Saturday, 3 March 2012

GASTRITIS Memaksaku Beristirahat Total

Terhitung lebih dari 10 hari lamanya, aku tidak banyak melakukan aktifitas. Bukan karena aku sedang malas atau sedang tidak ada kerjaan, akan tetapi karena aku jatuh sakit. 


Dokter Erlia Sinta yang memeriksa kesehatanku mengatakan, aku terserang gastritis. Masyarakat mengenal gastritis sebagai sakit maag.

 

Masyarakat awam sendiri mengenal gastritis sebagai sakit maag. Namun, derita sakit maag yang aku alami bukanlah derita sakit maag biasa, yang dapat disembuhkan dengan meminum obat maag yang dijual bebas.

 

Secara umum, gastritis adalah gangguan kesehatan yang terjadi karena adanya peningkatan kadar asam lambung hingga melebihi batas normal. Tingginya kadar asam dalam lambung, menimbulkan rasa mual, keringat dingin, dan mencret pada saat buang air besar.

 

Kalau tidak mampu menahan rasa mual, penderita akan mengalami muntah-muntah, dimana muntahannya itu mengandung cairan asam berwarna kuning. 

 

Derita sakit yang kualami, berawal dari kondisi mual yang tiba-tiba aku rasakan saat tidur, pada hari Sabtu (11/02/2012), menjelang subuh. Pada dinihari itu, tiba-tiba aku merasakan mual yang teramat sangat, hingga akhirnya aku jackpot (muntah-muntah). Waktu itu aku hanya bisa menduga-duga, kalau diriku sedang “masuk angin” biasa.

 

Aku mencoba menyikapinya dengan mengkonsumsi obat maag dan mengoleskan minyak medicated oil dibagian perut serta punggung.

 

Gejolak di perut aku ternyata tidak berhenti. Hingga menjelang jam 7 pagi, aku sudah 2 kali muntah. Keadaan ini coba aku sikapi dengan mengatur pola makan, dan beristirahat.

 

Namun ternyata, hingga menjelang sore hari, kondisi kesehatan aku tidak juga membaik. Saat itu aku sudah 5 kali muntah.

 

Meskipun semakin lemas karena terlalu banyak mengeluarkan cairan (muntah, keringat, dan saat buang air), saat itu aku masih belum berpikir untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Aku baru ke dokter pada hari Senin sore.

 

Lho, kok, kenapa lama sekali baru ke dokter?

 

Jujur saja, keinginan untuk ke dokter sebenarnya sudah ada sejak hari Sabtu. Akan tetapi aku tetap berkeyakinan kalau aku hanya “masuk angin” biasa.

 

Sempat pula berpikir untuk ke dokter  pada hari Minggu. Masalahnya, aku sudah tidak kuat lagi untuk jalan sendiri karena lemas sekali. Padahal, sampai dengan hari Minggu, aku sudah 15 kali muntah.

 

Aku sempat pula berharap ada orang rumah ku yang mau mengantarkanku ke dokter. Namun tidak ada yang bisa melakukannya karena pada sibuk dengan aktifitas akhir pekan masing-masing.

 

Dalam rentang waktu 2 hari, aku benar-benar survival. Kalau aku jackpot, aku segera minum teh manis hangat atau minum air yang berisikan larutan garam-gula, untuk mengembalikan cairan tubuh dan makanan yang keluar dalam bentuk muntah, keringat, dan mencret saat buang air besar.

 

Okey. Lalu, bagaimana caranya hingga akhirnya bisa ke dokter?

 

Well, reaksi spontan (sikap empati) seseorang untuk membantu, tidak selalu muncul dengan sendirinya. Ada banyak orang yang baru memberikan pertolongan setelah mereka melihat dengan mata kepala sendiri, baru tergerak untuk memberikan bantuan.

 

Berawal dari kejenuhan aku alami karena sudah 2 hari kerjaanku hanya berbaring di kamar. Sore itu, aku memilih untuk turun ke bawah. Niatnya, mau nonton teve sambil rebahan di sofa bedyang ada di ruang keluarga rumahku. Saat itu, kebetulan ada Bapak aku yang sedang menonton pertandingan sepak bola.

 

Saat mulai asyik menonton teve, tiba-tiba rasa mual yang teramat sangat kembali bergejolak di perutku. Waktu itu, aku yakin masih bisa menahan rasa mual agar tidak menjadi jackpot. Akan tetapi, baru sempat berdiri dan berjalan 2 - 3 langkah menuju kamar mandi, aku sudah tak bisa lagi menahannya. 

 

Aku jackpot besar. Sebagian lantai ruang tengah rumahku dipenuhi oleh muntah. Ceceran muntahan aku, mengotori pula baju dan celanaku. Waktu itu, aku sempat minta maaf sama Bapak karena harus melihat pemandangan “tidak menyenangkan” itu.

 

Usai membersihkan diri, aku membersihkan pula bekas muntahanku yang berserakan, bahkan sempat pula mengepel lantai dengan anti septik. Lalu aku ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah salinan, aku kembali turun ke bawah untuk membuat teh manis hangat.

 

Mungkin, karena melihat langsung kondisiku yang sudah kepayahan, orang tua aku akhirnya memutuskan untuk mengantar aku ke dokter. Akhirnyaaa...

 

Aku memang hanya ingin diantarkan ke dokter karena sudah tidak kuat lagi untuk berjalan atau mengemudikan mobil sendiri ke dokter. I really-really need they simpathy.

 

Walaupun sudah pergi ke dokter dan mendapatkan obat, ternyata proses kesembuhan aku tidak berlangsung cepat. Aku merasa, Dokter Erlia Sinta tidak memberikan obat yang tepat, sebab aku masih “sakit” meskipun sudah 2 hari minum obat yang diresepkannya. Aku tetap saja merasa mual, sesekali jackpot, dan banyak mengeluarkan keringat dingin.

 

Keampuhan obat-obatan yang aku minum untuk bisa sesegera mungkin menyembuhkanku, ternyata tidak aku rasakan khasiatnya. Bahkan, sepertinya tidak ada pengaruhnya sama sekali. Aku seperti minum “obat KW-1” (harga tebusnya tidak sesuai dengan keampuhan penyembuhan yang seharusnya aku terima).

 

Jujur saja, aku sempat agak-agak frustasi karena belum juga menunjukkan tanda-tanda kesembuhan walau sudah minum obat. Kerisauan hati ini aku jawab dengan memutuskan untuk berobat kembali. Tujuannya, selain meminta agar obatnya diganti, aku juga untuk mengetahui informasi lebih jauh tentang gastritis.

 

Aku percaya, kalau kesembuhan itu ada dan nyata jika hati serta pikiran kita menyakininya. Proses kesembuhan juga akan cepat terjadi kalau kita juga percaya akan adanya kuasa urapan Illahi yang akan menyembuhkan sakit kita, dengan sepenuh iman kita.

 

Tidak ada orang yang ingin sakit, karena memang, tidak ada yang bisa dinikmati apabila kita sakit. Itu sebabnya, ketika kita sakit, kata sifat yang dicantumkan adalah "sedang menderita", bukan "sedang bersukacita".

 

Sepuluh hari lebih aku menderita. Indahnya suasana pada pagi, siang, dan malam hari, tidak dapat aku nikmati karena benak pikiranku dipenuhi oleh kerisauan akan munculnya rasa mual dan keinginan muntah yang tak dapat aku tahan. Semuanya terjadi begitu saja.

 

Gastritis membuat aku tak berdaya. Selama sakit, aku seperti orang yang dipaksa menunggu, datangnya keinginan untuk jackpot, tanpa aku sendiri (terkadang) tak pernah bisa menahan keinginan itu.

 

Kalau ditotal-total, ada lebih dari 25 kali aku jackpot. Berat badanku pun berkurang. Lebih dari seminggu lamanya, aku hanya bisa makan bubur dengan lauk lunak (telur, tahu-tempe, ikan). Semuanya tidak boleh terasa asin, asem, atau pedas, karena ketiganya akan mendorong munculnya rasa mual.

 

Semuanya ini bisa terjadi karena aku kurang menjaga kesehatan dengan baik. Pola makan ku amat tidak teratur. Aku juga pecandu kopi dan seorang perokok, 2 kebiasaan buruk yang bisa memicu sakit maag.

 

Jangan pernah menganggap sepele apabila terserang sakit maag. Derita sakit yang aku alami, memang berawal dari sakit maag (adanya peradangan pada lambung yang menyebabkan perut terasa kembung). Namun, apabila kita sendiri (tetap) tidak bisa menjalani pola hidup sehat, kondisi yang akan muncul selanjutnya adalah luka pada lambung, dimana proses penyembuhannya, selain tidak sebentar, akan dilalui dengan penuh penderitaan.

 

Saat ini aku belum benar-benar sembuh. Aku masih suka limbung kalau terlambat makan. Keringat dingin juga masih suka keluar apabila aku terlalu banyak bergerak / beraktifitas. Tapi aku yakin prensentase kesembuhan akan mencapai 100 % karena aku yakin, jika aku berserah pada Tuhan, maka Tuhan pasti menjawab doaku.

 

Tulisan ini aku buat agar teman-teman dan orang lain yang membaca artikelku ini, tidak ada yang terkena gastritis, dengan tetap membangun sikap perduli pada kesehatan.

 

Guys, jagalah kesehatan sebab sehat itu teramat mahal harganya.

 

 

.Sarlen Julfree Manurung

No comments:

Post a Comment