Rangkaian kegiatan kampanye terbuka, sebentar lagi usai. Setiap partai politik peserta pemilu saling berlomba-lomba merayu rakyat agar bersedia memilih dan mendukung caleg yang mereka ajukan agar menjadi anggota DPR RI, DPD, serta anggota DPRD tingkat propinsi dan kabupaten.
Adakah niat untuk menghadirkan kemajuan hidup masyarakat luas yang partai-partai politik itu tawarkan dalam setiap kampanye?
Tentu saja. Namun, sebagian partai politik peserta pemilu, dengan kemampuan pendanaan yang besar, hanya ingin menawarkan mimpi-mimpi yang terkonsep baik. Sedangkan sebagian kecil partai politik lainnya, hanya dengan dilandasi semangat ingin memperbaiki kondisi negeri ini, berjuang untuk merebut simpati masyarakat berdasarkan kemampuan keuangan yang ada atau kemampuan keuangan yang seadanya.
Sejauh ini, berdasarkan survey yang diselenggarakan oleh sebuah media massa terbitan ibukota, pilihan masyarakat cenderung bimbang untuk memilih caleg-caleg dari partai politik mana yang akan mereka tunjuk sebagai wakil rakyat mereka di DPR.
Asumsinya, memilih caleg dari partai-partai besar, seakan bukan lagi jaminan bahwa suara mereka akan mendapatkan perhatian dari para anggota parlemen mendatang, mengingat perilaku para anggota parlemen periode 2004 - 2009 yang tidak konsisten dan serius mendengarkan suara rakyat, bahkan banyak yang terlibat tindak pidana korupsi dan pelecehan seksual pada kaum perempuan.
Hadirnya partai-partai politik baru, tidak pula menarik perhatian mereka, karena banyak dari partai-partai politik baru tersebut yang masih belum terbangun dan teruji dengan baik tingkat kepercayaannya, meskipun ketua umum atau pembina dari sejumlah partai-partai politik baru tersebut, merupakan mantan petinggi partai politik lama, yang sudah lebih dulu dikenal dan memiliki pengaruh di panggung politik nasional
Kondisi belum teruji ini membuat banyak anggota masyarakat kita yang emoh untuk memilih caleg dari partai baru. Padahal, mereka juga enggan mencontreng caleg dari partai yang telah lebih dahulu eksis. Jadinya, banyak calon pemilih sekarang, terutama dari kalangan generasi muda bangsa, yang memilih untuk golput.
Apakah memang mereka harus golput?
Seharusnya tidak. Apabila mereka memakai alasan tidak punya pilihan, itu merupakan alasan paling bodoh yang pernah diungkapkan oleh orang-orang terdidik di negeri kita. Belum melihat dan mencari tahu, mereka sudah bilang : GOLPUT AJA DEH...
Mereka lebih memilih untuk pasrah pada hasil pemilu sebelum mereka sendiri mencoba untuk mencari dan menentukan caleg yang layak mereka pilih sebagai wakil rakyat mereka. Mereka tidak sadar kalau pilihan mereka untuk golput telah menciderai hati orang-orang miskin dan tak mampu lainnya. Kenapa begitu?
Langsung atau tidak langsung, kemiskinan banyak anggota masyarakat kita terjadi karena pemerintah dan kaum penguasa yang duduk di lembaga legislatif, tidak menempatkan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tak mampu lainnya, dalam rencana kerja yang terintegritas, bersifat terpadu serta berkesinambungan.
Apabila pengentasan benar-benar ditempatkan dalam program kerja pemerintah yang disiapkan secara terintegritas dan berkesinambungan, maka dalam tenggang waktu beberapa tahun, jumlah masyarakat miskin dan tak mampu lainnya, seharusnya dapat banyak berkurang.
Namun ternyata hal itu tidak benar-benar dilakukan, karena adanya unsur-unsur kepentingan politis yang membuat pemerintah tidak serius mengurusi kelompok masyarakat miskin dan tak mampu lainnya.
Partisipasi kelompok masyarakat, terutama generasi muda, untuk terlibat dalam kegiatan pemilu, apabila diterapkan dengan prinsip memilih orang-orang yang kredibel dan dapat dipercaya, dapat mendorong terjadinya perubahan terhadap para pelaksana pemerintahan serta pemegang kekuasaan negara, dalam menyusun konsepsi pembangunan yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan.
Sedangkan apabila mereka tidak berpartisipasi, adanya kemungkinan para politisi yang suka berpikiran korup dan tidak memikirkan rakyat banyak untuk menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, bisa saja terjadi karena kelompok mereka berhasil memenangkan pemilu.
Inikah yang mereka harapkan? Tentu tidak. Jadi, kalau tidak mau kelompok politisi yang suka berpikiran korup dan tidak memikirkan rakyat menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, bersatu padulah untuk datang ke TPS pada saat pemilu, untuk memilih wakil rakyat yang kredibel berdasarkan pilihan hati nurani.
Masih banyak hal yang bisa diangkat untuk menjadi alasan kenapa kita harus ikut berpartisipasi dalam pemilu nanti. Salah satunya : memberikan pola pembelajaran politik yang baik pada masyarakat.
Kita harus bisa jadi mentor masyarakat karena sebagai orang-orang yang terdidik, kita harus bisa mengajarkan atau mengarahkan orang banyak, agar bisa pintar atau hidup lebih baik.
Pemilu nanti, jangan ada yang GOLPUT. Golput memang bisa dipilih, tapi pikirkan baik-baik sebelum benar-benar memilih golput, apakah pilihan untuk golput itu akan membawa banyak manfaat bagi orang banyak atau tidak. Kalau hanya ingin mementingkan diri sendiri, sebaiknya tidak memilih untuk golput dalam pemilu, karena suara kita dalam pemilu, sangat besar artinya, khususnya untuk masyarakat miskin dan kurang mampu lainnya.
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment