Curhat kepada seseorang yang telah disebut sebagai teman atau sahabat, adalah sesuatu hal yang biasa dalam kehidupan pergaulan.
Apalagi sudah cukup banyak media elektronik berteknologi canggih yang dapat dipakai untuk berkomunikasi (dengan telefon, melalui chatting, mengirim e-mail atau sms, dll.) kapan saja dan dimana saja, sehingga untuk melakukannya, tidak harus terlebih dahulu bertemu saat ini menumpahkan segenap rasa yang mengganjal di hati.
Ketika suasana hati sedang senang dan berbunga-bunga, atau saat hati sedang gundah gelisah, memilih untuk berbagi cerita kepada teman atau sahabat merupakan pilihan yang sulit untuk dilewatkan, terutama bagi mereka yang memiliki teman dekat atau sahabat karib dalam lingkungan pergaulannya.
Pada dasarnya, seseorang akan disebut teman atau sahabat yang baik, apabila ia dapat memberikan saran, motivasi, atau informasi yang membangun dan bermanfaat bagi kemajuan individual temannya, bisa memberikan jalan keluar atas masalah yang dinyatakan temannya kepadanya, serta bisa membuka cakrawala berpikir temannya dalam memandang kehidupan.
Dalam hal ini, seorang teman atau sahabat yang baik, tidak akan membiarkan orang-orang terdekat atau yang dikenalnya, tidak mengalami proses pembaharuan hidup, atau tidak meraih kebahagian hidup.
Hidup sebagai seorang teman atau sahabat itu memang memiliki ikatan, yaitu dapat berbagi serta saling mendukung, tidak hanya di saat hati dan diri ini sedang berbahagia, akan tetapi juga saat ada beban pikiran yang melingkupi diri.
Itulah fungsi dan arti hidup yang sesungguhnya, apabila kita bertindak sebagai seorang teman atau sebagai seorang sahabat.
Namun, sifat yang tadinya dianggap biasa tersebut, dapat berubah 180 derajat menjadi luar biasa, apabila seseorang yang memiliki teman atau sahabat sebagai ajang menyampaikan curahan hati, justru kemudian mendapati dirinya menemui alur kehidupan yang penuh dengan dilema, bahkan memiliki masalah baru, setelah mendengarkan atau mengikuti saran, nasehat, masukan, ataupun ajakan dari orang lain yang telah disebutnya sebagai seorang teman atau sahabat.
Dipilih sebagai tempat berbagi keluh kesah, merupakan sebentuk penghargaan dari orang yang curhat. Apapun isi curhat yang disampaikannya, adalah sesuatu hal yang bersifat personal dan cenderung bermakna rahasia, tidak untuk dikemukakan pada banyak orang.
Memang sering kali, tidak ada pemberian imbalan yang pantas ketika seorang teman atau sahabat bertindak sebagai seorang pendengar yang baik, menyimak curhat yang dinyatakan padanya (dan ada baiknya, saat menjadi teman curhat, kita tidak menuntut atau berharap mendapat imbalan, setidaknya, dalam waktu dekat).
Akan tetapi, pasti ada nilai yang tak mungkin terlepas karena akan selalu diingat dan melekat dalam memori benak pikiran orang yang curhat, pada saat seseorang bertindak sebagai pendengar yang baik, terlebih lagi, dapat memberikan saran atau masukan yang bisa memberikan jalan keluar atas hal-hal yang membebani hati dan pikiran orang yang curhat.
Nilai itu adalah : disebut sebagai teman atau sahabat yang baik dan menyenangkan.
Kita harus ingat : membuat orang lain tersandung masalah, membuat orang lain berbuat salah, atau mendorong orang lain melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kata hati, merupakan sebuah kejahatan. Itu sama artinya kita telah menyesatkan atau menjerumuskan orang lain dengan meletakkan batu sandungan didekat / dibawah kakinya hingga orang lain itu terjatuh.
Membuat orang lain merasakan kepahitan itu...dosa.
Besar atau kecil permasalahan yang tercipta, membuat orang lain memiliki beban di hati, merupakan sebuah tindakan yang tidak menyenangkan. Alasannya sederhana saja, karena telah membuat orang lain mempunyai masalah.
Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang ingin memiliki beban masalah. Kalaupun ada masalah, ingin rasanya masalah yang mengemuka segera terselesaikan. Jadi, kenapa harus membuat orang lain memiliki masalah?
Esensi dari kenapa seseorang itu butuh melakukan curhat, selain untuk berbagi kebahagiaan, pada sisi yang lain adalah untuk mengurangi beban yang dirasakan telah memberatkan langkah kaki untuk bisa menapaki hari-hari kehidupan dan masa depan yang lebih baik.
Oleh sebab itu, jangalah kita : menyesatkan orang lain, membuat orang lain terpuruk, atau membuat orang lain kehilangan sebagian KASIH yang ada di hatinya, dengan memberikan pandangan-pandangan atau saran yang membuat orang lain "kelak" mendapatkan masalah, atau kelak menangis, meratapi kekeliruan karena telah memilih untuk berbuat atau mengambil sikap yang salah.
Mendengarkan curhat yang sedih / menyakitkan hati secara berulang-ulang (karena nampaknya tidak ada perubahan keadaan), mungkin akan membuat kita emoh, jengah, jenuh, atau bahkan kesal. Padahal kondisi itu terjadi karena orang yang curhat itu merasa BELUM menemukan jalan keluar pemecahan masalah yang bisa membuat hati, pikirannya, dan dirinya nyaman kembali.
Curhat yang membuat kita emoh hingga timbul kekesalan, apabila tidak kita kendalikan, akan membuat kita menyampaikan pandangan-pandangan yang "sifatnya merusak" tanpa disadari (tahu tapi gak sadar telah disesatkan/dirugikan) oleh orang yang mendengarkan pandangan kita itu.
Apa yang akan menjadi jawaban kalau diminta membuat feedback atas pertanyaan berikut : bagaimana perasaan saya kalau hal itu terjadi pada diri saya? Menderitakah hati saya? JAWABNYA : Tentu saja.
Lalu, layakkah saya diperlakukan demikian? JAWABNYA : Tentu saja TIDAK.
Ada pepatah lama yang berkata : Berilah maka engkau diberi. Teman atau sahabat yang baik itu seperti bintang-bintang di langit. Kita tidak dapat selalu melihatnya, namun kita tahu bintang-bintang yang berkerlip cerlang itu, selalu ada (diambil dari e-mail di milist berjudul : Rantai Kebaikan, kiriman dari RuFina-Felisitas = ly_sidar@yahoo.com).
Ketika kita melihat teman kita berbahagia, janganlah kita menebar kecemburuan atau rasa sirik kita, agar kelak, ketika teman kita suatu saat nanti datang kepada kita untuk curhat sedih, kita tidak berusaha untuk membuatnya jatuh terpuruk oleh karena iri hati yang terpendam didalam hati kita.
Sikap yang seharusnya muncul ketika hal itu terjadi adalah SIKAP SIMPATIK, bukan membuatnya lebih menderita oleh karena kelak rasa bersalah setelah mendengar pandangan atau saran kita yang tidak sesuai dengan kata hatinya.
Arahkan rasa cemburu kita itu agar bisa bermakna positif, membawa damai serta sebongkah sukacita, turut merasakan kebahagiaan yang dirasakan teman kita, dan bukannya mengandung pikiran atau ego, sehingga kelak tidak timbul niat atau pikiran jahat dalam benak pikiran kita padanya.
Berniat dan berpikiran jahat saja sudah dosa, apalagi membuat atau mendorong orang lain berbuat kesalahan? Namanya jadi : SANGAT BERDOSA.
Kita akan dianggap lebih jahat dari orang yang benar-benar telah berbuat tindak kejahatan, karena kita menggunakan akal pikiran kita untuk membuat orang lain melakukan hal yang kurang benar, cenderung kearah : tidak sesuai kata hati.
Saat kita telah disebut sebagai teman atau sahabat oleh orang lain, jadilah pribadi manusia yang bisa membuat orang lain tampil lebih baik, dapat berbahagia dan lebih berbahagia lagi, serta lebih pintar dan bijaksana dalam menghadapi masalah dalam dinamika kehidupan yang penuh dengan aneka perasaan.
Jangan pernah berlaku sebaliknya. Itulah rules yang harus kita tanamkan dalam benak pikiran kita dalam menjalin pertemanan dan membina persahabatan.
Manusia mungkin tidak tahu. Tapi ingatlah, TUHAN tahu apa yang ada dalam pikiran dan hati kita, termasuk didalamnya : sikap iri, niat jahat, atau pemikiran yang tidak baik lainnya.
Please... Jangan pernah jadi batu sandungan kepada orang lain, apalagi kepada teman atau sahabat kamu sendiri. Itu sangat menyakitkan. Remember that.
GBU Everybody.
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment