Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Widjajono Partowidagdo, meninggal dunia pada hari Sabtu (21/04/2012), saat melakukan pendakian Gunung Tambora - Nusa Tenggara Barat, bersama Tim Vulkanologi Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Famele Trakkers For Lupus.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan Kepala Vulkanologi Kementerian ESDM Surono, Widjajono kelelahan saat melakukan pendakian salah satu gunung berapi aktif purba yang memiliki "masa tidur" bilangan milenium itu.
Kondisi kesehatan Wamen Widjajono mulai kritis karena sesak nafas, pada saat tim pendaki sudah mencapai Pos 3 yang berada di ketinggian 2.800 meter, dekat dengan kawah Gunung Tambora. Upaya evakuasi segera dilakukan oleh anggota tim melalui jalur darat. Namun pada saat mencapai Pos 2, Wamen Widjajono telah menghembuskan nafas terakhir.
Jenazah almarhum dibawa ke Jakarta melalui Bandara Internasional Ngurah Rai Bali menggunakan pesawat Hercules menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Sekitar jam 22.30 tadi malam (21/04/2012), jenazah almarhum telah tiba di kediaman pribadi Beliau di Jln. Ciragil II No. 28 Kebayoran Baru - Jakarta Selatan, untuk disemayamkan. Menurut rencana, jenazah almarhum akan dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills, Kerawang - Jawa Barat, siang ini (22/04/2012).
Sosok Wamen ESDM Widjajono Partowidagdo cukup dikenal masyarakat. Beliau merupakan salah satu pejabat negara yang paling banyak tampil untuk memberikan keterangan kepada media massa, saat pemerintah berencana menaikkan harga BBM pada tanggal 1 April 2012 lalu. Beliau bahkan sempat hadir pada rapat paripurna DPR RI terkait penentuan sikap DPR atas rencana pemerintah tersebut.
Penampilan Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB tesebut tergolong cukup sederhana. Wamen Widjajono sangat jarang terlihat mengenakan setelan jas. Adapun kemeja "kebangsaan" Wamen Widjajono adalah kemeja batik lengan panjang warna merah dengan motif warna-warni. Hal lain yang menjadi ciri khas penampilan Wamen Widjajono adalah rambutnya yang "agak" gondrong.
Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan menyebutkan, Wamen Widjajono kerap jengkel terhadap komentar-komentar yang dikeluarkan oleh para "pengamat dadakan" yang dianggapnya sok tahu tentang perminyakan, padahal tidak pernah mendalami soal perminyakan.
Rekan seangkatan Wamen Widjajono di ITB, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut temannya itu sebagai seorang yang lugas, lugu, jujur, baik, dan akademisi mumpuni. Warga masyarakat yang tinggal di sekitar kediaman Wamen Wdjajono juga menyebut Wamen sebagai sosok yang ramah, dermawan, dan bersahaja.
Widjajono Partowidagdo, lahir di Magelang pada tanggal 16 September 1951. Gelar sarjana teknik dari Program Studi Teknik Perminyakan ITB diperolehnya pada tahun 1975. Sedangkan gelar Master of Science (M.Sc) dalam bidang Petroleum Engineering (1980), dilanjutkan M.Sc dalam bidang Operation Research (1982), dan MA dalam bidang Economics (1986) dengan judul tesis "An Energy Economy Model for Indonesia" dari University of Southern California (USC).
Gelar Ph.D ia dapatkan dari universitas yang sama pada tahun 1987 setelah merampungkan desertasi yang berjudul "An Oil and Gas Supply and Economic Model for Indonesia".
Almarhum tercatat sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Pengelolaan Lapangan Migas ITB, dan Sekretaris Komisi Permasalahan Bangsa, Majelis Guru Besar ITB. Selain itu, Almarhum juga tercatat pula pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan ITB (1993-2004), Ketua Kelompok Keahlian Pemboran, Produksi dan Manajemen Migas Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (kini dipecah menjadi FTTM dan FITB) (2005-2007).
Karir Almarhum memang lebih banyak dilalui di lingkungan ITB. Baru pada tanggal 19 Oktober 2011, Presiden SBY mengangkat Almarhum sebagai Wamen ESDM.
Penulis sendiri berpendapat, Almarhum adalah sosok pemikir dan pendidik sejati. Kesediaan Almarhum untuk masuk dalam lingkungan birokrat, nampaknya bukanlah pilihan yang kurang tepat. Gaya berpikirnya sebagai seorang ilmuwan, cenderung berlawanan arus dengan konsepsi pemikiran para politisi. Pemikiran-pemikirannya lebih layak untuk dijadikan pandu bagi generasi muda bangsa yang sedang menemupuh jalur pendidikan di universitas.
Bangsa Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Dedikasinya kepada dunia pendidikan di tanah air hingga akhir hayatnya, merupakan satu bukti bahwa Almarhum adalah guru sejati, yang mengabdi dengan sepenuh hati, dan tak mengenal kata henti.
Selamat jalan Pak Wid.
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment