Kalau sedang ada waktu luang atau sedang jenuh di rumah, saya sering pergi ke warung tenda milik Pak Huda yang ada di mulut gang menuju rumahku. Selain untuk menyantap makan malam, tujuan saya kesana adalah untuk ngobrol, menikmati es teh manis atau sekedar menikmati suasana malam.
Di warung tendanya itu, Pak Huda berjualan pecel lele dan pecel ayam, jenis usaha yang selama ini telah menjadi trademark usaha dagang orang-orang asal Lamongan, Jawa Timur. Pak Huda sendiri berasal dari Lamongan.
Kelebihan dari makanan yang dijual Pak Huda, berada pada sambal racikannya. Sambal terasi buatan Pak Huda, memiliki citra rasa tersendiri. Tingkat kepedasannya, cukup menggetarkan lidah.
Rasa dari sambal hasil racikan Pak Huda, memang memiliki sensasi rasa, tidak hanya didominasi oleh pedasnya cabai, namun ada rasa manis dan asamnya, sehingga menghadirkan kenikmatan tersendiri pada saat menyantap lele atau ayam goreng.
Bagaimana pun, makan pecel lele atau pecel ayam, akan lebih bisa dinikmati apabila pedagangnya mampu membuat cita rasa tersendiri atas sambalnya. Tanpa sambal yang menggugah selera, akan sama seperti makan pecel lele atau pecel ayam di rumah sendiri (gak harus enak, yang penting bisa di makan dan bikin kenyang).
Lokasi warung tenda milik Pak Huda, ada di pinggir Jalan H. Naman (jalan utama menuju TPU Pondok Kelapa), tepatnya ada di seberang dealer motor Yamaha, sekitar 500 meter dari persimpangan jalan dengan Jalan Raya Kalimalang (lampu merah Transito).
Di sepanjang Jalan H. Naman sendiri, ada 10 warung tenda lain dengan jualan makanan yang sama dengan menu yang dijual Pak Huda.
Semenjak buka pada pertengahan tahun 2008 lalu, Pak Huda sama sekali tidak pernah melakukan upaya promosi atas usaha dagangnya. Akan tetapi kini Pak Huda telah memiliki banyak pelanggan setia, yang datang untuk makan atau memesan untuk dibungkus dan dibawa pulang.
Beberapa waktu yang lalu, warung tenda milik Pak Huda juga pernah dikunjungi oleh orang penting, yaitu mantan menteri yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, Bapak Syaefullah Yusuf. Waktu itu, Bapak Syaefullah Yusuf belum menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, tapi masih menjabat sebagai Ketua Umum PB Anshor.
Anak penyanyi Ahmad Dhani, Al, juga pernah makan malam di warung tenda milik Pak Huda. Saat itu Al datang bersama asisten dan pembantunya.
Beberapa pesantren dan kelompok pengajian yang berlokasi di Pondok Kelapa, juga sering memesan makanan dari Pak Huda. Selain itu, para karyawan pabrik roti Batavia, juga suka makan malam atau membawa pulang berbungkus-bungkus makanan yang dibeli dari warung tenda “Restu Bunda” milik Pak Huda.
Sewaktu musim kampanye legislatif dan pemilihan presiden tahun lalu, para anggota tim sukses dari sejumlah partai politik (diantaranya ada Partai Demokrat, Partai Hanura, dan PDI-Perjuangan) juga memesan makanan dari warung tenda milik Pak Huda untuk kebutuhan kampanye dalam ruangan.
Bahkan, sejumlah TPS yang ada di seputaran Jalan H. Naman, juga memesan berbungkus-bungkus nasi beserta pecel lele dan pecel ayam (utamanya pecel ayam), untuk disajikan kepada para petugas yang belum selesai melakukan penghitungan suara hingga malam hari.
Saya sendiri, kalau ada teman-teman saya yang datang berkunjung ke rumah, saya juga membawa mereka untuk pergi makan malam disana.
Pengunjung harian warung tenda Pak Huda, meskipun tidak membludak, namun cukup ramai. Dalam sehari, Pak Huda menyediakan 48 potong ayam dan 3 kilogram ikan lele. Jumlah ayam serta ikan lele yang disediakan akan ditambah pada saat weekend.
Walau demikian, terkadang Pak Huda masih saja membawa pulang beberapa potong ayam dan beberapa ekor ikan lele saat tutup warung sekitar jam 2 pagi (mulai aktifitas jualan sekitar jam 17.30 sore) apabila pengunjung sedang tidak ramai.
“Biasa itu, namanya juga dagang,” kata Pak Huda kalau pengunjung sedang sepi.
Skala usaha dari warung tenda yang dijalani Pak Huda, memang tidak besar. Namun demikian, Pak Huda tidak pernah mengeluh kalau dagangannya tidak habis terjual.
Pak Huda adalah seorang yang tekun. Penampilannya bersahaja. Orangnya ramah, mudah bergaul, serta senang bercanda. Daya tarik terbesar dari Pak Huda yang saya senangi adalah : dirinya selalu mengucap syukur atas hasil yang diperolehnya dari berdagang pecel lele dan pecel ayam.
“Alhamdullilah Pak, Tuhan masih kasih saya rejeki,” katanya pada saya saat warung tendanya terlihat sepi-sepi saja.
Mungkin, karena dirinya tidak pernah lupa mengucap syukur, Tuhan tidak pernah membuat warung tendanya, tidak membawa rejeki bagi Pak Huda.
Usaha warung tendanya itu sendiri, telah dirintisnya semenjak Pak Huda masih bujangan, dan masih belum mempunyai apa-apa. Saat ini Pak Huda telah menikah serta memiliki seorang anak. Di rumah kontrakannya, Pak Huda telah memiliki televisi, lemari es, dan sepeda motor (walaupun motor tua) yang dipakainya untuk belanja keperluan warung.
Saya percaya, apa yang dicapainya saat ini, karena Pak Huda tak pernah lupa mengucap syukur pada Tuhan. Bagaimana pun, Tuhan adalah sumber karunia bagi orang yang percaya kepadaNya.
Lebih dari 4.200 orang membuka usaha warung tenda pecel lele serta pecel ayam di seluruh wilayah Jabotabek. Banyak diantaranya masih dalam tahap merintis mencapai tangga kesuksesan meskipun sudah bertahun-tahun membuka usaha.
Padahal, jika mereka mau berinovasi, mencoba membuat racikan bumbu yang tepat untuk menjaga kualitas rasa dari lele atau ayam yang disajikan, dan membuat racikan sambal yang dirasakan bisa di terima oleh lidah seluruh masyarakat, niscaya, para pelanggan akan datang dengan sendirinya.
Dalam bulan puasa, warung tenda milik Pak Huda tetap buka jam 17.30, namun jam tutupnya lebih lama, yaitu hingga saat sahur, untuk memenuhi kebutuhan warga yang ingin buka puasa dan makan sahur dengan menu pecel lele atau pecel ayam (ada pete juga lhooo...)
Jika ada waktu dan kesempatan, rekan-rekan bisa merasakan sendiri kenikmatan makan di warung tenda milik Pak Huda. Saya tidak menjanjikan, setelah makan pecel lele atau pecel ayam di warung tenda milik Pak Huda, kenikmatannya akan sampai terbawa ke dalam mimpi. Namun saya percaya, rekan-rekan akan ingin datang untuk makan lagi disana.
Bagi rekan-rekan yang menjalankan ibadah puasa, selamat berpuasa. Maafkan saya jika saya pernah melakukan atau berkata-kata yang kurang menyenangkan hati rekan-rekan sekalian.
.Sarlen Julfree Manurung