Monday, 4 January 2010

Talking About SELINGKUH

Entah sudah berapa lama aku tidak menyaksikan beragam tayangan program acara yang disiarkan stasiun televisi swasta nasional, TPI.

Namun sebuah program acara yang ditayangkan TPI pada hari Minggu di bulan November (22/11/09), membuat aku tetap duduk di depan televisi hingga tayangan acara itu usai.

Nama acara itu : Angin Malam. Kalau tidak salah, itu singkatan dari : Asyiknya Ngobrol Ringan Tengah Malam. Acara itu dibawakan oleh Gregorius Bawengan sebagai host.

Pada dasarnya, konsep acaranya mirip dengan acara SOLUSI, yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta nasional SCTV setiap hari Selasa dinihari, dengan pembawa acara, Bapak Monty.

Sisi perbedaannya, acara Angin Malam menggunakan setting dalam ruangan studio, dimana ada sebuah panggung kecil tempat host membawakan acara, dan disekitar panggung itu terdapat sejumlah orang yang bertindak sebagai penonton untuk berinteraksi dengan sang host. Sedangkan pada acara SOLUSI, setting acara tidak selalu memakai ruangan didalam studio (terkadang memanfaatkan media luar ruangan), dan tidak disaksikan sejumlah orang sebagai penonton.

Aku tertarik untuk menyaksikan acara Angin Malam pada hari Minggu dinihari tersebut, karena episode malam itu mengangkat thema masalah Perselingkuhan, dengan mengambil contoh kasus berdasarkan kesaksian seorang isteri yang berselingkuh dengan seseorang yang dikenalnya.

Dalam kesaksiannya, isteri yang berselingkuh itu mengatakan bahwa ia melakukan perselingkuhan karena ia merasa tidak mendapatkan cukup perhatian dari suaminya. Syukurlah, perselingkuhan itu tidak berlanjut, oleh tindakannya itu dirinya tidak bercerai dengan suaminya, dan kini keluarganya sudah harmonis kembali.

Kalau memperhatikan kesaksian dari isteri yang mengaku telah berselingkuh tersebut, maka akan bisa kita temukan kenapa ia bisa bersikap mendua hati. Pertama, karena ia merasa tidak cukup mendapatkan perhatian dari suaminya, dan hal yang kedua, adalah karena ia membiarkan dirinya membuka sebuah komunikasi yang intim dengan seorang pria dewasa lain yang bukan suaminya.

Hampir semua orang yang melakukan tindak perselingkuhan, menggunakan alasan "tidak cukup" atas perhatian yang ditunjukkan/dinyatakan/diberikan oleh pasangannya. Mereka memang tidak mencari satu tingkat kesempurnaan tertentu, namun hanya sebatas rasa cukup berdasarkan penilaian pribadi atau apa yang mereka rasakan.

Padahal, sulit sekali rasanya untuk dapat mendefinisikan arti kata "cukup" dalam memberikan perhatian, karena setiap orang mempunyai batasan dan pemahaman yang berbeda-beda dan sewaktu-waktu bisa berubah-ubah, terutama bagi mereka yang baru saja atau belum terlalu lama terikat komitmen dalam hubungan cinta kasih dengan orang yang dikasihi.

Kerangka penyelesaian masalah terkait adanya rasa bahwa pasangan kita telah kurang memperhatikan keberadaan kita lagi adalah dengan memperbaiki pola komunikasi antara diri kita dengan pasangan. Mereka yang menjalin hubungan cinta kasih, harus bisa membangun konstruksi komunikasi yang baik apabila tidak ingin menghadapi banyak pertengkaran, atau menemui salah satu pihak telah berselingkuh.

Hanya dengan mengkomunikasikan segenap rasa yang ada di hati dengan pasangan kita, maka ia akan tahu kalau kita sedang membutuhkan adanya sebentuk perhatian darinya.

Sebentuk perhatian yang dirasakan berubah, dirasakan berkurang, atau bahkan dirasakan menghilang, memang dapat menimbulkan suatu artikulasi atau persepsi tertentu atas sikap yang ditunjukkan kekasih hati kita.

Oleh sebab itu, untuk memperoleh jawaban mengapa seakan-akan telah terjadi perubahan bentuk perhatian dari kekasih hati kita, membuka komunikasi yang terbuka, jujur, dan apa adanya, perlu untuk segera dilakukan.

Nilai penting lain yang dapat diperoleh dengan memperbaiki pola komunikasi dengan kekasih hati, adalah dengan menghindari adanya hasrat untuk berbagi kasih dengan lawan jenis yang bukan pasangan kekasih hati kita. Dalam hal ini, tindakan itu sama artinya kita telah membuka satu kemungkinan untuk melakukan perselingkuhan.

Banyak kisah perselingkuhan berawal dari adanya pertemuan dan komunikasi yang intens dengan lawan jenis yang bukan pasangan kekasih hati. Ketika suasana hati sedang tidak menentu, awal pertemuan yang membawa kesan dengan orang lain, dapat berlanjut dengan janji-janji untuk bertemu kembali, sebagai ajang melepas kepenatan hati karena hubungan dengan kekasih hati, dirasakan sedang menemui hambatan.

Tidak sedikit orang yang menyadari, kalau semakin tinggi intensitas pertemuan, maka semakin besar pula kemungkinan tindak perselingkuhan dapat terjadi.

Adanya permasalahan dalam jalinan cinta kasih dengan kekasih hati, sebaiknya tidak mendorong kita untuk membuka ruang pintu hati bagi pihak lain.

Mungkin permasalahan yang ada merupakan suatu kondisi yang rumit untuk dipecahkan. Namun, kita harus tetap menghargai komitmen jalinan hubungan cinta kasih yang kita bina dengan kekasih hati kita hingga ada satu keputusan atau kesepakatan bersama antara diri kita dengan kekasih hati kita.

Pada dasarnya, perselingkuhan telah terjadi apabila kita mulai terpikat pada lawan jenis yang bukan kekasih hati kita, dan membiarkan adanya suatu hubungan yang tak kalah intim (terlihat mesra), yang ditingkahi dengan adanya sebentuk perhatian yang cukup spesial, seperti perhatian yang telah kita diberikan kepada kekasih hati kita.

Kondisi diatas, tidak memerlukan adanya salah satu pihak yang mengungkapkan perasaan hati sebagai sebuah keinginan untuk membangun hubungan cinta kasih diantara dua anak manusia yang ingin saling menyayangi. Ungkapan rasa sayang hanya dirasakan dalam hati saja.

Besar kemungkinan, benih-benih yang mengarah pada telah terjadinya tindak perselingkuhan semakin nyata apabila keintiman seseorang dengan lawan jenis yang bukan kekasih hatinya tersebut, terjadi tanpa sepengetahuan atau tanpa kehadiran kekasih hati di sisinya.

Pada saat kita telah memiliki kekasih hati, dalam berinteraksi dengan pihak lain (terutama lawan jenis), ada baiknya kita bisa membuat pembedaan-pembedaan dalam bersikap, dalam berkomunikasi dan dalam bahasa tubuh, untuk menghindari adanya salah sangka serta penafsiran atas rasa atau perasaan suka yang datangnya dari dalam hati.

Tindak perselingkuhan juga bisa terjadi apabila seseorang tidak dapat menahan diri atas adanya bakat "petualang" cinta dalam dirinya. Jiwa petualang hanya baik kalau dikaitkan dengan kecintaan manusia pada keindahan alam. Namun sebaiknya sikap petualang itu tidak dipakai untuk mencari kesenangan pribadi atas nama cinta.

Apabila tujuannya adalah untuk mencari kesejatian cinta, menerapkan prinsip petualang cinta dengan berselingkuh, bukanlah sebuah metode yang patut dikembangkan karena arti dan hakekat cinta sejati sulit diperoleh apabila harus didahului dengan membuat pilihan atau terpaksa untuk memilih.

Kita harus menempatkan cinta kasih sebagai sebuah anugerah, sebab alur cinta yang didasari oleh adanya penerimaan, adanya saling pengertian, adanya cita-cita untuk membangun kebersamaan kearah yang lebih baik, serta adanya sikap saling menghargai, saling dukung, dan saling mengingatkan, merupakan hakekat yang patut kita pegang dalam menjalin hubungan tali cinta kasih dengan kekasih hati kita.

INGATLAH : Kesetiaan sejati adalah kesetiaan yang mampu bertahan dan dipertahankan sekalipun di dalam pelaksanaannya banyak mengalami rintangan, tantangan, serta godaan. Kesetiaan harus diwujudkan dalam tindakan dan ketulusan menyatakan kasih dengan sepenuh hati, bukan sekadar teori belaka. "Sifat yang diinginkan pada diri seseorang ialah kesetiaannya." ( Amsal 19 : 22 )

Satu hal yang pasti, orang yang berselingkuh, hatinya tak akan pernah tenang.

Jadilah pribadi yang setia, hingga maut memisahkan, atau hingga ada keputusan bersama untuk tidak melanjutkan hubungan tali cinta kasih yang telah terbina beberapa waktu lamanya secara baik-baik.

Kiranya TUHAN yang teramat baik, memberikan kasih karuniaNya kepada kita dalam menjalani alur hidup yang dilandasi sikap setia, kepada pasangan kita.

TUHAN memberkati.


.Sarlen Julfree Manurung

No comments:

Post a Comment