Undangan Seminar Pencerahan Politik
"Pemilu 2009 dan Dampaknya bagi Masa Depan Indonesia"
Pemilihan Umum untuk Calon Anggota Legislatif (Pileg) 9 April 2009 sudah di depan mata. Akankah Pileg untuk memilih para calon wakil rakyat periode 2009-2014 ini menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi Indonesia ke depan?
Yang pasti, kita selaku warga negara yang bertanggungjawab harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyambut perhelatan politik yang sangat penting itu.
Bagaimana caranya? Dapatkan jawabannya dalam :
Seminar bertema "Pemilu 2009 dan Dampaknya bagi Masa Depan Indonesia" ini akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 2 Maret 2009
Waktu : 17.00 - 21.00 WIB
Tempat : Gedung Annex, Ruang Auditorium
Rumah Sakit Jakarta (Samping kiri Universitas Katolik Atmajaya)
Jl. Jend. Sudirman Kav. 49
Jakarta Selatan
Untaian Acara:
● Refleksi Teologis oleh Pdt. Bigman Sirait
● Perihal Pemilu oleh Dr. Victor Silaen, MA
● Panelis: Prof. Dr. Franz Magnis Suseno
Pdt. Yanvantius Tulai
Yusak Ismanto Indrawan
Caleg DPR RI Sylvia W. Sumarlin
● Solis Rio Silaen dan Daud Hutabarat
● Moderator: Wim Tangkilisan (Pemimpin Umum Harian Suara Pembaruan)
Seminar ini terbuka untuk siapa saja dan tidak dikenakan biaya.
Informasi dan konfirmasi kehadiran, hubungi Panitia Pelaksana:
Venny Damanik (081511164965), Jhoni Tuerah (08121070112), Randy Pea (08129606242), Evvy Silalahi (081319757484), Jerry Simarangkir (081314851920).
Saturday, 28 February 2009
Tuesday, 24 February 2009
Melayani di Ladang Tuhan Hingga Akhir Kehidupan
Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.
(Filipi 1 : 6)
Dalam lomba lari marathon Olimpiade di Mexico City tahun 1968, John Steven Aquari, seorang pelari asal Tanzania, tetap berlari hingga garis finish meskipun dengan salah satu kaki terluka karena sempat terjatuh.
Para penonton yang melihat John Steven Aquari memasuki stadiun dan terus berlari menuju garis finish, memberikan standing applause, karena semangat juang John Steven Aquari untuk tetap menyelesaikan perlombaan meskipun kakinya dalam keadaan terbalut.
Usaha John Steven Aquari tersebut mengundang perhatian wartawan untuk menemuinya dan bertanya, kenapa ia tetap bersemangat untuk menyelesaikan lomba walaupun dirinya sudah jauh tertinggal dan Mamo Waldi, pelari asal Etiopia, telah memenangkan lomba itu dengan catatan waktu 1 jam lebih cepat dari catatan waktu John Steven Aquari.
Atas pertanyaan yang disampaikan wartawan tersebut, John Steven Aquari memberikan jawaban : “Negaraku telah mengutusku lebih dari lima belas ribu kilometer bukan untuk mengawali pertandingan. Negaraku mengutusku untuk menyelesaikan perlombaan.”
Tuhan, dengan segenap rencana indah bagi seluruh manusia yang percaya padaNya, telah mengutus anak-anak Tuhan yang dikasihiNya, untuk menyampaikan kebenaran yang ada didalam Firman Tuhan, serta bersaksi tentang kasih dan kabar keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus.
Namun dalam pelaksanaannya, banyak anak-anak Tuhan yang hingga akhir hidupnya, tidak menjalankan misi Amanat Agung tersebut karena “sikap tidak patuh” mereka untuk menjalankan perintah Tuhan.
Segenap tujuan serta hakekat hidup benar tidak dijalani oleh banyak orang-orang percaya, karena mereka terlena oleh kehidupan yang dipenuhi dengan keinginan daging, sehingga mereka pada akhirnya, tidak mencapai puncak pencapaian yang Tuhan kehendaki, yaitu membuat banyak orang yang percaya kepadaNya.
Menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, merupakan suatu pengalaman hidup yang seharusnya mengilhami alam pemikiran serta gaya hidup anak-anak Tuhan didalam alur kehidupan mereka.
Pola hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan tersebut, tidak dapat terpenuhi sebagian atau seluruhnya, karena anak-anak Tuhan telah membiarkan dosa memasuki alur hidup mereka, bahkan terlelap hidup didalam dosa.
Dosa seharusnya tidak menjadi bagian dalam kehidupan setiap anak-anak Tuhan, apabila anak-anak Tuhan menjaga dengan setia iman percaya mereka, dan mengarahkan seluruh alur kehidupan mereka kepada Pribadi yang memiliki kehendak itu, Allah Bapa.
Hati yang mengarah pada kehendak Tuhan, tidak akan mudah tergoyahkan, karena segala sesuatu yang dikerjakan, tidak membangkitkan suatu keinginan untuk membangkang dari setiap kehendak Tuhan, namun menghadirkan kerinduan untuk dapat menjalani kehendak Tuhan dengan sepenuh hati.
Tekanan dan permasalahan hidup akan mudah dilewati karena setiap orang yang percaya, pasrah serta berserah diri kepada Tuhan, tidak akan mengalami kesesakan hidup karena Tuhan tidak akan membiarkan anak-anakNya berada pada keadaan yang sulit, apabila anak-anakNya patuh pada segenap perintahNya.
Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
(Filipi 2 : 13)
Tuhan bukan hanya mengharapkan kita untuk melakukan kehendakNya, namun Tuhan juga ada didalam kita untuk menyertai dan menolong kita, menjalani kehendakNya.
Iman yang tak tergoyahkan, akan membuat kita hidup sebagai anak-anak terang. Sikap setia kepada Tuhan akan membuat kita tahu, bahwa segenap perbuatan melayani yang kita kerjakan, akan membuat Tuhan menilai kita telah melakukan segenap perintahNya, dan oleh karena perbuatan kita itu, kita layak beroleh kehidupan kekal, bersamaNya, tinggal di Kerajaan Sorga.
Tuhan Yesus yang teramat baik, memberkati kita semua.
.Sarlen Julfree Manurung
Note :
Kisah tentang John Steven Aquari diatas, diceritakan dalam sebuah buku yang berjudul Faith That Goes the Distance karya Judd Wilhite.
(Filipi 1 : 6)
Dalam lomba lari marathon Olimpiade di Mexico City tahun 1968, John Steven Aquari, seorang pelari asal Tanzania, tetap berlari hingga garis finish meskipun dengan salah satu kaki terluka karena sempat terjatuh.
Para penonton yang melihat John Steven Aquari memasuki stadiun dan terus berlari menuju garis finish, memberikan standing applause, karena semangat juang John Steven Aquari untuk tetap menyelesaikan perlombaan meskipun kakinya dalam keadaan terbalut.
Usaha John Steven Aquari tersebut mengundang perhatian wartawan untuk menemuinya dan bertanya, kenapa ia tetap bersemangat untuk menyelesaikan lomba walaupun dirinya sudah jauh tertinggal dan Mamo Waldi, pelari asal Etiopia, telah memenangkan lomba itu dengan catatan waktu 1 jam lebih cepat dari catatan waktu John Steven Aquari.
Atas pertanyaan yang disampaikan wartawan tersebut, John Steven Aquari memberikan jawaban : “Negaraku telah mengutusku lebih dari lima belas ribu kilometer bukan untuk mengawali pertandingan. Negaraku mengutusku untuk menyelesaikan perlombaan.”
Tuhan, dengan segenap rencana indah bagi seluruh manusia yang percaya padaNya, telah mengutus anak-anak Tuhan yang dikasihiNya, untuk menyampaikan kebenaran yang ada didalam Firman Tuhan, serta bersaksi tentang kasih dan kabar keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus.
Namun dalam pelaksanaannya, banyak anak-anak Tuhan yang hingga akhir hidupnya, tidak menjalankan misi Amanat Agung tersebut karena “sikap tidak patuh” mereka untuk menjalankan perintah Tuhan.
Segenap tujuan serta hakekat hidup benar tidak dijalani oleh banyak orang-orang percaya, karena mereka terlena oleh kehidupan yang dipenuhi dengan keinginan daging, sehingga mereka pada akhirnya, tidak mencapai puncak pencapaian yang Tuhan kehendaki, yaitu membuat banyak orang yang percaya kepadaNya.
Menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, merupakan suatu pengalaman hidup yang seharusnya mengilhami alam pemikiran serta gaya hidup anak-anak Tuhan didalam alur kehidupan mereka.
Pola hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan tersebut, tidak dapat terpenuhi sebagian atau seluruhnya, karena anak-anak Tuhan telah membiarkan dosa memasuki alur hidup mereka, bahkan terlelap hidup didalam dosa.
Dosa seharusnya tidak menjadi bagian dalam kehidupan setiap anak-anak Tuhan, apabila anak-anak Tuhan menjaga dengan setia iman percaya mereka, dan mengarahkan seluruh alur kehidupan mereka kepada Pribadi yang memiliki kehendak itu, Allah Bapa.
Hati yang mengarah pada kehendak Tuhan, tidak akan mudah tergoyahkan, karena segala sesuatu yang dikerjakan, tidak membangkitkan suatu keinginan untuk membangkang dari setiap kehendak Tuhan, namun menghadirkan kerinduan untuk dapat menjalani kehendak Tuhan dengan sepenuh hati.
Tekanan dan permasalahan hidup akan mudah dilewati karena setiap orang yang percaya, pasrah serta berserah diri kepada Tuhan, tidak akan mengalami kesesakan hidup karena Tuhan tidak akan membiarkan anak-anakNya berada pada keadaan yang sulit, apabila anak-anakNya patuh pada segenap perintahNya.
Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
(Filipi 2 : 13)
Tuhan bukan hanya mengharapkan kita untuk melakukan kehendakNya, namun Tuhan juga ada didalam kita untuk menyertai dan menolong kita, menjalani kehendakNya.
Iman yang tak tergoyahkan, akan membuat kita hidup sebagai anak-anak terang. Sikap setia kepada Tuhan akan membuat kita tahu, bahwa segenap perbuatan melayani yang kita kerjakan, akan membuat Tuhan menilai kita telah melakukan segenap perintahNya, dan oleh karena perbuatan kita itu, kita layak beroleh kehidupan kekal, bersamaNya, tinggal di Kerajaan Sorga.
Tuhan Yesus yang teramat baik, memberkati kita semua.
.Sarlen Julfree Manurung
Note :
Kisah tentang John Steven Aquari diatas, diceritakan dalam sebuah buku yang berjudul Faith That Goes the Distance karya Judd Wilhite.
Saturday, 21 February 2009
Perumpamaan Hidup
Seorang teman di multiply menulis sebuah artikel tentang kehidupan dengan mengambil sebuah perumpamaan. Sebuah pola pembelajaran yang menarik.
Ia menyebutkan, kalau kehidupan ini diibaratkan sebagai seseorang yang sedang mengupas lembar demi lembar kulit bawang, yang sering kali membuat orang yang melakukannya mengeluarkan air mata (http://gendhengtenan.multiply.com/journal/item/63/MENGUPAS_KEJUJURAN).
Boleh juga perumpamaannya...
Well, aku juga punya perumpamaan soal kehidupan. Aku mengumpamakan kehidupan itu bagaimana cerita hidup seorang supir taksi, yang datang subuh-subuh ke pool taksi untuk mengambil mobil. Setelah didalam mobil, sering kali seorang supir tidak tahu harus kemana mencari penumpang. "Ikut feeling aja," demikian kata supir taksi yang pernah aku tanyakan.
Apakah feeling supir taksi itu akan benar-benar membuat dirinya menemukan calon penumpang dalam waktu singkat? Belum tentu, tergantung nasib...
Apakah kehidupan kita harus tergantung nasib? Tentu tidak. Kita tidak harus berpikir kalau dalam hidup ini bukan tergantung nasib-nasiban tapi berdasarkan 2 hal : kehendak Tuhan, dan seberapa besar usaha kita.
Kehidupan memang tidak menawarkan segala sesuatunya dengan kemudahan, tapi dengan seberapa besar usaha kita (inget, iman tanpa perbuatan adalah mati) dan seberapa besar hati kita mengarahkan diri kepada Tuhan untuk memohon pertolonganNya.
Hidup adalah perjuangan, oleh sebab itu, berjuanglah untuk hidup.
.Sarlen Julfree Manurung
Ia menyebutkan, kalau kehidupan ini diibaratkan sebagai seseorang yang sedang mengupas lembar demi lembar kulit bawang, yang sering kali membuat orang yang melakukannya mengeluarkan air mata (http://gendhengtenan.multiply.com/journal/item/63/MENGUPAS_KEJUJURAN).
Boleh juga perumpamaannya...
Well, aku juga punya perumpamaan soal kehidupan. Aku mengumpamakan kehidupan itu bagaimana cerita hidup seorang supir taksi, yang datang subuh-subuh ke pool taksi untuk mengambil mobil. Setelah didalam mobil, sering kali seorang supir tidak tahu harus kemana mencari penumpang. "Ikut feeling aja," demikian kata supir taksi yang pernah aku tanyakan.
Apakah feeling supir taksi itu akan benar-benar membuat dirinya menemukan calon penumpang dalam waktu singkat? Belum tentu, tergantung nasib...
Apakah kehidupan kita harus tergantung nasib? Tentu tidak. Kita tidak harus berpikir kalau dalam hidup ini bukan tergantung nasib-nasiban tapi berdasarkan 2 hal : kehendak Tuhan, dan seberapa besar usaha kita.
Kehidupan memang tidak menawarkan segala sesuatunya dengan kemudahan, tapi dengan seberapa besar usaha kita (inget, iman tanpa perbuatan adalah mati) dan seberapa besar hati kita mengarahkan diri kepada Tuhan untuk memohon pertolonganNya.
Hidup adalah perjuangan, oleh sebab itu, berjuanglah untuk hidup.
.Sarlen Julfree Manurung
Wednesday, 18 February 2009
Satu Lagi, Perilaku Buruk Pelajar Kita
Pada saat ini, pemanfaatan media internet untuk mendapatkan berbagai informasi faktual dan terbarukan, telah menjadi bagian dari aktifitas rutin dari banyak anggota masyarakat dunia.
Internet memang bisa membuat setiap orang "melihat dunia", karena berbagai informasi dapat kita temukan dalam berbagai situs atau website yang ada di internet. Kecepatan memperoleh data atau informasi, merupakan nilai lebih dalam penggunaan internet untuk berbagai keperluan.
Akan tetapi, besarnya manfaat yang bisa diperoleh oleh setiap pengguna internet, ternyata tidak selamanya bermakna membantu mengembangkan kemampuan intelektualitas dan imajinasi berpikir positif seseorang namun dapat pula menghancurkan, ketika sejumlah orang pengguna internet, "bisanya" hanya mengcopy-paste data atau informasi yang tersedia.
Seorang pegawai pemerintahan, yang selama ini bertugas mengelola situs blog dari seorang pejabat tinggi negara di suatu institusi pemerintahan, beberapa waktu yang lalu, telah melakukan suatu penelitian kecil-kecilan terhadap para pengunjung situs blog dan website yang dikelolanya.
Dalam seminggu, blog yang dikelolanya dikunjungi oleh kurang lebih 4000 orang. Artinya, kalau dirata-rata, dalam seharinya, pengunjung blog yang dikelola pegawai pemerintahan itu mencapai 500 orang lebih.
Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata lebih dari 90 % pengunjung adalah kalangan pelajar. Awalnya, pegawai pemerintah tersebut merasa bangga karena pengunjung blog yang dikelolanya, termasuk kedalam 10 besar situs orang-orang pemerintahan yang paling banyak di download.
Siapa yang tidak senang kalau banyak orang yang melihat dan memperhatikan setiap hasil karya yang telah dikelolanya?
Namun ternyata, pegawai pemerintahan itu bukanlah tipikal orang yang cepat puas dengan hasil kerjanya. Dirinya kemudian melakukan pencarian informasi terhadap hal-hal apa saja yang dicari oleh para pengunjung situs blog yang dikelolanya.
Pilihan jatuh kepada para pelajar. Pertimbangannya, pelajar tentunya merasa senang kalau ada orang-orang pemerintah yang ingin melakukan "survey" terhadap diri mereka.
Pegawai pemerintahan itu mengambil sample 300 orang siswa sekolah dan melakukan penelitian dengan pola random, dengan masing-masing siswa mendapat model pertanyaan yang sama.
Hasil survey kemudian diperbandingkan dengan berbagai informasi yang diperoleh dari sekolah-sekolah. Tindakan memperbandingkan informasi dari para siswa dengan informasi yang diperoleh dari pihak sekolah dianggap perlu, agar hasil survey benar-benar menghasilkan tingkat kepuasan seperti yang diharapkan.
Setelah semua bentuk survey dan pengumpulan informasi selesai dilakukan, ternyata hasilnya adalah : sejumlah besar pelajar tersebut, telah menggunakan informasi yang diambil dari blog yang dikelolanya untuk keperluan tugas sekolah.
Akan tetapi, segenap informasi yang diambil para siswa tersebut, tidak melalui pengolahan data lebih lanjut. Artinya, setelah mendownload data yang dibutuhkan atau yang diinginkan, para siswa hanya melakukan tindakan copy paste...!!!
Ternyata, para siswa SMP dan SMA yang mendownload tulisan-tulisan yang dikelola oleh pegawai pemerintahan tersebut, telah secara terang-terangan melakukan tindakan plagiat murni, karena diketahui kemudian (berdasarkan informasi yang diperoleh dari sekolah tempat siswa itu menimba ilmu), tugas yang dikumpulkan ke guru, tidak melalui proses editing atau mengelolaan karya tulis lebih lanjut.
Jelas, kondisi ini cukup memprihatinkan, karena berdasarkan penelitian kecil-kecilan tersebut, hampir 95 % siswa yang di survey karena telah mendownload tulisan di blog yang dikelola pegawai pemerintah tersebut, benar-benar murni copy-paste.
Para pelajar yang melakukan tindakan copy-paste karya orang lain tersebut, banyak yang berasal dari sekolah-sekolah favorite, tidak hanya di kota Jakarta, tapi juga di kota-kota besar lainnya, di seluruh Indonesia.
Hal yang cukup menakutkan lainnya, ternyata, setelah dikonfirmasikan kepada pihak sekolah tentang tindakan para siswa yang mengcopy-paste karya orang lain tersebut, mereka tidak mengetahui tindakan "tidak kreatif dan memalukan" dari para siswanya sendiri.
Kurangnya perhatian dan pengawasan oleh para guru terhadap tindakan yang dilakukan oleh para siswa dalam mengumpulkan tugas yang diberikan, ternyata menjadikan para siswa tersebut berani melakukan upaya-upaya "mengcopy" karya orang lain secara bebas.
Muncul pula sebuah pemikiran, kalau ternyata, para guru-guru yang memberikan tugas tersebut, nampaknya tidak familiar dengan banyaknya informasi yang bisa diperoleh para siswa untuk dipakai sebagai tugas yang diserahkan kepada guru mereka.
Begitu mudahnya para guru tersebut "dibohongi" oleh anak didiknya sendiri, sehingga para guru tersebut sendiri menganggap kalau pola pembelajaran CBSA, seakan-akan benar-benar telah dilakukan oleh para siswa. Padahal, para siswa itu hanyalah MENCURI karya orang lain.
Haruskah kondisi seperti itu terus terjadi? Tidak. Pelajar kita jangan sampai belajar pintar mencuri karya orang lain tanpa dirinya sendiri mau mengembangkan kemampuan otak mereka agar lebih pintar. Gak cuma di depan mata, tapi isi otak mereka harus benar-benar pintar dan berwawasan...
Jadi ingat sama iklan suatu produk yang sering di tayangkan di televisi yang pada bagian endingnya dinyatakan : "KALO MAU PINTAR, MAKANYA BELAJAR..."
hikkkssss... bukan nyontek dong yaaa...
.Sarlen Julfree Manurung
Internet memang bisa membuat setiap orang "melihat dunia", karena berbagai informasi dapat kita temukan dalam berbagai situs atau website yang ada di internet. Kecepatan memperoleh data atau informasi, merupakan nilai lebih dalam penggunaan internet untuk berbagai keperluan.
Akan tetapi, besarnya manfaat yang bisa diperoleh oleh setiap pengguna internet, ternyata tidak selamanya bermakna membantu mengembangkan kemampuan intelektualitas dan imajinasi berpikir positif seseorang namun dapat pula menghancurkan, ketika sejumlah orang pengguna internet, "bisanya" hanya mengcopy-paste data atau informasi yang tersedia.
Seorang pegawai pemerintahan, yang selama ini bertugas mengelola situs blog dari seorang pejabat tinggi negara di suatu institusi pemerintahan, beberapa waktu yang lalu, telah melakukan suatu penelitian kecil-kecilan terhadap para pengunjung situs blog dan website yang dikelolanya.
Dalam seminggu, blog yang dikelolanya dikunjungi oleh kurang lebih 4000 orang. Artinya, kalau dirata-rata, dalam seharinya, pengunjung blog yang dikelola pegawai pemerintahan itu mencapai 500 orang lebih.
Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata lebih dari 90 % pengunjung adalah kalangan pelajar. Awalnya, pegawai pemerintah tersebut merasa bangga karena pengunjung blog yang dikelolanya, termasuk kedalam 10 besar situs orang-orang pemerintahan yang paling banyak di download.
Siapa yang tidak senang kalau banyak orang yang melihat dan memperhatikan setiap hasil karya yang telah dikelolanya?
Namun ternyata, pegawai pemerintahan itu bukanlah tipikal orang yang cepat puas dengan hasil kerjanya. Dirinya kemudian melakukan pencarian informasi terhadap hal-hal apa saja yang dicari oleh para pengunjung situs blog yang dikelolanya.
Pilihan jatuh kepada para pelajar. Pertimbangannya, pelajar tentunya merasa senang kalau ada orang-orang pemerintah yang ingin melakukan "survey" terhadap diri mereka.
Pegawai pemerintahan itu mengambil sample 300 orang siswa sekolah dan melakukan penelitian dengan pola random, dengan masing-masing siswa mendapat model pertanyaan yang sama.
Hasil survey kemudian diperbandingkan dengan berbagai informasi yang diperoleh dari sekolah-sekolah. Tindakan memperbandingkan informasi dari para siswa dengan informasi yang diperoleh dari pihak sekolah dianggap perlu, agar hasil survey benar-benar menghasilkan tingkat kepuasan seperti yang diharapkan.
Setelah semua bentuk survey dan pengumpulan informasi selesai dilakukan, ternyata hasilnya adalah : sejumlah besar pelajar tersebut, telah menggunakan informasi yang diambil dari blog yang dikelolanya untuk keperluan tugas sekolah.
Akan tetapi, segenap informasi yang diambil para siswa tersebut, tidak melalui pengolahan data lebih lanjut. Artinya, setelah mendownload data yang dibutuhkan atau yang diinginkan, para siswa hanya melakukan tindakan copy paste...!!!
Ternyata, para siswa SMP dan SMA yang mendownload tulisan-tulisan yang dikelola oleh pegawai pemerintahan tersebut, telah secara terang-terangan melakukan tindakan plagiat murni, karena diketahui kemudian (berdasarkan informasi yang diperoleh dari sekolah tempat siswa itu menimba ilmu), tugas yang dikumpulkan ke guru, tidak melalui proses editing atau mengelolaan karya tulis lebih lanjut.
Jelas, kondisi ini cukup memprihatinkan, karena berdasarkan penelitian kecil-kecilan tersebut, hampir 95 % siswa yang di survey karena telah mendownload tulisan di blog yang dikelola pegawai pemerintah tersebut, benar-benar murni copy-paste.
Para pelajar yang melakukan tindakan copy-paste karya orang lain tersebut, banyak yang berasal dari sekolah-sekolah favorite, tidak hanya di kota Jakarta, tapi juga di kota-kota besar lainnya, di seluruh Indonesia.
Hal yang cukup menakutkan lainnya, ternyata, setelah dikonfirmasikan kepada pihak sekolah tentang tindakan para siswa yang mengcopy-paste karya orang lain tersebut, mereka tidak mengetahui tindakan "tidak kreatif dan memalukan" dari para siswanya sendiri.
Kurangnya perhatian dan pengawasan oleh para guru terhadap tindakan yang dilakukan oleh para siswa dalam mengumpulkan tugas yang diberikan, ternyata menjadikan para siswa tersebut berani melakukan upaya-upaya "mengcopy" karya orang lain secara bebas.
Muncul pula sebuah pemikiran, kalau ternyata, para guru-guru yang memberikan tugas tersebut, nampaknya tidak familiar dengan banyaknya informasi yang bisa diperoleh para siswa untuk dipakai sebagai tugas yang diserahkan kepada guru mereka.
Begitu mudahnya para guru tersebut "dibohongi" oleh anak didiknya sendiri, sehingga para guru tersebut sendiri menganggap kalau pola pembelajaran CBSA, seakan-akan benar-benar telah dilakukan oleh para siswa. Padahal, para siswa itu hanyalah MENCURI karya orang lain.
Haruskah kondisi seperti itu terus terjadi? Tidak. Pelajar kita jangan sampai belajar pintar mencuri karya orang lain tanpa dirinya sendiri mau mengembangkan kemampuan otak mereka agar lebih pintar. Gak cuma di depan mata, tapi isi otak mereka harus benar-benar pintar dan berwawasan...
Jadi ingat sama iklan suatu produk yang sering di tayangkan di televisi yang pada bagian endingnya dinyatakan : "KALO MAU PINTAR, MAKANYA BELAJAR..."
hikkkssss... bukan nyontek dong yaaa...
.Sarlen Julfree Manurung
Subscribe to:
Posts (Atom)