kita pada cara menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, sebab tidak ada orang yang dapat menebus dirinya sendiri.
Penebusan dosa merupakan pengalaman paling berharga yang bisa diperoleh manusia, karena didalam penebusan dosa, keselamatan diperoleh oleh setiap orang yang percaya kepada Kristus.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
.Sarlen Julfree Manurung
Subscribe to:
Posts (Atom)