Tuesday, 5 November 2013

SELAMAT TAHUN BARU Gus Mus Dalam Puisi Beliau

Kawan sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan,sebelum kita dihisabNya
Kawan siapakah kita ini sebenarnya?
Muslimkah,mukminin,muttaqin,
kholifah Alloh,umat Muhammadkah kita?
 
Khoirul ummatinkah kita?
 
Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi.
 
Hanya budak perut dan kelamin
 
Iman kita kepada Alloh dan yang ghaib Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan Lebih pipih dari kain rok perempuan
 
Betapapun tersiksa ,kita khusyuk didepan masa
 
Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersamaNya
 
Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug,atau pernyataan setia pegawai rendahan saja.
 
Kosong tak berdaya.
 
Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu ibu
 
Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.
 
Doa kita sesudahnya justru lebih serius Memohon enak hidup didunia dan bahagia disurga.
 
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istiraht,tanpa menggeser acara buat syahwat,ketika datang rasa lapar atau haus,
 
Kita manggut manggut ..oh beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat.
 
Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia sia,
 
Kalaupun terkeluarkan,harapanpun tanpa ukuran Upaya upaya Tuhan menggantinya lipat ganda.
 
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri,mencari pengalaman spiritual dan material,membuang uang kecil dan dosa besar
 
Lalu pulang membawa label suci Asli made in saudi "HAJI"
 
Kawan lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersamaNya,
 
atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya,
mensiasati dunia khalifahnya,
 
Kawan tak terasa kita semakin pintar,mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih,
kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan,
 
kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau dan menipu demi keselamatan,
 
memukul,mencaci demi pendidikan,
 
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
 
Tidak berbuat apa apa demi ketentraman
 
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian Pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.
 
Lalu bagaimana para cendekiawan,seniman,mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah nabi.
 
Jangan ganggu mereka
 
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
 
Para seniman sedang merenungkan apa saja
 
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana mana
 
Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa
 
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
 
Biarkan mereka diatas sana
 
menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri.

Adapun Puisi dalam bentuk MP3 anda bisa download, klik dibawah ini 



No comments:

Post a Comment