Kondisi krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia dan sebagian masyarakat kita, ternyata tidak banyak berpengaruh pada para caleg kita, yang pada saat ini sedang melaksanakan kampanye terbuka. Why?
Beberapa waktu yang lalu, sebuah surat kabar terbitan ibukota menempatkan tulisan berita utama berupa informasi yang menyebutkan, kalau seluruh caleg yang siap bertarung untuk memperebutkan kursi legislatif di DPR, DPD, dan DPRD pada pemilu tanggal 9 April 2009 mendatang, telah menghabiskan dana sebesar 3,7 trilyun rupiah untuk kampanye.
Gleeekkkk... belum pernah aku melihat uang sebanyak itu di depan mata.
Sejumlah besar uang tersebut, selain dipakai untuk membiayai pembuatan atribut kampanye yang banyak bertebaran di pinggir-pinggir jalan dan ruang terbuka, juga untuk membiayai kegiatan kampanye yang dilakukan partai di televisi atau radio.
Uang sebesar 3,7 trilyun rupiah, tentu bukanlah nilai yang sedikit. Apabila dipergunakan untuk kegiatan pembangunan, mungkin dana sebesar itu bisa dipakai untuk membangun banyak sarana dan prasarana umum, yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh sebagian besar anggota masyarakat kita, dalam jangka panjang.
Namun sayangnya, uang sebesar itu, tidak dihabiskan untuk kegiatan pembangunan, akan tetapi dipakai untuk mengotori ruang terbuka umum, dengan jutaan bentuk pernak-pernik kampanye, baik pernak-pernik kampanye yang dibuat untuk mempromosikan diri para caleg ke masyarakat, atau pernak-pernik kampanye dengan langgam atribut partai politik.
Sungguh, betapa hebatnya sebagian besar orang berada di negeri kita. Hanya dalam tempo waktu 7 sampai 8 bulan saja, uang sebesar 3,7 trilyun dapat dihabiskan dengan mudah.
Lebih dari 60 ribu orang caleg, beramai-ramai "patungan" dengan jumlah nilai nominal rupiah bervariasi, mulai dari 500 ribu rupiah, hingga milyaran rupiah, hanya untuk dinikmati oleh sebagian kecil anggota masyarakat saja, yaitu perusahaan percetakan, para tukang sablon yang membuat bendera atau kaos, dan menggaji para anggota tim sukses serta simpatisan yang rela begadang untuk berkeliaran malam-malam untuk menempel atau memasang foto caleg jagoannya.
Dalam hal patungan, orang Indonesia memang pintar. Beberapa bulan yang lalu, uang sebesar 22 milyar rupiah dapat dikumpulkan oleh para simpatisan (termasuk didalamnya, orang yang bersimpati) dan para kader PKS. Sayangnya, uang patungan dalam jumlah besar itu, tidak digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, namun didonasikan untuk "membantu" masyarakat Palestina.
Pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto dulu, sejumlah besar orang kaya di Indonesia juga secara beramai-ramai mengumpulkan uang dollar, perhiasan emas, atau berbagai bentuk harta kekayaan lainnya, untuk diserahkan kepada negara, agar bisa dipakai untuk menutupi defisit keuangan negara yang saat itu sedang dilanda krisis.
Andai saja, jutaan orang kaya dan super kaya yang ada di Indonesia mau dimintakan dana masing-masing antara 10 hingga 100 dollar per-orang setiap bulan, untuk dipakai membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia, pasti orang miskin di negeri ini akan dapat cepat dihapuskan.
Mungkin gak ya, perandaian itu hanyalah sebuah mimpi, atau memang mimpi saya itu dapat diwujudkan dengan mengangkat sikap empati orang kaya di Indonesia?
Terdengar dan terlihat miris rasanya kalau majalah Forbes mengatakan ada beberapa orang Indonesia yang memiliki kekayaan diatas 1,5 milyar dollar US, padahal di sisi yang lain, banyak orang miskin di Indonesia yang untuk makan 3 kali sehari saja sulit.
Jumlah orang super kaya di Indonesia memang tidak terlalu banyak. Namun sangat terasa sekali kalau ada kesenjangan diantara masyarakat kita. Hal ini terjadi karena semangat kesetiakawanan sosial dalam jiwa nasionalisme pada diri orang-orang super kaya itu, sudah pudar dan tidak begitu melekat lagi di dada mereka.
Wahai orang-orang kaya di Indonesia, cobalah tengok ke sekitar kalian, banyak hal yang bisa kalian perbuat untuk mengangkat harkat dan derajat orang-orang miskin yang ada di sekitar kita. Mereka perlu dibantu karena kemiskinan telah membelenggu mereka sehingga sulit untuk maju.
Entah kenapa, kalian begitu mudah menghambur-hamburkan uang pada saat bersenang-senang, akan tetapi sulit apabila diminta untuk memberikan perhatian pada kaum papa. Ingatlah, banyak orang ang masih hidup susah dan jauh dari berkecukupan.
Kalau gak mau diajak patungan membantu orang miskin, yaaaa... patungan saja untuk memberikan beasiswa bagi ribuan anak-anak kurang mampu, atau sama-sama melakukan reboisasi di hutan-hutan yang sudah gundul maupun menghidupkan lagi banyak hutan mangrove yang ada di pinggir garis pantai, yang telah banyak menghilang dari garis pantai banyak pulau di negeri kita.
Terserah deh, mau patungan dalam bentuk apa dan bagaimana caranya. Pokoknya, setelah pemilu nanti, kita bangkitkan kembali semangat nasionalisme kita untuk mengangkat harkat dan derajat hidup bangsa atau memperbaiki lingkungan yang sudah banyak rusak karena ulah tangan-tangan yang tak bertanggung-jawab, sehingga kita secara bersama-sama bisa menghadapi tekanan besar dari kondisi krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia.
Salam nasionalisme,
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment