Banyak orang tua muda di Indonesia, yang oleh karena sibuk bekerja untuk mencari nafkah, dan banyak waktu lainnya dipergunakan untuk bersosialita, menyalurkan hobby, atau melakukan aktifitas bisnis sampingan, terpaksa mendelegasikan fungsi pengawasan serta pengarahan kemajuan pendidikan anak mereka kepada pihak lain yang mereka percayai.
Padahal, segala sesuatu yang berhubungan dengan pemberian perhatian penuh atas kemajuan dan keberhasilan dalam pendidikan anak, sepatutnya tidak didelegasikan, karena tugas pengawasan, pengarahan, serta pembimbingan seorang anak, adalah bentuk tanggung jawab orang tua atas keberhasilan mendidik anak-anak mereka.
Tidak ada anak yang bodoh. Anak yang malas, banyak. Kalau ada orang yang menyebut seorang anak sebagai anak yang bodoh, maka itu adalah pernyataan sindiran yang bersifat provokatif dan tidak membangun, karena dapat menimbulkan adanya stigma negatif didalam benak pikiran anak atau pada orang-orang yang mendengar ketika pernyataan itu dilontarkan.
Albert Einstein adalah tokoh dunia yang semasa kecilnya pernah disebut sebagai anak yang bodoh oleh guru yang mengajarnya di sekolah, namun kemudian ia menjadi salah seorang tokoh dunia dalam bidang ilmu pengetahuan, karena berhasil merumuskan berbagai rumus fisika, yang dipakai dan dimanfaatkan hingga saat ini.
Sesungguhnya ada 2 hal yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk dapat maju atau mencapai tingkat prestasi seperti yang diinginkan oleh orang tuanya :
PERTAMA, adanya pemberian kesempatan.
KEDUA, adanya dorongan motivasi dari orang tuanya, terutama untuk mencoba melakukan sesuatu yang baru dan kelak bermanfaat bagi diri sang anak.
Kesempatan membuat seorang anak terpacu untuk bisa membuktikan bahwa dirinya bisa atau mampu berbuat sesuatu, bahkan apabila kesempatan itu sesuai dengan bakat dan kemampuannya, maka kesempatan yang diberikan kepadanya, bisa membuatnya memiliki prestasi. Setidaknya, sang anak akan memiliki satu pengalaman baru, yaitu melakukan hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya, atau belum pernah diberikan kepada orang lain.
Hasil yang terbaik bisa dicapai oleh seorang anak apabila segenap daya upaya atau keinginannya untuk maju, untuk menunjukkan kemampuannya, dan untuk mencapai puncak prestasi, mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Dalam hal ini, komunikasi adalah kata kuncinya.
Dorongan motivasi dari orang tua memiliki nilai penting, karena orang tua adalah 2 pribadi pemimpin keluarga yang seharusnya paling mengenal dan paling mengetahui apa yang dipikirkan atau diinginkan anaknya.
Oleh sebab itu, orang tua harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi anaknya, tidak hanya pada saat anak sedang ingin berkeluh-kesah, namun juga pada saat anak ingin bercerita tentang pengalaman-pengalaman hidup yang baru dilaluinya, dan saat anak ingin memantapkan segenap langkah yang ingin dilalui dalam menyongsong masa depan.
Berilah anak kesempatan untuk boleh atau bisa mengemukakan hal-hal yang ingin disampaikannya, mengungkapkan segala isi hati, segenap harapan dan keinginan, serta segenap pendapat (meskipun pendapat itu bersifat korektif kepada orang tuanya).
Janganlah menjadi orang tua yang :
1. OTORITER, yang hanya mau didengarkan segenap perintah dan pernyataannya kepada anaknya, tapi tidak pernah mau mendengarkan pendapat atau keinginan yang disampaikan anaknya.
2. SUKA MEMAKSAKAN KEHENDAK, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan menentukan atau mengarahkan jalan yang harus ditempuh anaknya dalam meniti tangga masa depan, yang gemilang, sesuai dengan harapan, atau menghadirkan kebahagiaan hidup.
Ingatlah, seorang anak juga manusia. Mereka membutuhkan adanya pemahaman dan sikap orang tua yang menerima dan mendukung hal-hal yang bisa membuat anak dapat mengembangkan diri. Mungkin tidak untuk semua hal, akan tetapi, harus ada keterbukaan pemikiran orang tua untuk tidak terlalu bersikap otoriter atau memaksakan kehendak.
Adanya sebuah larangan kiranya harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana namun tegas, agar sang anak tahu bahwa orang tuanya memang tidak setuju atau mendukung suatu kegiatan yang ingin dilakukan oleh anaknya. Sedangkan sebuah penolakan harus memiliki setidaknya satu alasan tepat yang bisa dipahami oleh anak, terutama diakui nilai-nilai kebenarannya.
Kalau memang tidak setuju hal-hal yang ingin dilakukan anak, berikanlah sebuah pilihan melakukan aktifitas yang berguna lainnya, sehingga anak juga tidak terpaku untuk hal-hal yang tidak disetujui oleh orang tuanya untuk mereka lakukan.
Sedangkan sebuah motivasi, harus disampaikan sebagai sebuah ekspresi antusias orang tuanya, karena orang tuanya menginginkan agar anaknya bisa melakukan sesuatu hal yang membuat dirinya maju, memiliki prestasi, memiliki kebanggaan, atau berani tampil dihadapan orang banyak.
Lebih tepatnya lagi, orang tua juga ingin melihat anaknya berhasil saat melakukan hal yang ingin dilakukannya. Lakukan dengan senyuman dan menggunakan kata-kata yang bisa mendorong semangat anak untuk mencapai hasil terbaik/berprestasi sesuai dengan kemampuannya.
Pada dasarnya, setiap anak memiliki kepribadian yang unik, dimana mereka lebih menyukai bagaimana sebuah proses berlangsung hingga memperoleh hasil, daripada langsung mendapatkan hasilnya. Oleh sebab itu, seorang anak pasti memiliki rasa penasaran begitu besar pada saat diri mereka menemukan sesuatu hal yang baru dan menarik perhatian mereka.
Orang tua harus bersifat aktif untuk memotivasi anak sehingga kualitas diri yang dimiliki oleh setiap anak, dapat terus menerus ditumbuh-kembangkan. Setidaknya, dengan memberikan motivasi, orang tua melatih otak kanan anak.
Jangan biarkan anak kehilangan gairah untuk bisa menggapai hal-hal yang seharusnya dapat dicapainya, atau mereka bisa mengekspresikan hal-hal yang sangat mungkin untuk mereka lakukan. Bagaimanapun, mereka juga akan menghadapi masa depan.
Demi kemajuan serta keberhasilan hidupnya, orang tua harus berada disamping anak-anak mereka, untuk memberikan arahan dan dorongan motivasi, agar kelak, anak sudah berani tampil di muka umum, serta telah memiliki sejumlah pengetahuan/pengalaman hidup yang kelak bermanfaat ketika dirinya telah menginjak usia dewasa.
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment