Banyak orang yang sering kali terpaku oleh faktor-faktor kebiasaan yang selama ini biasa dijalani. Pada satu sisi, sejumlah faktor-faktor kebiasaan itu, bukanlah sesuatu hal yang penting, namun memberikan dampak besar terhadap rasa nyaman saat menjalani alur kehidupan. Sedangkan pada sisi yang lain, ada juga sejumlah faktor-faktor kebiasaan yang menjadi sumber inspirasi dalam hidup ini.
Akan tetapi, kita juga jangan mengartikulasikan segenap faktor-faktor kebiasaan kita secara bebas dalam lingkup pergaulan kita, karena tidak semua orang sependapat bahwa kebiasaan kita itu layak untuk dipertahankan, atau untuk sesuatu yang baik menurut kita, belum tentu baik di mata orang lain.
Faktanya memang demikian. Kehidupan pergaulan memang mengajarkan banyak hal. Ada saatnya mengajarkan kebaikkan, namun ada pula nilai-nilai buruk yang menonjol. Dalam hal ini, kita harus bisa memilah-milah dan memberikan pembedaan dalam menunjukkan sikap atau gaya pergaulan kita, karena seleksi alam dapat terjadi apabila kita tidak dapat menyesuaikan diri.
Janganlah kita memelihara hal-hal yang tidak baik. Kita juga harus bisa menerima apabila ada orang-orang disekitar kita yang ingin "mengkoreksi" perilaku kebiasaan buruk yang melekat dalam diri kita. Kita tidak dapat terpaku pada pendirian kita saja, terutama apabila masyarakat yang ada di sekitar kita sudah mulai ada yang mengatakan kata-kata : "Coba rubah perilaku burukmu..."
Ketika ada orang yang mengatakan pada diri kita untuk merubah perilaku buruk kita, itu tandanya orang tersebut sayang sama kita dan tidak ingin kita memiliki perilaku buruk dalam diri kita.
Awalnya mungkin kita akan tersiksa menerimanya. Kita akan merasa seakan-akan telah dihakimi. Tapi itu hanya awalnya saja, karena kita terlalu terbawa perasaan kita, tanpa kita mau menyadari adanya kebenaran dalam nasehat seseorang tersebut. Nasehat itu, bukanlah sebuah tanda penghinaan atau kita mengartikannya kalau diri kita sedang direndahkan.
Janganlah kita selalu menilai dari sisi negatif, karena nasehat itu bertujuan agar kita dapat hidup secara positif. Apabila kita pikirkan dan telaah baik-baik adanya nasehat tersebut, kita akan tahu bahwa melakukan sesuatu yang disampaikan seseorang itu, bukanlah sebuah kesalahan.
Pada dasarnya, didalam kehidupan, ada proses pembentukan jati diri dan sikap diri. Apabila kita ingin diri kita menjadi pribadi yang benar-benar (seutuhnya) menyenangkan, selayaknya kita tidak menyimpan kejelekkan sikap atau perilaku buruk, yang bisa membuat kita berada dalam lembah "rasa bersalah" atau "rasa amarah" karena gak suka dinasehati orang lain.
Ingat! Kita bukanlah orang suci. Tidak seluruh hidup kita dijalani dengan benar. Saya pun mengakui kalau gaya dan cara hidup saya, belum benar seluruhnya. Tapi melalui tulisan saya ini, saya ingin mengajak rekan-rekan untuk dapat menerima adanya nasehat dari orang lain, tanpa menghadirkan prasangka buruk atau pikiran yang menganggap, bahwa diri kita sedang dihakimi pada saat dinasehati orang lain. Jangan... Jangan seperti itu.
Ketika orang lain menasehati, itu sama artinya orang lain ingin kita "tampil" lebih baik. Itu bukan menyesatkan, itu bukan bermaksud menyudutkan, tapi memperbaiki.
Cobalah untuk tidak membuat respon sebelum kita mendengarkan. Bagaimanapun, kalau kita ingin didengarkan orang lain, kita juga harus mau mendengarkan orang lain. Itu namanya, kita menjaga keseimbangan penerimaan dalam berpendapat atau mengembangkan struktur dialog yang tepat.
Apabila orang lain ingin kita hidup benar dan menjalani cara atau gaya hidup benar, apakah itu sebuah kesalahan? Tidak, sama sekali bukan. Itu namanya, orang lain tersebut telah menyatakan kasihnya pada kita, dan tidak menginginkan kita terlena dan akhirnya tetap menyimpan perilaku buruk dalam diri kita. Orang lain itu, sedang menginginkan yang terbaik dari diri kita.
Belajarlah untuk mendengarkan nasehat orang lain (nasehat positif tentunya yaaa), karena itu berarti kita mau belajar untuk hidup benar dan menjalani hidup ini dengan benar.
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment