Thursday, 22 December 2011
22 DESEMBER nice day
aku tau bunda. .
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku dalam setiap do’a yang kau panjatkan. .
aku tau. .
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta yang keluar dari lisanmu. .
ku tau bunda. .
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku. .
IBU. .
SEMBILAN BULAN ENGKAU BERJUANG MENGANDUNGKU. .
LALU ENGKAU BERTARUH NYAWA MELAHIRKANKU . .
PERJUANGANMU SUNGGUH BERAT. .
MAAFKAN AKU IBUKU. .
AKU TAK PERNAH BERTERIMA KASIH ATAS JASAMU. .
Andai aku bisa. .
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu. .
Andai aku mampu bunda. .
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu, sehangat dekapanmu, setulus kasihmu, dan sebijak nasihatmu. .
BUNDA. .
MAAFKAN ANAKMU YANG BANYAK BERDOSA PADAMU INI. .
SEKARANG, AKU AKAN BERTERIMA KASIH PADAMU
ATAS SEGALA JASAMU YANG TAKKAN BISA KUBALAS
SAMPAI KAPANPUN. .
hanya kata kata ini yang dapat aku berikan di hari yang teristimewa untuk bunda. .
aku akan selalu berdoa semoga tuhan kan selalu panjatkan cinta kasihnya untuk mu bunda. .
kami semua sayang bunda. .
maafkan kami jika selama ini kami tak pernah bisa mendengarkan nasehat bunda. .
semoga bunda kan selalu di beri kesehatan selalu oleh sang maha kuasa. .
SELAMAT HARI IBU. .
I LOVE YOU BUNDA. .
emmmuuuuaaaaaacccchhhhhhhhh. .
Thursday, 1 December 2011
Persaingan Yang Sehat
Kalau rasa iri mengemuka dalam hati dan pikiran, langkah yang seharusnya diambil adalah berusaha menunjukkan kualitas serta kemampuan terbaik diri, dari waktu ke waktu. Asah kemampuan diri agar kualitas dan kinerja menjadi jauh lebih baik lagi.
Yang lainnya? Lebih baik diam saja, duduk dengan tenang, dan bekerja seperti biasanya.
Jika yang muncul adalah hasrat untuk bersaing secara tidak sehat, itu sama artinya Anda secara tidak langsung telah menunjukkan kepada banyak orang (setidaknya, kepada rekan kerja, atasan, atau bahkan rekanan usaha Anda), betapa bodohnya Anda karena telah mengisi pikiran Anda dengan hasrat serta keinginan yang tidak membawa manfaat bagi kemajuan dan kelanggengan karir Anda, dalam menyikapi kehadiran kompetitor.
Oleh karena syirik, banyak karyawan yang justru mengkerdilkan kemampuannya sendiri, dengan berupaya membangun pola persaingan yang tidak sehat.
Padahal, jika tindakan itu mereka lakukan, itu merupakan sebuah pertanda, bahwa mereka mengakui kelebihan kualitas dan kemampuan karyawan lain sebagai kompetitor, meskipun mereka sendiri sebenarnya memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi pesaing terbaik bagi kompetitor itu.
Lucunya lagi, terkadang, mereka melakukannya secara vulgar (terbuka) dan disertai dengan rasa bangga karena telah berlaku tidak fair.
Jadikan persaingan yang tidak sehat sebagai sesuatu hal yang riskan untuk Anda lakukan, kapan pun dan dimana pun... tidak hanya hari ini, tapi juga hari esok, lusa, dan hari-hari di masa depan nanti.
Berlakulah kreatif, uletlah dalam bekerja, cintai pekerjaan Anda, dan jangan takut capek untuk meraih keberhasilan. Gunakanlah akal dan pikiranmu untuk menjadi pribadi-pribadi pemenang, dengan bersaing secara sehat.
Tetap semangat dan sukses selalu, ya, teman-teman.
.Sarlen Julfree Manurung
Wednesday, 30 November 2011
Hidup adalah PROSES
PROSES membuat kita belajar dan tahu banyak hal. PROSES membuat kita terlatih dan terbiasa menyingkap jawaban atas persoalan atau ragam persoalan yang sedang kita hadapi. PROSES membuat kita tahu bagaimana membuat langkah-langkah terukur untuk mencapai hasil yang terbaik di setiap keputusan yang kita ambil, secara cepat serta tepat, dan sesuai dengan kemampuan kita (bahkan BISA melebihi kemampuan diri yang kita anggap terbatas selama ini).
Sesungguhnya PROSES tidak mengenal batasan waktu. Terus terjadi dan terus berlangsung. Dalam setiap peristiwa kehidupan yang kita temui dalam hari-hari kehidupan, kita menjalani PROSES itu. Seiring perjalanan waktu, selayaknya PROSES membuat hidup kita menjadi lebih berkualitas dan penuh dengan noktah keberhasilan.
Jangan pernah takut belajar dan memulai lagi dari awal apabila mengalami kegagalan, sebab segenap PROSES yang telah kita lalui sebelumnya, membuat kita satu atau dua langkah lebih maju, baik dalam pola pikir, maupun dalam mengembangkan tingkat kemampuan diri kita masing-masing.
Ketahuilah, apabila kita telah menjalani PROSES dalam kehidupan kita, maka kita tidak pernah mundur lagi ke titik nol. Gunakan akal dan kecerdasan otakmu untuk kembali ke dalam rel kesuksesan hidup.
Jangan pernah menyerah oleh keadaan, akan tetapi kalahkanlah keadaan dengan memanfaatkan segenap kualitas diri yang kita miliki, dan juga dengan menggunakan otak kita. Tuhan memberikan kita akal untuk dipakai dalam rangka survival, bukan untuk mencari alasan-alasan pembenaran, atau mencari cara untuk menghindar dari ketentuan hidup, bahwa setiap orang harus berusaha untuk bisa mencapai tingkat tertinggi keberhasilan hidupnya.
Tetap semangat dan optimis, ya, teman-teman... GBU ALL.
.Sarlen Julfree Manurung
Success?
Monday, 28 November 2011
What Is Your Answer? May I Know?
Jika Sedang Punya Masalah...
Namun lebih baik lagi, kalo Anda curhat sama Tuhan, karena apapun bentuk keluh-kesah Anda kepadaNya, pasti ada jalan keluar, pasti ada ketenangan di hati, pasti meringankan beban... Yes, pasti...!!!
Dasar pemikirannya : masalah ada untuk di selesaikan. Jika masalah tidak diselesaikan, bisa muncul masalah baru, atau berdampak ke hal-hal lain. Salah satunya, bisa mengganggu kemampuan Anda untuk menyelesaikan pekerjaan Anda.
Sebisa dan sedapat mungkin, pisahkanlah masalah pribadi dengan pekerjaan. Jangan membuat masalah pribadi, mengganggu pekerjaan Anda. Nanti, Anda juga yang rugi.
Friday, 4 November 2011
Tuesday, 25 October 2011
artikel + cerpen
Setiap orang mencari kedamaian dan keharmonisan, karena inilah yang kurang dalam kehidupan kita. Dari saat ke saat kita mengalami kegelisahan, kejengkelan, ke-tidak-harmonisan, penderitaan. Saat seorang gelisah, ia juga menyebarkan penderitaan tersebut kepada orang lain – kegelisahan merembes keluar dari orang yang menderita ke sekelilingnya. Sehingga setiap orang yang berhubungan dengannya ikut menjadi jengkel dan gelisah. Tentu ini bukan cara hidup yang baik.
Seseorang harus hidup damai dengan dirinya sendiri dan juga dengan yang lain. Bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial, ia harus hidup dan berhubungan dengan masyarakat. Bagaimana kita bisa hidup damai? Bagaimana tetap harmonis dengan diri sendiri dan juga masyarakat sekitarnya sehingga orang lain bisa hidup damai dan harmonis?
Seseorang gelisah. Untuk keluar dari kegelisahan, ia harus mengetahui alasan dasar atau sebab dari kegelisahannya. Bila ia menyelidiki masalah tersebut, akan jelas bahwa pada saat ia mulai membangkitkan kekotoran dalam batin atau pikiran, ia pasti menjadi gelisah. Pikiran yang tidak murni dan kotor tidak dapat hadir bersamaan dengan kedamaian dan keharmonisan.
Bagaimana seorang membangkitkan kekotoran batin? Sekali lagi, dengan menyelidiki akan menjadi jelas, saya menjadi tidak senang saat melihat seorang bertingkahlaku tidak seperti yang saya inginkan atau sesuatu terjadi tidak sesuai dengan harapan saya. Sesuatu yang tidak diharapkan terjadi dan saya membuat ketegangan dalam diri. Sesuatu yang diinginkan tidak terjadi, karena suatu sebab, lagi-lagi saya membuat ketegangan didalam diri. Dalam hidup ini hal yang tidak diharapkan bisa terjadi, hal yang diharapkan bisa terjadi ataupun tidak, proses atau reaksi mengikat simpul-simpul ‘Gordian-knots ‘ membuat seluruh struktur mental dan jasmani menjadi tegang, penuh kenegatifan, hiduppun menjadi derita.
Satu cara untuk menyelesaikan masalah adalah dengan mengatur hal yang tidak diharapkan agar jangan terjadi dan berusaha agar semua hal terjadi seperti apa yang inginkan. Maka saya harus mengembangkan kekuatan atau saya bersandar pada orang lain yang punya kekuatan yang bisa membantu saya setiap saat sehingga segala sesuatu terjadi atas keinginan saya. Tapi ini tidak mungkin. Tidak ada seorang -pun didunia ini yang keinginannya bisa selalu terpenuhi. Jadi timbul pertanyaan bagaimana saya tidak bereaksi buta terhadap hal-hal yang tidak saya sukai? Bagaimana tidak membuat ketegangan? Bagaimana menjaga tetap damai dan harmonis?
Di India, juga negara lain, para bijaksana telah mempelajari masalah ini – masalah penderitaan manusia – dan menemukan solusinya : Bila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dan seorang mulai bereaksi dengan membangkitkan kemarahan, takut atau kenegatifan apa saja, secepatnya ia harus mengalihkan perhatian-nya ke hal lain. Misalnya , berdiri, mengambil segelas air, mulai minum. Kemarahannya tidak akan diper-banyak dan ia akan keluar dari kemarahan. Atau mulai menghitung: satu, dua dan seterusnya. Atau mengulang sebuah kata, kalimat atau mantra, mungkin nama dewa dewi yang dipercaya, pikiran dialihkan dan anda keluar dari kenegatifan dalam batas tertentu.
Solusi ini membantu. Dengan cara ini batin merasa bebas dari kegelisahan. Tapi sebenarnya solusi ini hanya bekerja pada lapisan sadar. Dengan mengalihkan perhatian ia menekan kenegatifan jauh kedalam bawah-sadar dan pada lapisan ini ( bawah-sadar – Admin ), tanpa ia sadari, ia melanjutkan membangkitkan dan menggandakan kekotoran yang sama. Pada permukaan terdapat lapisan ketenangan dan harmonis, tapi pada kedalaman batin terdapat gunung berapi yang tertidur yang cepat atau lambat akan meletus dengan hebat.
Pencari kebenaran batin lainnya melanjutkan pencariannya dan dengan mengalami realita dari batin-materi dalam dirinya mereka mendapatkan bahwa mengalihkan perhatian hanyalah menghindar dari masalah. Menghindar bukanlah solusi yang baik: orang harus menghadapinya. Saat kekotoran timbul dalam batin, amati saja, hadapi. Kekotoran mental akan segera berkurang secepatnya seorang mengamati-nya. Dengan perlahan kekotoran akan layu dan tercabut.
Solusi yang baik adalah menghindari dua extrim — penekanan atau bereaksi buta. Menekan kekotoran dalam bawah-sadar tidak akan mencabut kekotoran tersebut, membiarkan kekotoran batin menjelma dalam bentuk tindakan fisik atau vokal hanya akan menimbulkan masalah lebih banyak. Tapi bila seorang hanya mengamati, kekotoran akan berlalu dengan sendirinya dan kenegatifan tercabut. Ia bebas dari kekotoran batin.
Ini kedengaran bagus, tapi apakah ini benar-benar praktis? Untuk rata- rata orang apakah mudah menghadapi kekotoran batin? Saat kemarahan timbul, begitu cepat ia menguasai kita sehingga tidak sempat mengenalinya. Dikuasai oleh kemarahan, kita bertindak secara jasmani atau ucapan yang merugikan kita dan orang lain. Kemudian saat amarah telah berlalu, kita mulai menyesal, minta ampun dari orang ini dan itu atau dari Tuhan: Oh saya telah membuat kesalahan, mohon ampuni saya. Tapi saat berikutnya, ketika kita berada dalam situasi yang sama, sekali lagi kita bereaksi dengan cara yang sama. Semua penyesalan itu tidak membantu sama sekali.
Kesulitannya adalah saya tidak menyadari saat kekotoran timbul. Kekotoran dimulai dari jauh didalam bawah-sadar dan saat mencapai pikiran sadar, ia telah mendapatkan kekuatan yang begitu besar yang bisa menguasai saya dan tidak dapat di amati.
Jadi saya harus punya sekretaris pribadi sehingga saat kemarahan timbul, dia akan berkata ‘Lihat Tuan, kemarahan timbul’. Karena saya tidak tahu kapan amarah timbul, saya harus punya tiga sekretaris untuk berjaga bergantian selama 24-jam. Umpama saya mampu, saat amarah timbul dan sekretaris mengatakan: ‘Tuan lihat, kemarahan timbul ‘, hal pertama yang akan saya lakukan adalah menamparnya dan memakinya: ‘Bodoh kamu, Apakah kamu dibayar untuk mengajari aku’? Saya sudah dikuasai oleh kemarahan, tidak ada nasihat yang baik yang bisa membantu.
Meskipun saya tidak menamparnya, saya berkata ‘Terima kasih banyak, sekarang saya harus duduk dan mengamati kemarahanku’. Apakah itu mungkin? Secepatnya mata saya pejamkan dan mengamati kemarahan, segera objek kemarahan masuk kedalam pikiran – orang atau kejadian yang membuatku marah. Jadi saya tidak mengamati kemarahan itu sendiri tapi saya hanya mengamati rangsangan luar dari emosi. Ini hanya akan menggandakan kemarahan. Ini bukan solusi. Adalah sangat sulit untuk mengamati kenegatifan serta emosi yang abstrak, terpisah dari objek luar yang menyebabkannya.
Tapi orang yang telah mencapai kebenaran akhir menemukan solusi yang nyata. Ia mendapatkan saat kekotoran timbul didalam batin secara bersamaan dua hal terjadi pada tingkat fisik. Satu adalah nafas kehilangan irama yang normal. Kita mulai bernafas cepat saat kenegatifan masuk dalam batin. Ini mudah diamati. Pada tingkat yang lebih halus, semacam reaksi biokimia terjadi didalam tubuh – semacam sensasi. Setiap kekotoran akan membangkitkan satu dan lain sensasi pada satu bagian tubuh atau lainnya.
Ini adalah solusi yang praktis. Orang awam tidak bisa mengamati kekotoran batin – ketakutan, kemarahan atau emosi yang abstrak. Tapi dengan latihan dan praktek yang tepat adalah mudah mengamati pernafasan dan sensasi tubuh — keduanya langsung berhubungan dengan kekotoran batin.
Pernafasan dan sensasi akan membantu dalam dua hal. Pertama, mereka akan menjadi seperti ‘sekretaris pribadi’. Secepatnya ada kekotoran timbul dalam batin, nafas akan berubah tidak normal. Ia akan teriak ‘Lihat ada yang salah’. Sayapun mulai mengamati nafas dan sensasi dan saya segera mendapatkan kekotoran berlalu.
Fenomena materi-batin ini seperti mata uang dengan dua sisi. Pada satu sisi adalah apapun pikiran atau emosi yang timbul didalam batin. Sisi lainnya adalah nafas dan sensasi dalam tubuh. Setiap pikiran atau emosi, setiap kekotoran mental mewujudkan diri dalam nafas dan sensasi pada saat itu. Jadi dengan mengamati nafas atau sensasi, saya sebetulnya mengamati kekotoran batin. Dari pada menghindari masalah, saya menghadapi kenyataan sebagaimana adanya. Kemudian saya mendapatkan bahwa kekotoran batin kehilangan kekuatannya. Saya tidak lagi bisa dikuasai seperti dulu. Bila saya bertahan, kekotoran akhirnya lenyap dan saya tetap damai dan bahagia.
Dengan cara ini, teknik mengamati diri menunjukkan kepada kita adanya dua aspek yaitu aspek dalam dan aspek luar. Sebelumnya, saya selalu melihat dengan mata terbuka lebar dan melewatkan kebenaran didalam. Saya selalu melihat keluar untuk sebab dari ketidak-bahagiannya, saya selalu menyalahkan dan mencoba merubah realitas diluar tidak mau tahu dengan realita didalam. Saya tidak mengerti bahwa sebab dari penderitaan berada didalam; didalam reaksi buta saya sendiri terhadap sensasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Sekarang dengan berlatih, saya bisa melihat sisi lain dari mata uang. Saya bisa menyadari nafas dan juga apa yang terjadi didalam diri saya. Apapun itu, nafas atau sensasi, saya belajar hanya mengamati tanpa kehilangan keseimbangan batin. Saya berhenti bereaksi, berhenti memperbanyak penderitaan. Saya biarkan kekotoran mewujudkan diri dan berlalu.
Semakin banyak orang berlatih teknik ini, semakin cepat ia keluar dari kenegatifan. Secara berangsur batin / pikiran keluar dari kekotoran dan menjadi murni. Batin yang murni selalu penuh dengan cinta tanpa pamrih untuk semuanya, penuh belas kasih untuk penderitaan orang lain, penuh kegembiraan atas sukses dan kebahagiaan yang lain, penuh keseimbangan dalam menghadapi segala situasi.
Saat seorang mencapai tahap ini, seluruh pola kehidupannya mulai berubah. Tak mungkin lagi ia mela – kukan tindakan fisik atau vokal yang mengganggu kedamaian serta kebahagiaan orang lain. Sebaliknya batin yang seimbang tidak saja membuatnya damai, tapi juga membantu orang lain menjadi damai. Kedamaian serta keharmonisan yang terpancar dari orang tersebut akan mempengaruhi orang disekelilingnya.
Dengan belajar tetap seimbang dalam menghadapi semuanya yang dialami dalam tubuhnya, ia tidak terpengaruh lagi terhadap semuanya yang ia jumpai dalam situasi diluar. Bagaimanapun ini bukanlah malarikan diri atau tak peduli terhadap masalah duniawi. Seorang pemeditasi Vipassana menjadi lebih perasa terhadap penderitaan orang lain, dan berusaha sebisanya untuk meringankan penderitaan – tidak dengan kegelisahan tapi dengan batin yang penuh cinta, belas kasih dan seimbang. Ia belajar pengabadian suci bagaimana terlibat penuh dalam membantu orang lain dan menjaga batinnya tetap seimbang. Dengan cara ini ia tetap damai dan bahagia sewaktu bekerja untuk kedamaian dan kebahagiaan orang lain.
Inilah yang diajarkan oleh Sang Buddha : suatu Seni Hidup. Beliau tidak pernah membentuk atau mengajarkan suatu agama ( seperti yang kebanyakan orang pahami – Admin ) atau aliran. Beliau tidak pernah memerintahkan pengikutnya melakukan tata cara atau upacara formalitas kosong atau buta. Sebaliknya beliau hanya mengajarkan mengamati alam sebagaimana adanya dengan mengamati realita di dalam tubuh. Karena ketidaktahuan, seorang selalu bereaksi yang membahayakan dirinya dan juga orang lain. Tapi saat kebijaksanaan timbul – kebijaksanaan dari mengamati realita sebagai mana adanya – ia keluar dari kebiasaan bereaksi ini. Saat seorang berhenti bereaksi secara buta, ia mampu bertindak benar – tindakan yang keluar dari batin yang seimbang, batin yang melihat dan mengerti kebenaran. Tindakan demikian hanya bisa positif, kreatif, membantu dirinya dan juga orang lain.
Apa yang perlu sekarang adalah mengenal diri sendiri – demikian nasihat para bijaksana. Seorang harus mengenal diri sendiri tidak hanya pada tingkat intelek, emosi ataupun kebaktian, menerima secara buta apa yang didengar atau dibaca. Pengetahuan yang demikian tidak cukup. Seorang harus mengenal realita pada tingkat kenyataan. Seorang harus mengalami langsung realita dari fenomena materi-batin ini. Hanya ini yang akan membantu kita keluar dari penderitaan.
Pengalaman langsung atas realita dalam dirinya, teknik mengamati diri sendiri inilah yang disebut ‘Meditasi Vipassana’.Dalam bahasa India pada masa Sang Buddha, passana berarti melihat dengan mata terbuka, vipassana adalah mengamati sesuatu sebagai mana adanya, tidak sebagai apa yang terlihat. Kebenaran yang terlihat harus ditembus sampai seorang mencapai kebenaran akhir dari seluruh struktur materi-batin. Saat seorang mengalami kebenaran ini, ia akan berhenti bereaksi secara buta, menghentikan pembuatan kekotoran – dan secara alami, kekotoran yang lama akan berangsur tercabut. Ia keluar dari semua penderitaan dan merasakan kebahagiaan.
Ada tiga tahapan dalam Kursus Meditasi Vipassana. Pertama tidak melakukan tindakan fisik atau ucapan yang mengganggu kedamaian serta keharmonisan orang lain. Seseorang tidak bisa membebaskan kekotoran batinnya bila ia terus melakukan perbuatan yang hanya memperbanyak kekotoran. Jadi aturan moral ini adalah penting sebagai tahap awal dari latihan. Kemudian seorang berjanji tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berhubungan sex, tidak berbohong, tidak mabuk. Dengan mematuhi aturan tersebut diatas, seorang bisa menenangkan batinnya untuk melakukan tugas-tugas selanjutnya.
Tahap berikutnya adalah mengembangkan penguasaan atas pikiran yang liar dengan melatih untuk tetap pada satu objek: nafas mengarahkan perhatian pada nafas selama mungkin. Ini bukanlah latihan pernafasan, nafas tidak diatur, sebaliknya nafas yang alami diamati sebagaimana adanya sewaktu nafas masuk dan keluar. Dengan cara ini pikiran ditenangkan sehingga tidak dikuasai oleh kenegatifan yang kuat. Pada waktu yang sama, pikiran dipusatkan, membuatnya menjadi tajam dan menembus, berguna untuk usaha pencerahan.
Dua tahapan pertama, kehidupan yang bermoral dan penguasaan pikiran, adalah perlu dan bermanfaat. Tapi itu akan membawa pada penekanan diri, kecuali mengambil tahap ketiga – memurnikan pikiran dengan mengembangkan pencerahan kedalam diri. Ini adalah vipassana: mengalami realita diri sendiri melalui pengamatan yang tenang dan sistimatis dari fenomena materi-batin yang selalu berubah yang terwujud sebagai sensasi yang timbul dalam tubuh. Ini adalah puncak dari ajaran Sang Buddha : pemurnian diri melalui pengamatan diri.
Ini bisa dilakukan oleh semua orang. Setiap orang mengalami penderitaan, itu adalah penyakit universal yang memerlukan pengobatan universal. Bila seorang menderita karena kemarahan, itu bukan kemarahan milik Buddhis, Hindu atau Kristen. Kemarahan adalah kemarahan universal. Obat-nya pun harus universal.
Vipassana adalah obatnya. Tak akan ada yang keberatan dengan aturan yang menghormati kedamaian dan keharmonisan orang lain. Tak ada yang keberatan dengan pengembangan kontrol terhadap pikiran, mengembangkan pencerahan kedalam diri, yang membebaskan pikiran dari kenegatifan.
Vipassana adalah jalan universal yang mengamati realita sebagai mana adanya melalui pengamatan kebenaran dalam tubuh – ini adalah mengenal diri sendiri pada tingkat kenyataan dengan mengalami secara langsung. Dengan berlatih seorang keluar dari penderitaan. Dari kebenaran yang kasar, diluar dan kasat mata, menembus sampai kebenaran akhir dari materi-batin, dibalik ruang dan waktu, bidang yang terkondisi dari kenisbian: kebenaran dari pembebasan total atas semua kekotoran, semua ketidak murnian, semua penderitaan. Nama apapun yang diberikan pada kebenaran ini tidak penting. Ini adalah tujuan akhir dari semua orang.
Semoga kalian semua mengalami kebenaran akhir ini. Semoga semua orang keluar dari kekotorannya, penderitaannya. Semoga mereka menikmati kebahagiaan sejati, kedamaian sejati, keharmonisan sejati.
SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA
Friday, 14 October 2011
Ternyata Gak Sulit untuk Jadi Orang yang Rendah Hati
1. Berbicara sesedikit mungkin tentang diri dan keluarga sendiri.
2. Uruslah sendiri persoalan-persoalan pribadi.
3. Hindarilah rasa ingin tahu.
4. Janganlah mencampuri urusan orang lain.
5. Terimalah pertentangan dengan kegembiraan.
6. Mengalah terhadap kehendak orang lain.
7. Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat, walau Anda benar.
8. Jangan memusatkan perhatian kepada kesalahan orang lain.
9. Terimalah hinaan dan caci maki.
10. Terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan dan dipandang rendah.
11. Terimalah celaan walaupun Anda tak layak menerimanya.
12. Bersikap sopan dan peka sekalipun seseorang berusaha memancing amarah Anda.
13. Janganlah berusaha agar dikagumi dan dicintai.
14. Pilihlah selalu yang tersulit.
TUHAN YESUS Memberkati Anda..
Wednesday, 12 October 2011
Biasa, Terbiasa, dan Kebiasaan
Mungkin, karena sudah cukup lama belum juga memiliki pekerjaan tetap atau mempunyai penghasilan tetap, saya sempat menjadi seseorang yang emosional karena suka kesal terhadap sikap orang-orang yang nampaknya sudah terbiasa mengeluarkan kata-kata cemooh ataupun hinaan, bagaikan orang-orang yang selalu punya hasrat untuk merendahkan dan menjatuhkan harkat, martabat, serta harga diri orang lain.
Namun, setelah melalui sebuah perenungan panjang, saya berpikir, untuk apa saya menjadi seseorang yang emosional? Apakah saya bisa merubah keadaan dengan marah-marah? Kesal karena kecewa sih, boleh-boleh aja, tapi kalo marah, sebaiknya jangan. Yup, sama sekali ga ada untungnya.
Setiap hari saya tidak pernah ongkang-ongkang kaki, seharian kerjanya duduk-duduk atau tidur-tidur saja di rumah. Walaupun saya tidak berkantor di salah satu gedung perkantoran yang ada di daerah Sudirman-Thamrin, namun saya tetap ada kegiatan dengan bekerja dari rumah.
Bagi orang kantoran, hasilnya mungkin tidak seberapa. Lebih sering tidak berlimpah atau sama seperti saat saya bekerja sebagai staff perencanaan di sebuah kantor general contractor. Tapi kalo di total-total, nilainya bisa melebihi UMR di Jakarta.
Setidaknya, saya tidak melakukan mark-up atas nilai project demi menjaga nama dan reputasi saya as a freelance. Saya masih bisa beli rokok saya sendiri, bisa sesekali membantu orang tua untuk nambahin uang belanja, serta bisa sesekali jajanin keponakan-keponakan saya.
Hingga hari ini, saya tidak merasa salah memilih kuliah di fakultas teknik jurusan arsitektur, karena ternyata, dunia para arsitek itu tidak hanya berisi mengkhayal...mengkhayal...dan mengkhayal. Akan tetapi kami juga belajar tentang banyak hakekat ilmu yang tidak diajari di jurusan lainnya.
Tentu saja, hidup yang berubah drastis, ada hikmahnya. Salah satunya, saya harus terbiasa dengan penghasilan yang apa adanya jika memang sedang tidak menangani proyek (no job).
Adanya perubahan atas kualitas kemampuan keuangan, memang sedikit merubah sikap saya. Dahulu, saya terbiasa menjadi pendengar paling setia kalau ada teman-teman yang ingin curhat sama saya. Kalau sekarang ini, saya memilih untuk terbiasa bertindak sebagai motivator bagi orang-orang yang tidak saya kenal dengan baik. Kenapa begitu?
Perubahan itu terjadi sewaktu saya sedang mengalami masalah keuangan beberapa waktu yang lalu. Waktu itu saya mendatangi mereka, berharap bisa dibantu dengan menceritakan masalah yang sedang saya hadapi.
Apa lacur adanya, ternyata saya hanya mendapatkan punggung dari mereka saja. Menegur sapa tidak, memberikan respon juga tidak. Bahkan sekarang hilang dan pergi begitu saja. Yup, saya menjadi korban kerasnya kehidupan pergaulan, mau menerima, tapi enggan memberi.
Oleh sebab itulah, saya merasa, percuma saja selama ini telah menjadi pendengar setia bagi “suara jeritan hati” mereka, karena ternyata mereka sendiri emoh untuk juga mau menjadi pendengar suara hati saya.
I don’t know why, belakangan ini, sikap saya itu sudah menjadi kebiasaan. Kuantitas dari munculnya keinginan untuk menjadi pendengar bagi suara orang-orang yang merasa punya beban, agak saya kurangi. Mungkin, saya salah telah bersikap seperti itu. Akan tetapi, saya juga ingin mempunyai rasa nyaman dalam kehidupan pergaulan saya.
Faktanya, bekerja dari rumah bukan berarti saya tidak memiliki masalah dan banyak kendala. Aneka problematika kehidupan pribadi, tetap datang silih berganti. Bekerja di rumah juga berarti, saya harus membiasakan diri dengan keruwetan masalah yang ada di rumah.
Kondisi terberat adalah saat orang tua saya harus mudik sebulan lamanya untuk nostalgia, dan saat setelah Lebaran ini, karena pembantu serta baby sitter para keponakan saya, tidak balik lagi.
Sungguh, kerepotan demi kerepotan menyita waktu saya. Apalagi sewaktu ponakan saya Pepita sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Semenjak jam 6 pagi saya sudah sibuk membantu Ibu saya mengurusi adiknya Pepita, Abby, karena orang tuanya menemani Pepita di Rumah Sakit. Praktis, saya baru tidur jam 3 subuh setiap harinya karena Abby sering kali rewel banget karena kangen sama Orang tua dan Kakaknya.
Berbagai bentuk kerepotan membuat saya mengalami kesulitan untuk bisa mengatur waktu menjalani kehidupan sosialita saya. Gak ada waktu untuk mengais rupiah karena badan ini sudah capek sekali.
Untuk menghibur diri, saya menonton OVJ dan bermain game Social City di facebook. Just that.
Ada begitu banyak permintaan untuk menjadi pengabdi nan setia. Bahkan terkadang, harus dimulai dengan penyampaian kata-kata yang benar-benar “tidak menganggap” keberadaan saya yang juga memiliki aktifitas pribadi. Sering kali, saya merasa sakit hati, tapi saya hanya bisa ngedumel dalam hati.
Untung saja, saya bukanlah tipikal orang yang temperamental, yang suka melampiaskan rasa amarah serta rasa kesal dengan menyakiti ragawi orang lain. Puji Tuhan... hingga kini, saya masih dapat mengendalikan diri. Saya berharap, sampai kapan pun, saya tidak berubah menjadi orang yang mampu menahan emosi diri.
Tentu saja, menjadi seseorang yang emosional, bukanlah sebentuk perubahan perilaku yang saya inginkan agar menjadi bagian dari kepribadian saya. Sekali-kali tersinggung, pernahlah. Saya masih manusia biasa yang punya perasaan. But, being emotional people?
Nop. that is not my type. Till now, i’m not like that. Saya sangat-sangat tidak menginginkan menjadi seorang pemarah. Saya tidak ingin, marah-marah menjadi kebiasaan hidup, menjadi cara saya untuk mengekspresikan rasa tidak senang saya.
Beraneka ragam tekanan, boleh-boleh saja didatangkan. Aneka rupa cemooh dan kata-kata hinaan yang menyakitkan hati, boleh-boleh saja sering dialamatkan. Aneka bentuk tindakan tidak menyenangkan lagi merendahkan, silahkan saja untuk dirupakan sekehendak hati. Tapi saya tidak mau terpengaruh oleh karenanya.
Hidup ini terasa menakutkan jika saya menikmati tekanan-tekanan yang menghampiri. Akan ada berjuta-juta kebencian yang bergemuruh dan ingin dilampiaskan. Tentu saja, itu bukan sebuah kondisi yang baik untuk dijalani.
Dalam tayangan acara Just Alvin, Sophia Latjuba sempat mengatakan : happy is a strong word. Saya sependapat dengannya. Pada satu sisi, saya sudah sangat terbiasa untuk menghadapi banyak kesusahan. But, saya juga ingin menikmati hidup ini, bukan menikmati segenap kesusahan yang datang menghampiri.
Saya mungkin sudah terbiasa menghadapi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan. Akan tetapi, saya tidak ingin untuk terbiasa menjadi orang yang memiliki kebiasaan melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan. Itu sebabnya, belakangan ini, saya lebih banyak diam dari pada muncul keinginan untuk balik menyakiti hati dan perasaan orang lain.
Jika saya menginginkan gaya berpikir saya ini bisa pula menjadi bagian dari gaya berpikir dari orang-orang di sekitar saya, itu karena saya meyakini, pilihan sikap seperti itu, perlu ada di dalam benak pikiran dan jalan kehidupan semua orang. Hidup kita haruslah berkelimpahan dengan perbuatan baik, bukan keinginan untuk menyakiti.
Terbiasa melakukan beragam perbuatan baik, akan membuat hidup kita menjadi luar biasa. Cukup banyak rupa perbuatan baik yang bisa kita jadikan kebiasaan dalam gaya hidup kita. Show that to the peoples kalo kita biasa berbuat baik.
Percaya deh, walaupun hidup kita tidak dipenuhi oleh beragam kesenangan duniawi atau berkelimpahan harta, namun hati serta pikiran kita, akan dipenuhi oleh rasa sukacita, jika kita punya kebiasaan-kebiasaan baik, biasa berbuat baik, serta sudah terbiasa untuk setiap saat berbuat baik.
.Sarlen Julfree Manurung
Monday, 10 October 2011
Masih Ada Harapan Untuk Timnas Sepak Bola Kita
"Yaahhh... Kalah lagi, kalah lagi... Kapan nih, tim nasional sepak bola Indonesia menang lagiii...?"
Pernyataan itu keluar dari mulut seorang bapak, yang tak sempat menonton pertandingan sepakbola Pra Piala Dunia 2014 (PPD 2014) antara tim nasional (timnas) sepak bola Indonesia melawan timnas Bahrain, gara-gara terjebak kemacetan lalu lintas di ibukota setelah lembur bekerja di kantor.
Berawal dari kekalahan 0 – 1 saat melakukan pertandingan persahabatan dengan timnas Yordania di Solo beberapa waktu yang lalu, derita kekalahan kembali dialami timnas kita, setelah dipecundangi timnas Iran 0 - 3 dalam pertandingan pertama babak ketiga Group E kualifikasi Piala Dunia zona Asia.
Timnas kita harus kembali menelan kekalahan, setelah pada tanggal 6 September 2011 lalu, dipaksa menyerah kalah 0 – 2 atas timnas Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan – Jakarta.
Kegigihan dan kerja sama antar pemain timnas Indonesia pada saat perebutan Piala AFF tahun 2010 lalu, tidak begitu nampak dalam ke-3 pertandingan itu.
Penyebab Kekalahan : Faktor Non-Teknis
Tidak ada satu pun tim, regu, ataupun atlet perseorangan yang menginginkan, menderita kekalahan pada saat bertanding, apalagi harus mengalami kekalahan secara berturut-turut. Hasil yang ingin diperoleh adalah kemenangan, minimal bisa bermain imbang atau seri.
Setiap tim, regu, atau seorang atlet, pasti menginginkan hasil yang terbaik, apalagi kalau bisa mengalahkan tim, regu, atau atlet lawan yang tergolong kuat atau lebih diunggulkan.
Banyak anggota masyarakat kita yang angkat bicara untuk menyampaikan opini mereka terkait dengan kekalahan berturut-turut yang dialami oleh timnas kita. Ada seberkas nada kecewa, dan ada pula nada tak ingin kehilangan kebanggaan terhadap timnas kita, yang sempat menorehkan harapan, akan bangkitnya dunia persepakbolaan tanah air.
Beberapa anggota masyarakat lainnya berpendapat, penyebab kekalahan itu bisa terjadi karena para pemain timnas kita tidak memiliki stamina yang cukup baik untuk menghadapi pertandingan 2 x 45 menit, utamanya, saat timnas kita bertanding menghadapi timnas Bahrain di Stadion GBK, Senayan.
Pada saat menghadapi timnas Bahrain, terlihat jelas kalau sebagian besar pemain timnas kita masih kelelahan. Saat itu, praktis para pemain timnas kita hanya memiliki waktu efektif 1 hari untuk dapat mengembalikan kebugaran stamina mereka, setelah melakukan 9 jam penerbangan ke Jakarta dari Teheran, Iran, usai bertanding melawan timnas Iran, disana.
Ada pula anggota masyarakat lainnya (dengan nada menghibur) yang mengatakan, kalau timnas kita masih kurang luck (beruntung) saja (terutama ketika timnas kita bertanding menghadapi timnas Yordania), sehingga harus mengalami kekalahan demi kekalahan.
Namun, pendapat masyarakat yang paling menarik, adalah kalau penyebab dari kekalahan berturut-turut yang dialami timnas kita, terjadi karena para pemain merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan program latihan dan strategi permainan yang dikembangkan Wim Rijsbergen.
Pendapat ini mengemuka setelah merebaknya issue yang mengatakan, 7 orang pemain (yang selama ini memperkuat timnas) tidak bersedia untuk bergabung kembali ke dalam timnas, apabila jabatan pelatih timnas masih dipegang oleh Wim Rijsbergen.
Issue ini muncul ke permukaan, setelah diketahui, ke-7 orang pemain timnas tersebut, melakukan pertemuan dengan Alfred Rield, mantan pelatih timnas yang dipecat PSSI, di suatu tempat. Ada kesan, kalau Alfred Rield telah menghasut sejumlah pemain itu untuk memboikot kepemimpinan pelatih Wim Rijsbergen dalam timnas. Namun, berita yang tersebar ditengah-tengah masyarakat, tidak sampai sedemikian kerasnya.
Faktor Teknis
Ketua Umum PSSI, Djohan Arifin Husin, mengatakan, kalau kekalahan berturut-turut yang dialami timnas kita, lebih dikarenakan faktor non-teknis.
Pendapat atau pandangan dari Ketua Umum PSSI itu, memang ada benarnya. Namun, kita juga harus ingat, kekalahan yang dialami suatu tim, regu, atau seorang atlet, bisa juga dipengaruhi oleh faktor teknis, yaitu faktor kemampuan dan kesiapan tim, regu, atau atlet itu sendiri.
Wim Rijsbergen mengatakan, salah satu masalah terbesar dalam timnas kita adalah soal konsentrasi pemain. Bentuk permainan yang ditampilkan para pemain timnas Yordania, Iran, dan juga Bahrain, sebenarnya tidak istimewa. Akan tetapi, oleh karena para pemain timnas kita tidak konsentrasi saat bertanding, mereka akhirnya tidak bisa memetik point kemenangan dari timnas lawan.
Karena kurang konsentrasi, para pemain timnas kita sering kali membuat kesalahan. Para pemain timnas kita banyak sekali membuang peluang-peluang emas untuk menciptakan gol, karena mereka tidak tenang dalam penyelesaian akhir, atau karena mereka salah dalam memberikan umpan kepada kawan.
Sikap tidak tenang para pemain timnas kita, membuat para pemain timnas lawan berulang kali berhasil memotong tendangan umpan-umpan pendek para pemain timnas kita kepada kawan. Dalam banyak kesempatan, mereka bahkan dapat dengan mudah mencuri bola yang sedang dalam penguasaan kaki para pemain timnas kita.
Nampaknya, kurang konsentrasi dan kurang tenang, memang merupakan kekurangan mendasar dari para pemain timnas kita, sebab, kesalahan-kesalahan yang sama masih dilakukan oleh para pemain pada saat melakukan pertandingan persahabatan menghadapi timnas Arab Saudi, pada hari Jum’at (07/10/2011) kemarin, di Stadion Shah Kuala, Kuala Lumpur - Malaysia.
Pada pertandingan itu, para pemain timnas kita masih suka berlaku ceroboh dan kurang berhati-hati. Untung saja, tidak ada satu gol yang disarangkan para pemain timnas Arab Saudi ke gawang kita.
Oleh karena tidak tenang, sering bertindak ceroboh dan kurang hati-hati, membuat timnas kita hanya mampu 4 kali melakukan tendangan langsung kearah gawang lawan. Pemain timnas Arab Saudi sendiri, melakukannya hingga 8 kali. .
Penerapan strategi permainan cepat dan menyerang, seperti yang telah diisyaratkan oleh Wim Rijsbergen sebelum pertandingan dilangsungkan, tidak nampak dipertontonkan para pemain timnas kita sepanjang pertandingan 2 x 45 menit.
Strategi permainan cepat hanya diperagakan pada babak pertama, sedangkan pada babak kedua, hampir semua pemain timnas kita, lebih sering berada di daerah pertahanan sendiri untuk memperkuat barisan pertahanan, yang sedikit kewalahan menghadapi gelombang serangan para pemain timnas Arab Saudi.
Nampaknya, timnas kita memang masih belum memiliki konsep bertanding yang tepat, terutama, pada saat melakukan serangan balik dengan cepat, atau sewaktu merapatkan kembali barisan pertahanan pada saat menghadapi serangan dari pemain lawan.
Para pemain timnas kita juga terlihat tidak mampu menjaga dan mengatur dengan baik, tempo serta irama permainan. Hal ini dapat tergambar dari gaya permainan para pemain yang terlihat tidak mempunyai inisiatif dalam pergerakan atau penempatan posisi.
Wim Rijsbergen mengatakan, cara bermain para pemain timnas kita, sama sekali tidak menggambarkan kualitas dari pemain sepak bola profesional. Buruk dalam penguasaan bola, tidak tepat dalam memberi umpan pada kawan, dan tidak baik dalam penyelesaian akhir.
Memaksimalkan Kekuatan Untuk Menang Lawan Qatar
Oleh sebab itu, Wim Rijsbergen harus pandai-pandai dalam memotivasi para pemain, agar mereka dapat lebih fokus dan lebih berhati-hati pada saat menguasai bola, memberikan umpan, dan dalam mengeksekusi bola ke gawang lawan, baik secara individual, maupun secara tim.
Motivasi dapat dibangun dengan memberikan kepercayaan kepada masing-masing pemain dalam menjalankan tugas dan perannya, sehingga mereka mempunyai motif untuk dapat memenangkan pertandingan melawan timnas Qatar pada hari Selasa (11/10/2011) esok.
Peluang kita belum tertutup. Jika dalam pertandingan menghadapi timnas Qatar nanti timnas kita dapat memetik point penuh, maka hasil tersebut akan menjadi modal dasar untuk memacu semangat para pemain timnas, agar bisa memenangkan pertandingan lain yang masih tersisa.
Memang masih terjadi sejumlah tindakan ceroboh serta kesalahan yang dilakukan oleh para pemain timnas kita. Akan tetapi, kemampuan timnas kita untuk dapat menahan imbang timnas Arab Saudi, merupakan sebuah gambaran, adanya upaya untuk mencapai hasil terbaik, pada saat menghadapi tim-tim kuat dari negara lain.
Ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kekalahan berturut-turut yang telah dialami sebelumnya. Seharusnya, para pemain timnas kita, memiliki keinginan kuat agar kekalahan demi kekalahan, tidak terulang kembali.
Kita pasti menang... Kita pasti bisa mengalahkan lawan. Harapan masih ada. Marilah kita sama-sama kita mendoakan dan mendukung keberhasilan timnas kita, untuk bisa meraih kemenangan dalam 4 pertandingan yang masih tersisa.
Garuda di dadaku.. Merah putih warna benderaku. Jayalah selalu timnas Indonesia ku.
.Sarlen Julfree Manurung
Friday, 7 October 2011
Mewaspadai Gangguan Leher
Selama ini, adanya gangguan penglihatan pada mata kita, sering kali dikaitkan dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyebabnya, karena kita terlalu lama menatap televisi, layar monitor komputer atau tablet, serta ponsel jenis smartphone (Blackberry serta ponsel android).
Ternyata, penggunaan perangkat teknologi dalam jangka waktu cukup lama dalam sehari (khususnya dalam menggunakan laptop, tablet, dan ponsel smartphone), juga bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan pada leher yang disebut dengan “text neck”.
Gangguan ini disebabkan oleh peregangan otot leher kita karena terlalu lama menundukkan kepala untuk memperhatikan layar monitor laptop, tablet atau ponsel smartphone, sehingga dapat memicu terjadinya peradangan sendi secara permanen apabila tidak segera mendapat penanganan medis.
Para ahli menyebutkan, semakin populernya penggunaan laptop, tablet, serta ponsel smartphone ditengah-tengah masyarakat, membuat kasus-kasus cedera pada otot leher akibat regangan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Apabila sudah dalam kondisi parah, sendi-sendi pada leher nantinya dapat terasa nyeri pada saat tertekuk, sehingga menyakitkan jika akan diluruskan ke posisi yang benar.
Hal ini bisa terjadi karena sendi-sendi dan jaringan yang ada di leher, tidak dibangun untuk mampu menahan posisi tertekuk dalam jangka waktu lama, sehingga sendi leher yang terlalu tertekuk, akan menerima banyak tekanan, sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Parahnya lagi, kondisi ini juga bisa menyebar, sehingga dapat menimbulkan sakit kepala, nyeri pada bahu, dan nyeri pada bagian lengan serta pergelangan tangan.
"Bayangkan jika Anda duduk dengan kaki disilangkan dalam jangka waktu lama, maka akan terasa kaku dan sakit apabila akan dikembalikan pada posisi normal. Itu juga yang terjadi di leher kita," ujar Rachael Lancaster, chiropractor dari Freedom Back Clinics di Leeds, seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (7/10/2011).
Jika seseorang terus menerus berada dalam kondisi seperti itu, maka tubuh secara bertahap akan beradaptasi dengan tekanan tersebut sehingga menyebabkan bertambah parahnya peradangan, yang mungkin tidak kita sadari keadaannya.
Rachael menambahkan, posisi kepala dan leher yang salah (terlalu menekuk) dalam jangka waktu cukup lama, dapat menyebabkan kelengkungan alami dari leher, sulit untuk dikembalikan pada posisi semula, sehingga berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Sementara itu, Tim Hutchful dari British Chiropractic Association menuturkan, anak-anak balita lebih berisiko mengalami gangguan karena berat kepalanya lebih besar dibanding tubuhnya. Ketika kepala ditundukkan ke depan maka semakin banyak otot yang dipakai.
Meskipun demikian, kondisi ini dapat dihindari apabila kita dapat mengambil jeda istirahat setiap 10 menit, dengan mengambil posisi duduk tegak lurus ke depan. Selain itu, ada baiknya saat memegang ponsel atau tablet, memiliki sudut kemiringain yang sedikit lebih tinggi sehingga posisi sejajar mata. Lakukan pula olahraga secara teratur serta tidak mengabaikan nyeri yang timbul.
From : Saw's House
Thursday, 6 October 2011
e-KTP
Hari Selasa kemarin (4/10/11), seluruh anggota keluarga saya memenuhi undangan pihak Kelurahan Pondok Kelapa, untuk mengikuti proses pendataan ulang administrasi kependudukan warga, terkait dengan pelaksanaan KTP elektronik (lebih populer dengan sebutan e-KTP) bagi seluruh warga negara Indonesia. Kami datang secara bergantian sambil membawa surat undangan yang telah kami terima 1 minggu sebelumnya.
Berdasarkan catatan yang ada, hingga pukul 21.00 WIB, warga yang ikut mengantri untuk di data hari Selasa kemarin, mencapai 248 orang. Proses pendataan itu sendiri bertempat di Lantai 2 Kantor Kelurahan Pondok Kelapa, dilaksanakan oleh 2 orang petugas operator komputer, 1 orang petugas penerima, dan 1 orang petugas pemanggil.
Para petugas itu, bukanlah pegawai Kelurahan, melainkan orang-orang yang sengaja di rekrut untuk menjadi petugas pelaksana di lapangan. Mereka mendapat tugas untuk mendata seluruh warga di 14 RW yang bermukim dan memiliki KTP warga Kelurahan Pondok Kelapa.
Mereka ramah serta bersikap simpatik kepada setiap warga yang datang. Padahal, jam kerja mereka cukup panjang (dimulai jam 09.00 pagi hingga jam 17.00, dilanjutkan kembali jam 18.30 hingga 21.00, atau hingga tidak ada lagi warga yang datang).
Sikap mereka ini berbanding terbalik dengan sikap petugas Kelurahan di loket pengurusan KTP, yang kerap kali menunjukkan sikap arogan serta kasar kepada warga yang ingin mengurus KTP (membuat baru, mengganti yang hilang, atau perpanjangan). Bisa dibilang, petugas di loket ini tidak melayani warga dengan baik.
Cara kerja petugas di loket pengurusan KTP ini (di Kelurahan Pondok Kelapa, ada di loket 3), sangat lambat serta tidak teratur. Berkas warga berserakan di mejanya. Tidak aneh kalau beberapa kali ada berkas warga yang hilang karena tercecer entah kemana.
Apabila dirinya sedang sibuk, petugas ini bahkan membiarkan warga mencari sendiri KTP yang sudah selesai (tinggal diambil atau yang belum ditandatangani Pak Lurah).
Pada saat ada masalah dengan alat yang digunakan untuk memproses pencetakan KTP (atau karena hal-hal lainnya), petugas ini bukannya meminta maaf, malah menyuruh warga untuk datang kembali pada sore harinya (biasanya, diminta datang lagi pada jam 3 sore).
Masalahnya, jika ternyata belum bisa diatasi juga hingga waktu yang dikatakannya, dengan teramat ringan petugas ini mengatakan agar warga datang kembali keesokkan harinya. Tentu saja, sikap dari petugas ini, sangat menyepelekan waktu warga yang datang ke Kelurahan untuk mengurus identitas kewargaannya.
Dalam sejumlah kesempatan, petugas ini bahkan menantang warga untuk melapor pada atasannya, apabila mengeluh karena KTP-nya belum juga selesai, walau sudah beberapa hari “menduduki” kursi tunggu yang ada di depan loket. Pokoknya, benar-benar tidak menunjukkan sikap seorang pegawai pemerintahan yang melayani masyarakat.
Padahal, pekerjaan mereka hanya menerima berkas yang dibawa warga. Jumlah warga yang datang untuk membuat KTP baru, mengganti KTP yang hilang atau perpanjangan, rata-rata tidak sampai 50 orang warga setiap hari. Bandingkan dengan tugas yang harus dijalani oleh petugas pendataan ulang untuk e-KTP itu. Jumlah warga yang dilayani antara 200 – 300 orang per-hari.
Ada lebih dari 11 ribu warga Kelurahan Pondok Kelapa yang harus mereka layani dalam jangka waktu tertentu. Bahkan mereka juga bekerja pada hari Sabtu dan Minggu, untuk melayani warga yang tidak bisa datang ke Kelurahan karena bekerja.
Mereka benar-benar bekerja keras untuk memenuhi target penyelesaian pendataan seluruh warga hingga batas waktu tertentu, seperti yang telah ditetapkan Departemen Dalam Negeri.
Banyaknya warga yang harus di data, membuat pelayanan pembuatan e-KTP berjalan agak lambat. Rata-rata 1 orang warga dilayani 5 – 10 menit. Kegiatan yang dilakukan, dimulai dengan menjawab sejumlah pertanyaan (golongan darah, pekerjaan sekarang, dll), pengambilan foto dan tanda tangan, serta pengambilan sidik jari dan identifikasi retina mata dengan menggunakan iris mata.
Proses pendataan yang dilakukan, memang ada kemiripan dengan proses identifikasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian apabila kita ingin membuat SKCK. Bedanya, dalam pembuatan SKCK, ada kolom isian tentang tinggi dan berat badan. Dalam pembuatan e-KTP ini, tinggi serta berat badan, tidak ada ditanyakan (termasuk dalam data yang dicatat).
Adanya proses identifikasi terhadap retina mata, cukup menarik perhatian saya. Buat saya, proses identifikasi atas retina mata untuk KTP, bukanlah sesuatu hal yang biasa selama ini.
Saat ditanya, apa sebenarnya tujuan dari proses identifikasi terhadap mata warga tersebut, petugas operator memberikan jawaban, kalau hal itu dilakukan untuk mengetahui, apakah warga memiliki penyakit katarak atau tidak.
Jawaban yang diberikan oleh petugas operator itu, sebenarnya cukup logis, tapi tidak memuaskan rasa ingin tahu saya. Sepertinya, itu bukanlah jawaban yang sesungguhnya. Akan tetapi saya memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut.
Hal lain yang menarik perhatian saya terkait pembuata e-KTP ini, adalah belum adanya waktu yang pasti, kapan e-KTP itu selesai dan diberikan kepada warga. Tidak adanya kepastian waktu tentang kapan dilakukan penukaran KTP lama dengan e-KTP, menunjukkan kalau program pembuatan e-KTP yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia, tidak dipersiapkan secara matang.
Beberapa orang pegawai Kelurahan yang saya tanya soal kapan waktu penukaran KTP lama dengan e-KTP, juga tidak mengetahui dengan pasti, kapan e-KTP dapat ditukarkan dengan KTP format lama.
Ternyata tidak hanya itu saja. Sejumlah pegawai Kelurahan Pondok Kelapa yang saya tanya juga tidak mengetahui, apakah nantinya, e-KTP akan berlaku “abadi” atau akan ada batasan masa berlaku. Mereka bilang, hingga kini belum mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengetahui hal itu.
Masih belum jelasnya konsep pelaksanaan dalam program pembuatan e-KTP ini, menimbulkan kesan kalau pemerintah memiliki tujuan tertentu lainnya, diluar 4 manfaat e-KTP seperti yang tercantum dalam lembar informasi tentang e-KTP yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
Adapun ke-4 manfaat e-KTP tersebut : untuk menghindari adanya KTP ganda, untuk mewujudkan adanya database kependudukan yang akurat, sebagai upaya meningkatkan keamanan negara, serta mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dari Lembaga atau Instansi Pemerintah maupun swasta (untuk pengurusan pasport, asuransi, dll.) karena bersifat nasional.
Nampaknya ada manfaat lain yang bisa disebutkan, namun belum diungkapkan secara terbuka oleh pemerintah kita. Contohnya, beberapa waktu yang lalu pernah ada diberitakan, kalau e-KTP nantinya akan dipakai sebagai basic data dalam menyusun DPT (Daftar Pemilih Tetap) pelaksanaan Pemilu 2014 mendatang. Kabarnya, pelaksanaan pemilu 2014 akan dilakukan secara elektronik (e-Pemilu).
Sikap pemerintah terkait program pembuatan e-KTP ini, tidak sepenuhnya transparan. Keadaan ini menimbulkan kesan “ada batu dibalik udang” dalam pelaksanaannya. Kesan itu semakin mengemuka karena pemerintah mendahulukan proyek ini agar cepat selesai, seperti sedang mengejar satu target pencapaian tertentu untuk keperluan tertentu pula.
Menurut Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Reydonniyzar Moenek, proses pendataan seluruh warga harus bisa diselesaikan pada bulan Desember 2011 ini, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Sampai dengan tanggal 1 Oktober 2011 lalu, jumlah warga DKI Jakarta yang di data baru sebanyak 667.036 orang. Padahal jumlah warga yang harus di data lebih 7 juta orang warga. Bahkan sebagian besar warga di daerah Bantul dan di 8 kabupaten / kota di Sumatera Selatan, belum ada warga yang di data karena belum berfungsinya peralatan.
Bisa dibilang, perlakuan atas pelaksanaan program pembuatan e-KTP secara serentak, amat berbeda dengan pelaksanaan mega proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik yang akan menghasilkan 10.000 VA daya listrik, namun hingga kini, tidak ada kabar sudah sampai mana penyelesaiannya.
Program pembuatan e-KTP ini sendiri, merupakan salah satu mega proyek yang dikerjakan sepanjang masa pemerintahan Presiden SBY. Sebuah proyek ambisius karena program ini menghabiskan dana sebesar Rp. 5,8 trilyun. Kenyataan menunjukkan, sejumlah peralatan yang dipinjamkan di beberapa kelurahan di wilayah DKI Jakarta, telah rusak, padahal baru diserahkan bulan September 2011 lalu.
Semenjak awal program ini dicetuskan untuk dilaksanakan, sudah banyak pihak yang menduga kalau program ini akan menghadapi banyak kendala. Jika hingga hari ini masih banyak wilayah kabupaten / kota yang belum melakukan pendataan karena peralatan belum tiba, belum terinstal, atau karena peralatan mengalami kerusakan, bagaimana bisa selesai pada bulan Desember 2011 mendatang?
Apabila melihat kembali manfaatnya, selain masyarakat akan memperoleh sejumlah kemudahan, pemerintah juga akan memiliki informasi yang lebih akurat atas data kependudukan, dimana akurasi data kependudukan, akan banyak membantu pemerintah dalam menyusun program pembangunan yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.
Kiranya pelaksanaan proses pendataan warga dalam program pembuatan e-KTP ini dapat dipertanggungjawabkan pemerintah, yaitu dipakai untuk tujuan yang benar, dan tidak dimanfaatkan untuk mempertahankan kursi kekuasaan.
.Sarlen Julfree Manurung
Wednesday, 5 October 2011
Memecahkan Masalah
Intisari dari pemecahan masalah yang sedang kita hadapi, ada pada diri kita sendiri. Orang lain hanyalah membantu...
--> ini merupakan gaya berpikir yang salah, jika kita selalu membangun paradigma pemikiran seperti itu. Biarkan orang lain membuatnya menjadi sulit, tapi kita, dengan akal dan kecerdasan otak kita, harus mengembalikannya ke jalan pemecahan masalah yang mudah untuk dilalui.
--> dalam kekritisan kita dalam berpikir, tetaplah berpikir positif, biar kita dapat memilah-milah, mana yang baik, yang benar, dan bermanfaat untuk kita, dan mana yang tidak, secara jernih.
Berpikirlah secara cerdas. Buang ego jauh-jauh. Berlakulah bijaksana... sebab masalah ada untuk diselesaikan, bukan untuk dinikmati karena bisa mengintimidasi diri sendiri.
Berdoalah kepada Tuhan jika sedang menghadapi masalah. Jadikan Tuhan sebagai sumber inspirasi kita dalam memecahan masalah yang sedang kita hadapi, sebab bagi Tuhan, tidak ada sesuatu pun yang mustahil.
.Sarlen Julfree Manurung
Monday, 3 October 2011
Arti Kata Mengalah Dalam Relationship
Cinta adalah kekuatan hati yang menyatukan... Oleh karena cinta, hubungan yang retak (karena suatu permasalahan) diantara pasangan yang saling mencintai, dapat diperdamaikan kembali, dengan atau tanpa mengucapkan kata... maaf.
"Atas nama rasa, aku memilih untuk mengalah..."
Ada pepatah mengatakan : mengalah untuk menang. Dalam perdamaian yang terjadi pada pasangan yang mengalami keretakkan hubungan, kata "menang" disini diartikan sebagai : membaiknya kembali hubungan yang selama ini dibina. Cinta membuat kita memilih jalan yang terbaik dengan mengalah...
Namun, kemenangan itu tidak terjadi dalam makna yang utuh, apabila dasar pemikiran yang dijadikan bahan pertimbangan untuk mengalah itu, hanya diwakili oleh kata : " BUTUH "...
--> Knapa butuh? karena takut kehilangan.
--> Landasan pemikiran yang diangkat : dengan mengatasnamakan CINTA / kebaikkan.
Padahal yang seharusnya terjadi, tindakan mengalah diikuti dengan upaya korektif melalui dialog untuk menemui kata temu... SALING MENGERTI.
--> mengerti kalau permasalahan itu ada karena salah paham.
--> mengerti kalau pertengkaran itu terjadi karena terlalu cepat terbawa emosi atau karena terlalu terbawa perasaan cemburu buta.
--> mengerti kalau sesuatu yang sepele itu, tidak perlu dibesar-besarkan.
--> mengerti, kalau gue egois, kita gak akan berhenti berantem.
Pangkal permasalahan sering kali dibiarkan mengambang (beberapa diantaranya bahkan tanpa ada kata penyelesaian sama sekali), sehingga permasalahan yang sama, terkadang muncul kembali, dengan pola atau topik permasalahan yang identik sama atau hampir sama.
Kalau memang butuh, kenapa pertengkaran dengan penyebab yang hampir sama, dapat terulang kembali?
Merasa butuh karena cinta, seharusnya diikuti kata mengerti, sebab didalam cinta, ada pengertian. Oleh karena CINTA, kita BUTUH (menghargai, menghormati, mendengarkan, memperhatikan, menjaga, mengerti, menyadari). Bukan karena BUTUH makanya kita menghadirkan CINTA.
Jangan pernah kehilangan cinta hanya karena kita tidak ingin menghargai, tidak ingin menghormati, tidak ingin mendengarkan, tidak ingin memperhatikan, tidak ingin menjaga, tidak ingin mengerti, dan tidak ingin menyadari. Bahwa pertengkaran hanya akan membuat hati kita gundah, itu bener bangettt...
Cinta adalah perasaan. Mengerti adalah logika. Dalam cinta, menyertakan pula logika. Dalam logika, hadirkan pula sejuta cinta didalamnya.
Yuukkkk... hadirkan harmoni dalam hubungan dengan kekasih hati.
.Sarlen J. Manurung
===
Note :
Siapakah pihak yang biasanya mendahului untuk memilih mengalah?
Ada kecenderungan, pilihan untuk mengalah diambil oleh pihak yang terlebih dahulu mencintai (orang yang menyatakan perasaannya) pada saat hubungan itu baru tercipta dan dibina. Hanya sebagian kecil saja pihak yang dicintai, memilih untuk mengalah sebagai jalan perdamaian. Kenapa begitu? Karena adanya perasaan takut kehilangan tadi.
Saturday, 1 October 2011
Doa Permohonan Yang Dijawab dan Tak Dijawab TUHAN
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu : Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Lukas 11 : 9 – 10)
Semua anak-anak Tuhan di muka bumi ini, pasti sudah sangat familiar dengan isi kedua ayat Firman Tuhan diatas. Para Pendeta, Pastor, maupun Gembala Sidang Gereja, sering kali menggunakannya sebagai ayat penuntun atau bahan renungan saat menyampaikan khotbah.
Walau cukup panjang, anak-anak Tuhan juga dapat mengingat atau menghafal isi kedua ayat Firman Tuhan ini dengan mudah dan cepat, karena konsep pemikirannya amat sederhana (mewakili situasi serta kondisi yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari).
Oleh sebab itulah, makna hakiki yang dinyatakan dalam kedua ayat Firman Tuhan ini, dapat dengan mudah dicerna dan dimengerti, bahkan oleh logika pemikiran manusia paling sederhana sekalipun.
Tidaklah salah kiranya kalau kemudian, ada banyak anak-anak Tuhan yang menetapkan ayat Firman Tuhan ini, sebagai salah satu ayat favorite mereka.
I. Agar Tetap Berharap Tuhan Menjawab Doa
Pada dasarnya, ruang lingkup pemikiran Firman Tuhan yang terdapat dalam kitab Lukas 11 : 9 – 10 tersebut diatas, memiliki daya tarik tersendiri. Apabila kita cermati lebih jauh, didalamnya akan kita jumpai : sebentuk ungkapan kasih Tuhan, yang dinyatakan untuk dapat meneguhkan kembali, iman percaya yang sempat mengendur, dari orang-orang yang sedang mengalami keriuhan suasana hati.
Daya tarik terbesar lainnya, terletak pada kuatnya pengharapan yang ditaruhkan. Kedua ayat Firman Tuhan tersebut, mendorong anak-anak Tuhan agar tidak cepat putus asa dan patah semangat, saat belum menemukan adanya kejelasan terhadap hal-hal yang ingin segera diperoleh atau didapatkan.
Melalui FirmanNya ini, Tuhan menghendaki kita menjadi pribadi-pribadi yang sabar dalam bertekun, pribadi-pribadi yang tetap optimis dan menjaga sikap percaya, tidak terburu-buru negative thinking, tidak mudah ragu, serta mudah goyah dan menjadi pribadi yang pesimistik.
Aaahhhh.. Tuhan memang tidak menghendaki kita untuk mudah galau atau larut dalam kegalauan. Menanti memang pekerjaan yang membosankan. Namun Tuhan menghendaki, setiap anak-anakNya tidak menggalau kalau belum mendapatkan yang diinginkannya. Why? Karena ketika hati ini mulai galau, anak-anak Tuhan mudah tergoda untuk berbuat dosa.
Siapa sih orang yang gak galau kalau terlalu berlama-lama menantikan sesuatu, tanpa (sepertinya) pernah ada satu kepastian? As we know, menunggu merupakan pekerjaan yang bisa menggalau-kan suasana hati dengan cepat.
Penantian yang terlalu lama, membuat mereka menghadirkan suatu anggapan, kalau Tuhan terlalu tega membuat anak-anakNya menunggu dalam “ketidakpastian”, hingga akhirnya banyak yang tidak lagi sabar menanti, adanya jawaban doa dari Tuhan. Keinginan untuk terus-menerus “menagih janji” Tuhan dengan penuh pengharapan, perlahan-lahan mulai mengendur.
Terkait dengan besar dan kuatnya keinginan anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan jawaban atas doa permohonan yang mereka nyatakan kepada Tuhan, rasa galau mengemuka, karena mereka juga mengingat, akan adanya janji Tuhan yang mengatakan : Tuhan pasti memberikan jawaban terhadap doa permohonan mereka.
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21 : 22)
Perhatikan baik-baik bagian dari ayat Firman Tuhan didalam Matius 21 : 22. Disana ada disebutkan : “dengan penuh kepercayaan”. Kalimat dengan penuh kepercayaan tersebut berarti : selayaknya kita berdoa dengan penuh keyakinan (dan dilandasi oleh iman percaya) kalau Tuhan pasti merealisasikan adanya jawaban atas doa permohonan kita kepadaNya.
Kalimat “dengan penuh kepercayaan” diatas, memiliki satu energi yang teramat kuat, yaitu adanya keyakinan yang teguh, bahwa Tuhan akan menunjukkan kuasa kasihNya, apabila kita memintanya di dalam iman penuh percaya, serta menyerahkan segala sesuatunya (bentuk dari jawaban doa Tuhan, termasuk : kapan) ke dalam urapan tangan pengasihan Tuhan.
Jika dikaitkan dengan isi Firman Tuhan yang tertulis dalam kitab Lukas 11 : 9 – 10 diatas, kita tidak pernah mengendurkan semangat dan keyakinan hati kita untuk terus menantikan jawaban doa dari Tuhan, dengan tetap keukeuh meminta kepada Tuhan, dan tetap sabar menanti hingga Tuhan kelak merealisasikan suatu jawaban atas doa permohonan kita.
Apabila dirasakan perlu, kita justru menambah intensitas waktu kita dalam berdoa. Langkah ini perlu dilakukan, agar kita tidak menjadi bimbang, atau bahkan tidak lagi percaya.
Dengan kata lain, apabila kita semakin meneguhkan iman percaya kita dari hari ke hari, maka kita akan melihat serta merasakan, saat Tuhan merealisasikan janjiNya, menjawab doa permohonan kita. Oleh karena itu, jangan sekali-kali pun kita ragu, kalau Tuhan akan menjawab doa permohonan kita.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikan. (Roma 4 : 20 – 21)
Contoh dari sikap orang yang menjaga kepercayaan hati kalau Tuhan akan memberikan jawaban atas doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya, dapat kita temui pada kisah seorang perempuan kafir dari Kanaan, dalam Matius 15 : 21 - 28, serta kisah tentang kesembuhan pelayan seorang perwira Roma yang menemui Yesus di Kapernaum dalam Matius 8 : 5 – 13.
Kalau setiap hari Minggu hati dan mulut kita menyatakan percaya bahwa Tuhan adalah “Pribadi yang Empunya kuasa” (yaitu saat mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli), kenapa kemudian menjadi ragu, bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita karena lama direalisasikan?
Janganlah mulut kita memuji dan memuliakan nama Tuhan, namun hati kita tidak meyakini segenap kuasa Tuhan, termasuk diantaranya, berkuasa untuk menjawab doa permohonan kita.
Sampai disini, kita sudah mendapatkan 2 point penting : meminta tanpa ada putus-putusnya, serta meminta dengan penuh rasa percaya kalau doa permohonan kita akan dijawab Tuhan.
II. Ketika Doa Kita Lambat atau Tidak Dijawab Tuhan
Pada dasarnya, setiap orang memiliki satu atau sejumlah keinginan. Adapun sifat dari keinginan hati tersebut : dibutuhkan atau hanya sebatas ingin menyenangkan hati belaka. Apapun sifatnya, semua orang memiliki harapan yang sama : tidak ingin Tuhan lambat atau tidak menjawab doanya.
Namun, terkadang Tuhan mempunyai kehendak yang berbeda dengan keinginan hati manusia yang menyampaikan doa permohonan kepadaNya. Beberapa doa permohonan itu, ada yang tidak segera dijawab Tuhan, bahkan ada yang sama sekali tidak Tuhan realisasikan.
Apakah penyebabnya, sehingga Tuhan tidak segera memberikan jawaban, atau bahkan sama sekali tidak memberikan jawaban atas sejumlah doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya? Bukankah Tuhan telah berjanji akan mengabulkan setiap doa permohonan?
Masih Melakukan Yang Salah
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. (Yesaya 59 : 1 – 2)
Firman Tuhan dalam Yesaya 59 : 1 – 2 dengan jelas menyatakan, penyebab doa kita lambat dijawab atau bahkan sama sekali tidak dijawab oleh Tuhan, karena kita masih melakukan dosa (atau berbuat kesalahan yang sama).
Misalnya : kita memohon kepada Tuhan agar diberikan penghasilan yang dapat mencukupi segenap kebutuhan hidup kita, akan tetapi kita sendiri masih suka berjudi, masih menjalani gaya hidup boros, atau masih suka menggelapkan uang yang dipercayakan pada kita, dll.
Jangan kita bertekun untuk meminta sesuatu pada Tuhan, akan tetapi kita masih mempertontonkan suatu sikap atau perilaku yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Oleh sebab itu, selayaknya pula kita mengintrospeksi diri kita sendiri, memperbaiki hal-hal yang dapat menghambat adanya realisasi janji Tuhan untuk menjawab doa permohonan yang kita sampaikan kepadaNya.
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5 : 23 – 24)
Upaya kita dalam mengkoreksi sikap dan perilaku yang dirasakan masih belum berkenan dihadapan Tuhan, merupakan sikap aktif kita untuk mengenal dan mengetahui, apa saja yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, supaya Tuhan berkenan untuk menjawab doa permohonan kita.
Dalam hal ini, menghadirkan suatu perbuatan, pola sikap, serta perkataan yang benar, merupakan sebentuk inisiatif diri yang mengemuka oleh karena besarnya hasrat, keinginan dan harapan, kiranya Tuhan memperhatikan serta mempertimbangkan untuk segera mengabulkan doa permohonan kita.
Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (Roma 8 : 27)
Jadi, segenap harapan dan fokus perhatian kita, tidak hanya bertumpu pada besarnya keinginan agar Tuhan segera menjawab doa kita semata, akan tetapi diikuti pula dengan menghadirkan suatu sikap yang sesuai dengan kehendak Tuhan, agar doa kita dapat dikabulkan.
Kesalahan Dalam Motivasi dan Motif
Dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. (Yohanes 2 : 25)
Ada banyak orang yang secara khusus meluangkan waktunya, untuk memanjatkan doa permohonan kepada Tuhan. Hal ini mereka lakukan karena mereka meyakini, apabila mereka menyampaikannya secara khusus (apalagi dilakukan secara terus-menerus), doa mereka akan dikabulkan Tuhan. Salah satu bentuk permohonan khusus itu adalah : minta diberikan jodoh.
Doa meminta jodoh, merupakan bagian dari cerita kehidupan yang bisa kita jumpai dalam kehidupan orang-orang yang usianya sudah cukup dewasa untuk menikah. Keinginan untuk mendapatkan jodoh dan segera menikah, seakan baru muncul, karena selama ini mereka sedang semangat-semangatnya mengejar karir dengan gaji besar.
Lalu, apa yang salah sehingga muncul satu kesan, kalau Tuhan sepertinya lamban menjawab doa dari orang-orang dewasa muda yang meminta jodoh itu? Bukankah menikah memiliki tujuan yang mulia? Bukankah menikah sama artinya kita menjalankan perintah Tuhan agar manusia beranak-cucu?
Sebagian besar kesalahan, terletak pada motivasi dan motifnya. Pertama, mereka berdoa meminta jodoh oleh karena orang lain : karena teman atau orang-orang terdekatnya sudah menikah, karena desakan orang tua, atau karena tidak ingin menjadi bahan pembicaraan orang lain.
Ada kecenderungan, orang-orang muda yang berdoa meminta jodoh pada Tuhan, lebih didasari oleh karena munculnya satu keinginan untuk bisa sama seperti yang lain, atau untuk bisa menyenangkan hati orang lain. Beberapa orang lainnya bahkan berdoa minta jodoh karena tak ingin, status mereka yang belum menikah, menjadi hambatan atas kemajuan karir atau usahanya.
Jadi, doa meminta jodoh kepada Tuhan dinyatakan karena sekedar menginginkannya, bukan karena mereka sendiri merasa benar-benar membutuhkannya. Padahal, prinsip dan hakekat yang benar itu, lebih ditekankan pada : karena kita membutuhkannya, bukan karena sekedar kita menginginkannya. Tentu saja, ini adalah sebuah motivasi serta motif yang salah.
Ingin saja tapi tidak merasa butuh, maka akan sia-sia atau tidak membawa manfaat dalam hidupnya. Beda halnya kalau butuh lalu menginginkannya. Sesuatu yang dibutuhkan, pasti diperlukan. Sesuatu yang diperlukan, sudah pasti akan bermanfaat atau membawa kemajuan hidup.
Kedua, motivasi yang salah juga ditunjukkan anak-anak Tuhan dengan : “mencoba mendikte Tuhan”, dengan berupaya menentukan, bagaimana atau seperti apa jawaban yang harus Tuhan berikan atas doa permohonan yang dinyatakan padaNya. Tentu saja, that is a wrong way.
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.” (I Yohanes 5 : 14 – 15)
Otoritas dalam menjawab doa, sepenuhnya merupakan hak Tuhan. Berharap Tuhan menjawab doa kita agar sesuai dengan beragam kriteria seperti yang kita inginkan, boleh-boleh saja. Namun, jangan pernah membatasi rupa jawaban Tuhan atas doa kita dengan kata : “Harus seperti ini, harus seperti itu, ya, Tuhan,” dengan berbagai alasan yang “dianggap” logis.
Apabila kita berdoa untuk memohon sesuatu pada Tuhan, serahkan segala sesuatunya pada Tuhan, dengan merepresentasikan sebuah pernyataan pada bagian akhir doa kita : “Biarlah kehendak dan rencanaMu saja yang terjadi”.
Kita yang seharusnya menyamakan persepsi dengan kehendak Tuhan, bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, apabila kita merasa Tuhan “agak lama” menjawab doa kita, ada baiknya kalau kita me-review lagi isi doa permohonan kita, mengkoreksi hal-hal yang dirasakan masih belum benar dinyatakan.
Tuhan Ingin Memberikan Yang Terbaik
Terkadang, jawaban Tuhan tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Dalam hal ini, Tuhan ingin supaya kita mengerti, arah dari hakekat jawaban Tuhan atas doa kita di kemudian hari, yaitu sebagai sebuah rancangan kehidupan yang terbaik bagi kita, sebab Tuhan tidak ingin mencelakakan anak-anakNya.
Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNya : betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukannya bagi orang-orang kudus. (Efesus 1 : 18)
Dalam tulisan artikelnya yang berjudul BODY LOTION, Samuel Mulia – Pengasuh kolom PARODI di koran KOMPAS (dimuat pada tanggal 25 September 2011) – mengatakan, Tuhan tidak selalu berkata “YA” untuk jawaban doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya.
Realisasi dari jawaban doa yang Tuhan nyatakan kepada kita, juga bisa “TIDAK”, karena Tuhan ingin kita menerima dan menjalani suatu proses pembelajaran hidup yang sejalan serta seturut kehendak Tuhan, sehingga kita bisa “naik kelas” dan hidup kita menjadi lebih lengkap.
Jawaban yang Tuhan berikan, mungkin tidak seturut hati kita : membuat kita kehilangan kesempatan yang sudah ada di depan mata, membuat kita kehilangan banyak teman, membuat kita menangis, atau membuat kita tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang selama ini kita miliki.
Namun, adanya “pengalaman baru” tersebut (keadaan yang tercipta karena Tuhan tidak meluluskan doa kita –> menjalankan rencanaNya sendiri), akan membuat pribadi serta jalan hidup kita menjadi more better, karena kita akan menjadi lebih peka mendengar suara Tuhan.
Pada awal mulanya, mungkin terasa pahit. Namun, apabila kita mau memandang keadaan yang kita alami secara lebih bijaksana (dengan membebaskan alur pikiran kita dari sikap serta perilaku egois), kelak kita akan tahu, segenap rencana Tuhan atas jalan hidup kita itu, membawa banyak kebaikkan, dan bukan untuk mencelakakan.
Tuhan Ingin Menguji Kesungguhan Hati
Sebagian besar anak-anak Tuhan, memang lebih sigap untuk menyampaikan permintaan, akan tetapi tidak tanggap untuk memperhatikan, apa-apa saja yang seharusnya mereka tunjukkan atau perbuat supaya Tuhan menjawab doanya.
Ada banyak anak-anak Tuhan yang inginnya diperhatikan dan didengarkan, akan tetapi enggan atau tidak mau memperhatikan serta mendengarkan. Bisa dibilang, sikap ini membuat anak-anak Tuhan, lambat membaca isyarat Tuhan apabila kita ingin doa permohonan kita dikabulkanNya.
Keseriusan anak-anak Tuhan dalam menyampaikan doa permohonan, memang ikut menjadi pokok perhatian Tuhan, sebab ada banyak anak-anak Tuhan yang menyampaikan doa permohonan karena memang membutuhkannya, akan tetapi tidak tampak ada keseriusan agar dapat cepat terwujud.
Contoh : kita berdoa kepada Tuhan agar diberikan pekerjaan karena sudah lama menganggur. Akan tetapi, bagaimana pekerjaan bisa kita dapatkan apabila kita sendiri tidak pernah mengirimkan surat lamaran, tidak mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan yang mengadakan walk in interview?
Bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan uang apabila malas bekerja atau malas berusaha? Bagaimana kita bisa mendapat pacar (calon pasangan hidup) kalau kita sendiri tidak berusaha untuk mencarinya, atau kita tidak membuka hati untuk kehadiran seseorang yang kita kasihi? Bagaimana kita bisa naik kelas kalau belajar saja kita ogah-ogahan dan malas membuat PR?
Doa kita tidak akan dijawab Tuhan apabila kita sendiri tidak menghadirkan sikap yang menunjukkan kalau kita memang mempunyai hasrat agar doa kita terwujud. Firman Tuhan mengatakan :
Demikian jugalah Iman tanpa perbuatan adalah mati. (Yakobus 2 : 26)
Jadi, kalau pun kita mengimani dengan sungguh-sungguh isi doa kita akan dijawab oleh Tuhan sama seperti yang kita kehendaki, akan tetapi kita sendiri tidak melakukan sesuatu agar keinginan kita itu bisa terwujud, maka itu sama aja bohong.
sedangkan pada sisi yang lain, apabila kekuatan iman tidak dipakai untuk memperteguh keyakinan dan membesarkan harapan, maka doa yang disampaikan kepada Tuhan, tidak dilandasi oleh adanya sikap percaya, kalau Tuhan akan menjawab doa kita.
Firman Tuhan berkata : Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. (Yakobus 1 : 6)
Belum Meminta Dengan Sungguh-Sungguh
Dalam banyak kesempatan, pada saat kita berdoa untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan, sesungguhnya kita hanya berkeluh-kesah saja, tanpa ada satu kejelasan penyampaian permohonan, hal-hal apa saja yang ingin segera mendapatkan jawaban dari Tuhan.
Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. (Yohanes 16:23b–24)
Begitu hebatnya keluh-kesah yang kita disampaikan kepada Tuhan saat berdoa, sehingga kita sendiri lupa untuk menyampaikan permintaan kepada Tuhan. Kebesaran nama Tuhan memang nyata dalam salah satu ciri Pribadi Tuhan, sebagai Pribadi Yang Maha Tahu. Namun Tuhan juga ingin tahu dengan jelas serta benar, apa keinginan umatNya dalam doa.
III. Jika Ingin Doa Kita Dijawab Tuhan
Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. (Efesus 3 : 20)
Tuhan punya banyak cara untuk merealisasikan jawaban doa yang kita sampaikan. Cara-cara Tuhan dalam menjawab doa kita, terkadang diawali dengan melihat keseriusan hati kita : apakah memang ada kesungguhan didalamnya, apakah dinyatakan dengan iman percaya, dan apakah kita akan tetap bertekun menantikan Tuhan merealisasikan jawaban doa permohonan kita.
Lalu, bagaimanakah agar permohonan yang kita sampaikan melalui doa, bisa segera mendapatkan jawaban dari Tuhan?
Pertama, pada saat kita berdoa kepada Tuhan, janganlah mendoakan bagaimana permasalahan yang sedang kita hadapi, akan tetapi berdoalah dengan penuh iman percaya, tentang segala sesuatu yang kita butuhkan, dan bukan berdasarkan apa yang kita inginkan.
Kedua, meyakini, bahwa segenap permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan, bukanlah sesuatu hal yang mustahil, karena memang, bagi Tuhan tidak ada satu pun yang tidak mungkin.
Ketiga, nyatakan pula, bagaimana janji-janji Tuhan kepada manusia akan digenapi, ketika kita datang menghampiri tahtaNya, saat kita berdoa.
Saat kita memvisualisasikan (segenap janji-janji, sifat, kuasa, dan kebaikkan Tuhan) didalam doa kita, iman serta keyakinan kita akan semakin kokoh. Demikian pula dengan rasa percaya kita, akan terus bertumbuh dengan sendirinya, sehingga kita tidak akan bimbang dan ragu lagi, akan besarnya kuat kuasa Tuhan dalam menjawab doa permohonan kita.
Keempat, tetapkan prioritas utama dalam doa permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan. Cara kita menetapkan prioritas, sangat tergantung pada seberapa besar waktu yang kita sediakan dalam berkomunikasi dengan Tuhan, untuk dapat memahami, bagaimana kehendak dan keinginan Tuhan, agar dapat merealisasikan adanya jawaban dari doa permohonan yang kita panjatkan.
Upaya menghadirkan waktu untuk aktif berkomunikasi dengan Tuhan, membuat kita dapat lebih jauh mengetahui, mengenal, dan juga melihat, dimensi terbesar serta lebih luas dalam segenap rencana, rancangan visi, dan juga penjelmaan kasih Tuhan kepada kita.
Pada dasarnya, doa merupakan sumber kekayaan serta kekuatan manusia, karena melalui doa, kita akan mengetahui bagaimana kehendak Allah terhadap kehidupan kita, dan itu semua akan langsung diungkapkan kepada kita.
Satu hal yang perlu kita ingat : Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6 : 33)
Satu hal yang perlu kita ingat : Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Kiranya tulisan ini membawa banyak manfaat. GBU ALL.
.Sarlen Julfree Manurung