Wednesday, 7 March 2012

saatnya kita berkaca dari kehidupan luar

baca dan cermatilah.
ambil segi positiv dari kisah ini.
selamat membaca.


Menjual Keperawanan


Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang
petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan
pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah
langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang
agak di pojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus
dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya
tapi,wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak
ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri.
Adakah seseorang yang sedang ditunggunya. Petugas satpam itu mulai
berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari
mangsa di hotel ini.
Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:
'' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? "
'' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
'' Lantas untuk apa anda duduk di sini?"
'' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..
'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.''
'' Maksud, bapak? "
'' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''
'' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang,
izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ''
Kata wanita itu dengan suara lambat.
'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? '' Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu.
Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawabrosur.
'' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. ''
'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
'' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan
tangannya. Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada
secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu
melangkah mengikuti petugas satpam itu. Di koridor hotel itu terdapat
kursi yang hanya untuk satu orang. Disebelahnya ada telepon antar
ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi
penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
'' Apakah anda serius? ''
'' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.
'' Berapa tarif yang anda minta? ''
'' Setinggi-tingginya. .' ''
' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
'' Saya masih perawan ''
'' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat.
Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih
hari ini.
Pikirnya '' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''
'' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan ...''
'' Kalau tidak terbukti? "
'' Tidak usah bayar ...''
'' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik
kekiri dan ke kanan. '' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang
ingin membeli keperawanan anda. '' '' Cobalah. ''
'' Berapa tarif yang diminta? ''
'' Setinggi-tingginya. ''
'' Berapa? ''
'' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''
'' Baiklah.. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya.''
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
'' Saya ingin yang lebih tinggi...''
'' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu.Tak berapa
lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
'' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila
anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau
andai perawananda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan
mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan
menikmati layanan hotelberbintang untuk semalam dan keesokan paginya
anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda
juga telah berbuat baikterhadap saya. Karena saya akan mendapatkan
komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama
butuh ... ''
'' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.'' Baiklah,
saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya.Tolong
kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing
mata orang untuk membeli. '' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap
mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel
itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur
tersenyum menatap mereka berdua.
'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu...'' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.
'' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.
'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu kepada sang petugas satpam.
'' Rp.. 6 juta, tuan ''
'' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam.''
Wanita itu terdiam. Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawabanbagus dari wanita itu.
'' Bagaimana? '' tanya pria itu.
''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.
'' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ''
'' Tentu! ''
'' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''
'' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia
pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap membuat
wanita itu merasa nyaman bersamanya.
'' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ''
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria
yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita
melaluinya. Sudahsekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun,
tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara
lewat telepongenggamnya.
'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah
itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara.Wajah pria itu
nampak masam seketika
'' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan
wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada
kekesalan di wajahpria itu.
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah anda butuh wanita ... ??? ''
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
'' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah
wanita tadi. Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan
peluang ini.
"Dia masih perawan..''
Pria itu mendekati petugas satpam itu. Wajah mereka hanya berjarak setengah meter.
'' Benarkah itu? ''
'' Benar, pak. ''
'' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''
'' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi tingginya.'' '
'' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas. Pria itu menyalami hangat wanita itu.
'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
'' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan
uang kepada petugas satpam itu. Wanita itu mengikuti pria itu menuju
kamarnya.
Di dalam kamar ...'' Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''
'' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''
'' Maksud kamu? ''
'' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... ''
'' Hanya itu ...''
'' Ya ...! ''
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu.. Nampak terlalu muda untuk
menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula
menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung
gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini
sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai.
Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan
untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal.. Wanta ini tidak melawan
gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada
kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan
selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara
terhormat.
'' Siapa nama kamu? ''
'' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata wanita itu
'' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ''
''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''
'' Ada ! " Kata pria itu seketika.
'' Sebutkan! ''
'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari
kamu.Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu
ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil
menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.
'' Saya tidak mengerti ...''
'' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya .Dia menikmati
semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu
memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi
hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang
gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan
yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''
'' Dan, apakah bapak ikhlas....? ''
'' Apakah uang itu kurang? ''
'' Lebih dari cukup, pak ... ''
'' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''
'' Silahkan ...''
'' Mengapa kamu begitu beraninya ... ''
'' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ...Tapi lebih dari seminggu
saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit
dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual
kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula
pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan berbuat
untuk sebuah keyakinan ... ''
'' Keyakinan apa? ''
'' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah
yang akan menjaga kehormatan kita .... '' Wanita itu kemudian melangkah
keluarkamar.
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata: '' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... ''
'' Kesadaran... ''
... . .Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
'' Kamu sudah pulang, nak ''
'' Ya, bu ... ''
'' Kemana saja kamu, nak ... ???''
'' Menjual sesuatu, bu ... ''
'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi
wanita muda itu hanya tersenyum ...Hidup sebagai yatim lagi miskin
terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah
ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang
berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa
dielakan.. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan.
....
'' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah membeli yang saya jual... ''.
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan
rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan
berkata kepada supir taksi:
'' Antar kami kerumah sakit ...''

No comments:

Post a Comment