Thursday, 5 September 2013

Suara Rakyat dan Surat Buat Wakil Rakyat

ini hanyalah fiksi sketsa harapan sebagian penghuni yang mendiami negeri NKRI ini, kepadamu wahai yang punya jabatan dan menjadi pemimpin daerah dan negeri kami. keinginan kami sebagai rakyat hanya ingin memiliki pemimpin yang benar-benar bekerja untuk kesejahteraan rakyat, benar benar BERJUANG, maaf bukan berjuang dalam tanda kutip "BERJUANG : BERas, baJu dan uANG"* yg bertujuan mndapatkan itu lho.* istilah mengutip plesetan dari sebagian tausiyah Habib Umar Al Muthohar semarang. diantara kami rakyat ini ada yang yang berprofesi petani, pekebun,petambak, pelaut dsb, kami ini semua butuh dan mengimpikan kesejahteraan yang berupa stabil dan terjangkaunya harga bibit,pupuk, peralatan perlengkapanya. juga kalau memungkinkan hasil panen kami itu bisa dibeli dengan harga sepantasnya saja ya sepantas jerih payah, keluh, bercucuranya keringat beliau-beliau yang tak terbayar dg sewajarnya keringat yang bercucuran itu. hasil panen terkebiri oleh barang impor, sehingga pun jadi susah mau dijual kemana jika panen tiba, lakupun hanya murah . trus lagi ada yang berprofesi buruh pabrik, kuli bangunan, pelayan kantoran dan pekerja-pekerja yang ikut atasan/bernaung pada instansi-instansi lainnya. mengimpikan ingin kesejahteraan berupa ketidaksewenang-wenangan Kaum Elit terhadap pekerjaan Kaum Alit. ada lagi juga yang jd TKI, Imigran atau perantau di negeri seberang, mereka inginkan kesejahteraan yang berupa kemudahan utk mengurus legalitas haknya sbagai warga negara dan konsistensi pihak terkait dalam menaunginya, sbb banyak diantara nya ada yang diperbudak oleh segelintir oknum yg tdk bertanggungjawab. dan mereka sekedar dibantu dalam rangka peningkatan dan pengembangan hasil usahanya, agar kelak bisa dinikmati sewajarnya oleh keluarga dirumah serta untuk investasi jangka panjang ketika kelak kembali ke tanah kelahirannya lagi. kemudian ada lagi yang berprofesi para pendidik, pengajar, para tenaga akademisi sejati dan sebagainya, beliau-beliau hanya dan hanya mendambakan sedikit saja, hanya sedikit perhatian atau diperhatikan perjuanganya dalam rangka membangun karakter SDM bangsa, hanya beberapa fasilitas penunjang yang wajar dan memang sewajarnya,juga dengan cara yang sewajarnya pula, demi keberlangsungan prosese belajar dan mengajar yang efektif, efisien, kompeten, kaffah, dan lain sebagainya. usaha-usaha beliau yang sejati itu untuk membentuk karakter mengerti, bukan untuk memandaikan, "wong pinter belum tentu ngerti, nek wong ngerti iku lumrahe wis pinter. sebab nek wong ngerti iku ngerteni uwong, tapi nek wong pinter iku kadang minteri uwong." Artinya kalau orang mengerti itu punya empati atau prihatin terhadap nasib orang lain. namun banyak sekarang orang pandai tapi malah mempolitisasi, membujuk, menipu dsb. ini pesan bahasa dari teman yang pernah belajar disebuah pesantren Ada juga pesan hikmah dari syaikhina KH. Abdullah Faqih Langitan “ojo rumongso iso, tapi, iso’o rumongso,” jangan menjadi orang yang sok tahu dan bisa tapi jadilah orang yang instrospeksi diri. beliau-beliau inilah para pejuang saat ini, pejuang yang tak bersenjatakan pedang, senapan,panah, mortil, tank, ataupun BOM, dan sejenisnya namun dengan kertas, kitab, buku, papan tulis,pena kalau sekarang ada yang menggunakan komputer, laptop dan sejenisnya. Terus selain itu masih ada lagi beberapa ormas dinegeri ini , semua pihak yang bersinggungan dengan itu menginginkan perlindungan akan legalitas yang sah dan tidaknya berdiri di negeri ini, dan kebijaksanaan pimpinan terutama mengenai toleransi yang bijak antar sesama ormas, baik yang bernanung di bidang keagamaan, sosial, dan selainya, mereka hanya butuh keadilan yang berasaskan Kemanusiaan yang adil dan beradab serta telah dijamin oleh UUD 1945 dengan pengaplikasian yang sesunguh-sungguhnya, agar tercipta keselarasan. Dan kehidupan berbangsa yang guyub rukun tidak saling memukul tapi malah merangkul, kalu mau mengajak orang untuk melakukaan kebaikan itu bukan dengan memukul tapi merangkul, istilahnya KH. Ali Masyhuri Tulangan Sidoarjo. sebab pada dasarnya semua itu tuntunan bukan tontonan. ya mungkin itu, itu lah beberapa suara rakyat, namun masih ada suara-suara lagi, harapan-harapan, keinginan lagi yang lainnya di luar sana yang tak mampu kami tuliskan semua. wahai anda pemegang kekuasaan negeri, wilayah, dan daerah ini. wahai anda para wakil rakyat, "untukmu yang bisa duduk sambil diskusi, untuk mu yang biasa bersafari, disana, di gedung DPR, wakil rakyat kumpulan orang hebat, bukan kumpulan teman-teman dekat, apalagi sanak famili. dihati dan lidahmu kami berharap, suara kami tolong dengar, lalu sampaikan, jangan ragu, jangan takut karang menghadang. bicaralah yang lantang jangan hanya diam, di kantong safarimu kami titipkan masa depan kami, dan negeri ini, dari sabang sampai merauke. saudara dipilih bukan di lotre, meski kami tak kenal siapa saudara, kami tak sudi memilih para juara, juara diam, juara he`eh juara ha ha ha... , Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangaan tidur waktu sidang soal rakyat, wakil rakyat bukan paduan suara, haanya tahu nyanyian lagu sekarang. cuplikan lagu Bung Iwan Fals. ini bisa berupa buah tangisan,jeritan, keluhan, kritikan,sketsa harapan, yang hanya bisa mengharapkan, diharapkan, terharapkan, lagi hanya dlm secuil tulisan yang tertuliskan . selanjutnya juga kami pribadi sebagi penulis ya hanya bisa berharaap pula.. dan kami juga mohon maaf bila ada pernyaataan yang kurang pas atau tak layak untuk ditulis, dan sebagainya. ada nasihat jawa yang mengatakan : Marsudi Patitis Ing Tindak,Pusakane Titis Ing Hening : Segala perbuatan dan tingkah laku kita akan ketahuan dan terasa benar/ 
salah di saat kita dlm keheningan/ Muhasabah.

No comments:

Post a Comment