Wednesday, 1 June 2011

Katakan Langsung dengan Mulutmu, Bukan Lewat Message di Ponsel-mu

Saat ini, ada banyak orang yang hidupnya seakan tidak bisa lepas dari adanya gadget ponsel pintar dalam genggaman tangan mereka. Mulai dari bangun pagi hingga menjelang tidur untuk beristirahat pada malam hari, mata dan tangan mereka seakan tak bisa dipisahkan dari gadget ponsel pintar.

Bisa dibilang, gadget ponsel pintar telah menjadi identitas masyarakat modern. Hidup seperti ada yang kurang kalau sehari saja tidak bersentuhan dengan gadget.

“Lebih baik saya ketinggalan dompet saya dari pada ketinggalan Blackberry atau HP android saya”, demikian pernyataan seorang karyawati saat ditanya arti penting gadget ponsel pintar bagi dirinya.  

Rata-rata, pengguna gadget ponsel pintar adalah kaum pekerja. Ada juga mahasiswa, pelajar, atau kelompok ibu-ibu rumah tangga yang menggunakannya. Namun, hanya kaum pekerja saja yang lebih aktif memanfaatkan gadget ponsel pintar untuk memperlancar pekerjaan.

Gadget ponsel pintar memang tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi semata. Kelebihan dari perangkat komunikasi jenis ini, terletak pada adanya sejumlah fitur yang bisa dimanfaatkan untuk membantu kelancaran aktifitas pekerjaan para penggunanya.

Selama fungsi dari sejumlah fitur yang ada di gadget dapat dipergunakan secara efektif, produktifitas serta mobilitas kerja dapat lebih ditingkatkan, karena gadget membuat komunikasi, koordinasi, dan aktifitas bekerja, dapat dilakukan dimana saja (tentunya, selama masih dalam jangkauan jaringan penyelenggara telekomunikasi selular atau jaringan internet).  

Beberapa fitur yang “ditanam” dalam gadget ponsel pintar, memang bermanfaat untuk membantu kelancaran usaha atau aktifitas komunikasi para penggunanya. Pengiriman data atau foto yang baru diambil, dapat dilakukan dalam sekejap waktu, tanpa harus dikoneksi terlebih dahulu dengan suatu perangkat komputer yang telah tersambung dengan jaringan internet.

Hanya dengan menekan satu tombol, penggunanya dapat langsung membaca e-mail, melakukan browsing atau chatting dengan orang lain, dan membuka situs jejaring sosial. Bahkan gadget ponsel pintar bisa dipergunakan untuk melakukan komunikasi secara teleconference dengan sejumlah orang yang ada di berbagai tempat, dalam waktu yang bersamaan.

Kelebihan lain yang bisa ditemukan dari gadget ponsel pintar, adalah pengguna perangkat ini dapat melakukan upgrade kapasitas fungsi gadget secara manual dengan men-download fitur yang sesuai dengan kebutuhan / keinginan penggunanya.

Penggunaan gadget ponsel pintar untuk bekerja, memang lebih efisien waktu. Dunia komunikasi dan interaksi, benar-benar dalam genggaman. Mahalnya harga gadget ponsel pintar, sebanding dengan nilai tambah yang bisa diperoleh para penggunanya.

Namun demikian, banyaknya kelebihan fungsi yang bisa diperoleh para pengguna gadget ponsel pintar, bukan berarti perangkat komunikasi ini tidak memiliki kekurangan. Hal ini menandakan, tidak ada produk teknologi yang benar-benar sempurna, apalagi kalau penggunaannya tidak merawat dan memahami karakteristik penggunaan produk secara tepat guna serta tepat fungsi.  

Apabila dilihat dari sisi perangkatnya, ada kecenderungan, batre gadget ponsel pintar tidak tahan lama (mudah drop), karena pemakaian yang tidak mengenal waktu. Selain itu, gadget ponsel pintar juga mudah henk karena pengguna tidak sabar menunggu proses loading yang sedang berlangsung. Perangkat ini juga tidak 100 % aman dari serangan virus.

Sedangkan pada sisi yang lain, orang-orang yang hidupnya “bergantung” pada penggunaan gadget ponsel pintar, bisa tidak perduli dengan kondisi atau keadaan lingkungan disekitarnya, karena terlalu tenggelam dengan “dunianya” sendiri. Oleh karena kesenangan yang bisa diperoleh saat membuka fitur-fitur yang ada dalam gadget ponsel pintar, para penggunanya tiba-tiba saja mengalami “gejala autis” berat.

Gejala autis yang dimaksudkan disini, memang bisa dikonotasikan seperti arti harafiah dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan penderita autis. Mereka dapat lupa diri serta lupa waktu, sepertinya tidak ada hal-hal penting lain yang bisa mereka kerjakan.

Semenjak gadget ponsel pintar mengalami booming di negeri kita, ada banyak penggunanya yang tidak lagi konsentrasi dalam bekerja. Banyak diantaranya berubah menjadi pribadi-pribadi yang suka melalaikan tugas dan tanggung jawabnya. Tingkat kedisiplinan mereka berkurang.

Disadari atau tidak, adanya penggunaan gadget ponsel pintar yang tidak mengenal waktu, ternyata telah menjadi penyebab kurang harmonisnya hubungan pasangan suami-isteri, dan merenggangnya hubungan dua anak manusia yang sedang berpacaran. Hal ini bisa terjadi karena pasangannya telah merasa kehilangan respect dari kekasih hatinya, semenjak aktif menggunakan gadget ponsel pintar.

Boleh percaya boleh tidak, bahkan ada pasangan yang akhirnya memutuskan untuk berpisah setelah mengetahui pasangannya berselingkuh. Perselingkuhan dilakukan dengan menjalin komunikasi intim dengan orang lain, memanfaatkan fasilitas messenger yang ada di dalam gadget ponsel pintar.

(kita sama-sama mengetahui kalau hingga kini belum ada suatu perangkat spying yang bisa “mencuri tahu” pembicaraan yang telah dilakukan melalui BBM – Blackberry Messenger)

Jadi bisa dikatakan, dampak buruk dari penggunaan gadget ponsel pintar yang tidak mengenal waktu adalah bisa menjauhkan orang-orang yang dekat di hati atau di kehidupan kita.

Selain itu, ada banyak pengguna gadget ponsel pintar yang tidak menyadari kalau kelincahan jari-jari mereka dalam menekan keypad ataupun men-scroll track ball, ternyata bisa menyebabkab jari-jari mereka mengalami cidera, yaitu pada bagian ruas-ruas tulang jari.

Cidera pada ruas-ruas tulang jari ini, awalnya memang hanya cidera biasa. Namun, apabila dibiarkan atau tidak disikapi dengan bijaksana, cidera tersebut dapat bersifat cacat permanen, dimana proses penyembuhannya membutuhkan waktu lama, dan memerlukan penanganan medis secara serius.

Well, kemampuan aksebilitas dan koneksifitas yang terdapat di dalam gadget ponsel pintar, memang membantu meningkatkan kinerja serta mendukung mobilitas kerja. Kondisi ini ternyata berdampak pada peningkatan penggunaan gadget ponsel pintar, khususnya di kalangan pekerja profesional.

Adanya peningkatan luar biasa dalam penggunaan gadget ponsel pintar, telah menghadirkan istilah : “It is heaven for business owners, but hell for employees”.

Baiknya pertumbuhan pengguna gadget ponsel pintar, hanyalah menguntungkan pihak pabrikan dan penjual perangkat ini. Sedangkan bagi para penggunanya, keuntungan atau kerugian dari pemakaian gadget ponsel pintar itu sendiri, amat bergantung pada ada atau tidaknya perilaku bijaksana saat menggunakan perangkat ini (who’s the man behind the gun).

Eric Schmidt, CEO Google, dalam pidatonya di depan enam ribu wisudawan mahasiswa University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada tanggal 18 Mei 2009 lalu, mengatakan : "Matikan komputermu. Matikan juga ponselmu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu."

Himbauan yang disampaikan oleh Eric Schmidt tersebut merupakan sebuah pernyataan keprihatinan seorang pemimpin perusahaan besar, terhadap fenomena yang terjadi di kalangan anak-anak muda, yang semakin jauh dari hubungan interaksi sosial dengan masyarakat disekitar mereka, karena larut dalam aneka kesenangan yang di dapat melalui browsing internet menggunakan ponsel.

Oprah Winfrey – ratu talk show dunia – juga gencar berkampanye kepada masyarakat Amerika Serikat agar setiap anggota masyarakat tidak menggunakan ponsel pada saat mengemudikan kendaraan. Kampanye Oprah tersebut didasari oleh rasa keprihatinan atas tingginya jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat, yang disebabkan oleh pengemudi yang menggunakan ponsel saat mengendarai mobil.

Salah satu kelebihan penggunaan gadget ponsel pintar adalah dapat mendekatkan mereka yang jauh, mendorong peningkatan kinerja serta mobilitas kerja, dan adanya sarana untuk menikmati sejumlah hiburan yang bisa dibawa kemana-mana. 

Akan tetapi, itu bukanlah berarti, gadget ponsel pintar mengendalikan alur kehidupan manusia. Sebab kondisi yang benar dan seharusnya ada, adalah : para penggunanya harus mampu mengendalikan pemakaiannya.

Membangun komunikasi yang sehat, adalah komunikasi yang dilakukan dengan face to face (bertemu langsung), dan tidak menggunakan bahasa tulisan yang dikirim lewat messenger atau ke inbox message

Dalam hal ini, setiap orang menjaga sikap respect kepada orang lain, karena pada saat berkomunikasi secara langsung, masing-masing pihak dapat menatap mata (memperhatikan dengan seksama) dan melihat bahasa tubuh lawan bicaranya, saat berinteraksi.

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang senang diacuhkan pada saat sedang bicara karena lawan bicaranya tetap larut sibuk menekan keypad ponselnya. 

Oleh sebab itu, para pengguna gadget ponsel pintar juga dapat bersikap bijaksana, dengan mengendalikan diri, menetapkan batasan-batasan saat menenggelamkan diri menggunakan gadget ponsel pintarnya, sehingga mereka juga memiliki kesempatan untuk bisa merespon percakapan dari orang-orang yang mengajak mereka bicara.

Sikap menghargai orang lain saat berbicara, seharusnya menjadi budaya hidup yang memiliki tata krama. Kita harus bisa berlaku santun dengan tidak berlaku seenaknya, Kita harus tahu diri, tahu waktu, dan tahu bagaimana cara memposisikan diri kita, kalau kita juga ingin orang lain berlaku sama kepada kita.

Mari, kita memanusiakan waktu untuk orang-orang di sekeliling kita, bukan hanya larut dalam kesenangan yang dihadirkan gadget ponsel pintar yang kita miliki.


.Sarlen Julfree Manurung

No comments:

Post a Comment