"Yaahhh... Kalah lagi, kalah lagi... Kapan nih, tim nasional sepak bola Indonesia menang lagiii...?"
Pernyataan itu keluar dari mulut seorang bapak, yang tak sempat menonton pertandingan sepakbola Pra Piala Dunia 2014 (PPD 2014) antara tim nasional (timnas) sepak bola Indonesia melawan timnas Bahrain, gara-gara terjebak kemacetan lalu lintas di ibukota setelah lembur bekerja di kantor.
Berawal dari kekalahan 0 – 1 saat melakukan pertandingan persahabatan dengan timnas Yordania di Solo beberapa waktu yang lalu, derita kekalahan kembali dialami timnas kita, setelah dipecundangi timnas Iran 0 - 3 dalam pertandingan pertama babak ketiga Group E kualifikasi Piala Dunia zona Asia.
Timnas kita harus kembali menelan kekalahan, setelah pada tanggal 6 September 2011 lalu, dipaksa menyerah kalah 0 – 2 atas timnas Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan – Jakarta.
Kegigihan dan kerja sama antar pemain timnas Indonesia pada saat perebutan Piala AFF tahun 2010 lalu, tidak begitu nampak dalam ke-3 pertandingan itu.
Penyebab Kekalahan : Faktor Non-Teknis
Tidak ada satu pun tim, regu, ataupun atlet perseorangan yang menginginkan, menderita kekalahan pada saat bertanding, apalagi harus mengalami kekalahan secara berturut-turut. Hasil yang ingin diperoleh adalah kemenangan, minimal bisa bermain imbang atau seri.
Setiap tim, regu, atau seorang atlet, pasti menginginkan hasil yang terbaik, apalagi kalau bisa mengalahkan tim, regu, atau atlet lawan yang tergolong kuat atau lebih diunggulkan.
Banyak anggota masyarakat kita yang angkat bicara untuk menyampaikan opini mereka terkait dengan kekalahan berturut-turut yang dialami oleh timnas kita. Ada seberkas nada kecewa, dan ada pula nada tak ingin kehilangan kebanggaan terhadap timnas kita, yang sempat menorehkan harapan, akan bangkitnya dunia persepakbolaan tanah air.
Beberapa anggota masyarakat lainnya berpendapat, penyebab kekalahan itu bisa terjadi karena para pemain timnas kita tidak memiliki stamina yang cukup baik untuk menghadapi pertandingan 2 x 45 menit, utamanya, saat timnas kita bertanding menghadapi timnas Bahrain di Stadion GBK, Senayan.
Pada saat menghadapi timnas Bahrain, terlihat jelas kalau sebagian besar pemain timnas kita masih kelelahan. Saat itu, praktis para pemain timnas kita hanya memiliki waktu efektif 1 hari untuk dapat mengembalikan kebugaran stamina mereka, setelah melakukan 9 jam penerbangan ke Jakarta dari Teheran, Iran, usai bertanding melawan timnas Iran, disana.
Ada pula anggota masyarakat lainnya (dengan nada menghibur) yang mengatakan, kalau timnas kita masih kurang luck (beruntung) saja (terutama ketika timnas kita bertanding menghadapi timnas Yordania), sehingga harus mengalami kekalahan demi kekalahan.
Namun, pendapat masyarakat yang paling menarik, adalah kalau penyebab dari kekalahan berturut-turut yang dialami timnas kita, terjadi karena para pemain merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan program latihan dan strategi permainan yang dikembangkan Wim Rijsbergen.
Pendapat ini mengemuka setelah merebaknya issue yang mengatakan, 7 orang pemain (yang selama ini memperkuat timnas) tidak bersedia untuk bergabung kembali ke dalam timnas, apabila jabatan pelatih timnas masih dipegang oleh Wim Rijsbergen.
Issue ini muncul ke permukaan, setelah diketahui, ke-7 orang pemain timnas tersebut, melakukan pertemuan dengan Alfred Rield, mantan pelatih timnas yang dipecat PSSI, di suatu tempat. Ada kesan, kalau Alfred Rield telah menghasut sejumlah pemain itu untuk memboikot kepemimpinan pelatih Wim Rijsbergen dalam timnas. Namun, berita yang tersebar ditengah-tengah masyarakat, tidak sampai sedemikian kerasnya.
Faktor Teknis
Ketua Umum PSSI, Djohan Arifin Husin, mengatakan, kalau kekalahan berturut-turut yang dialami timnas kita, lebih dikarenakan faktor non-teknis.
Pendapat atau pandangan dari Ketua Umum PSSI itu, memang ada benarnya. Namun, kita juga harus ingat, kekalahan yang dialami suatu tim, regu, atau seorang atlet, bisa juga dipengaruhi oleh faktor teknis, yaitu faktor kemampuan dan kesiapan tim, regu, atau atlet itu sendiri.
Wim Rijsbergen mengatakan, salah satu masalah terbesar dalam timnas kita adalah soal konsentrasi pemain. Bentuk permainan yang ditampilkan para pemain timnas Yordania, Iran, dan juga Bahrain, sebenarnya tidak istimewa. Akan tetapi, oleh karena para pemain timnas kita tidak konsentrasi saat bertanding, mereka akhirnya tidak bisa memetik point kemenangan dari timnas lawan.
Karena kurang konsentrasi, para pemain timnas kita sering kali membuat kesalahan. Para pemain timnas kita banyak sekali membuang peluang-peluang emas untuk menciptakan gol, karena mereka tidak tenang dalam penyelesaian akhir, atau karena mereka salah dalam memberikan umpan kepada kawan.
Sikap tidak tenang para pemain timnas kita, membuat para pemain timnas lawan berulang kali berhasil memotong tendangan umpan-umpan pendek para pemain timnas kita kepada kawan. Dalam banyak kesempatan, mereka bahkan dapat dengan mudah mencuri bola yang sedang dalam penguasaan kaki para pemain timnas kita.
Nampaknya, kurang konsentrasi dan kurang tenang, memang merupakan kekurangan mendasar dari para pemain timnas kita, sebab, kesalahan-kesalahan yang sama masih dilakukan oleh para pemain pada saat melakukan pertandingan persahabatan menghadapi timnas Arab Saudi, pada hari Jum’at (07/10/2011) kemarin, di Stadion Shah Kuala, Kuala Lumpur - Malaysia.
Pada pertandingan itu, para pemain timnas kita masih suka berlaku ceroboh dan kurang berhati-hati. Untung saja, tidak ada satu gol yang disarangkan para pemain timnas Arab Saudi ke gawang kita.
Oleh karena tidak tenang, sering bertindak ceroboh dan kurang hati-hati, membuat timnas kita hanya mampu 4 kali melakukan tendangan langsung kearah gawang lawan. Pemain timnas Arab Saudi sendiri, melakukannya hingga 8 kali. .
Penerapan strategi permainan cepat dan menyerang, seperti yang telah diisyaratkan oleh Wim Rijsbergen sebelum pertandingan dilangsungkan, tidak nampak dipertontonkan para pemain timnas kita sepanjang pertandingan 2 x 45 menit.
Strategi permainan cepat hanya diperagakan pada babak pertama, sedangkan pada babak kedua, hampir semua pemain timnas kita, lebih sering berada di daerah pertahanan sendiri untuk memperkuat barisan pertahanan, yang sedikit kewalahan menghadapi gelombang serangan para pemain timnas Arab Saudi.
Nampaknya, timnas kita memang masih belum memiliki konsep bertanding yang tepat, terutama, pada saat melakukan serangan balik dengan cepat, atau sewaktu merapatkan kembali barisan pertahanan pada saat menghadapi serangan dari pemain lawan.
Para pemain timnas kita juga terlihat tidak mampu menjaga dan mengatur dengan baik, tempo serta irama permainan. Hal ini dapat tergambar dari gaya permainan para pemain yang terlihat tidak mempunyai inisiatif dalam pergerakan atau penempatan posisi.
Wim Rijsbergen mengatakan, cara bermain para pemain timnas kita, sama sekali tidak menggambarkan kualitas dari pemain sepak bola profesional. Buruk dalam penguasaan bola, tidak tepat dalam memberi umpan pada kawan, dan tidak baik dalam penyelesaian akhir.
Memaksimalkan Kekuatan Untuk Menang Lawan Qatar
Oleh sebab itu, Wim Rijsbergen harus pandai-pandai dalam memotivasi para pemain, agar mereka dapat lebih fokus dan lebih berhati-hati pada saat menguasai bola, memberikan umpan, dan dalam mengeksekusi bola ke gawang lawan, baik secara individual, maupun secara tim.
Motivasi dapat dibangun dengan memberikan kepercayaan kepada masing-masing pemain dalam menjalankan tugas dan perannya, sehingga mereka mempunyai motif untuk dapat memenangkan pertandingan melawan timnas Qatar pada hari Selasa (11/10/2011) esok.
Peluang kita belum tertutup. Jika dalam pertandingan menghadapi timnas Qatar nanti timnas kita dapat memetik point penuh, maka hasil tersebut akan menjadi modal dasar untuk memacu semangat para pemain timnas, agar bisa memenangkan pertandingan lain yang masih tersisa.
Memang masih terjadi sejumlah tindakan ceroboh serta kesalahan yang dilakukan oleh para pemain timnas kita. Akan tetapi, kemampuan timnas kita untuk dapat menahan imbang timnas Arab Saudi, merupakan sebuah gambaran, adanya upaya untuk mencapai hasil terbaik, pada saat menghadapi tim-tim kuat dari negara lain.
Ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kekalahan berturut-turut yang telah dialami sebelumnya. Seharusnya, para pemain timnas kita, memiliki keinginan kuat agar kekalahan demi kekalahan, tidak terulang kembali.
Kita pasti menang... Kita pasti bisa mengalahkan lawan. Harapan masih ada. Marilah kita sama-sama kita mendoakan dan mendukung keberhasilan timnas kita, untuk bisa meraih kemenangan dalam 4 pertandingan yang masih tersisa.
Garuda di dadaku.. Merah putih warna benderaku. Jayalah selalu timnas Indonesia ku.
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment