Thursday, 26 April 2012

Just Give It The Money, And I Will Give A Famous Name To You

To be blind is bad, but worse is to have eyes and not see.

- Helen Keller -

 

Hidup terasa indah apabila memiliki banyak teman. Dikatakan indah, karena ada kegairahan tersendiri yang bisa dirasakan apabila sudah bertemu serta menjalani saat-saat penuh kebersamaan bersama teman. 

 

Tidak sedikit pula orang yang (secara tidak langsung) mengatakan, kalau kedekatan hubungan mereka dengan teman-temannya, jauh lebih lekat apabila dibandingkan dengan kedekatan diri mereka pada anggota keluarga di rumah, bahkan dengan TUHAN. 

 

Namun entah mengapa, ada banyak pula orang yang mengaku kalau diri mereka telah dikecewakan oleh orang yang selama ini dianggapnya sebagai temannya. 

 

Kualitas hubungan pertemanan yang selama ini dibangun dan dijaga dengan baik, teramat mudah terkoyak, saat ada suatu permohonan bantuan yang dinyatakan. Tidak ada respon yang diberikan. Hanya diam, seolah-olah tidak pernah ada pembicaraan yang dilakukan sebelumnya. 

 

Padahal, permohonan bantuan yang dimintakan tidak berupa uang, dan tidak mengeluarkan banyak tenaga. 


Jika mau hitung-hitungan, sama sekali tidak ada nilai "kerugian" materi yang mungkin akan diderita, dan tidak akan menghabiskan energi apabila mau sedikit saja "membuang energi" untuk memberikan bantuan atau sebentuk "jawaban", meskipun jawaban itu, tidak seperti yang diharapkan. Nama baik dan citra diri juga tidak tercoreng apabila ada seungkap kata yang terucap / dituliskan.

 

Tentu saja, rasa galau segera melingkupi hati dan pikiran. Seribu kata tanya seakan ingin disampaikan : Kenapa diam? Apakah salah, kalau memberikan jawaban? Apakah salah kalau aku minta bantuan? Apakah aku sudah merusak suasana hati, serta mengganggu ketentraman dan kenyamanan hidupmu?

 

Apakah diam saja merupakan pilihan sikap terbaik yang bisa ditunjukkan untuk mengatakan "tidak" tanpa ada suara atau bait tulisan kata-kata sebagai sebuah jawaban? Atauuu... apakah sikap diammu itu, merupakan sebuah pernyataan sikap yang ingin menunjukkan bahwa kamu memiliki "kasta" lebih tinggi, sehingga fine-fine saja apabila tidak mengucapkan satu kata apapun? 

 

Memang benar adanya, segenap pandangan yang kita yakini, kita ketahui, dan/atau kita kehendaki, belum tentu sama dengan persepsi maupun cara pandang orang lain, terutama terhadap hal-hal yang sudah kita kemukakan. Namun itu bukan berarti, mendengar / membaca lalu diam, merupakan sebuah sikap ideal seseorang pada saat ada orang lain bertanya untuk meminta bantuan.

 

Kalau cuma diam saja, itu tidak memberikan terlalu banyak "kesan". Hal yang "paling berkesan", apabila sudah tidak mengucapkan kata iya atau tidak, hubungan pertemanan seakan terhenti sampai di pembicaraan itu saja. Huuffff...

 

Who is your friend? Teman adalah seseorang yang selalu ada disamping kita, baik di saat suka, maupun di saat kita sedang mengalami kesusahan. Itu pula sebabnya banyak yang bilang, derita sengsara yang ditimbulkan karena kehilangan teman, jauh melebihi kesengsaraan hati yang disebabkan oleh putusnya hubungan dengan pacar.

 

Sulit rasanya membayangkan, bagaimana seseorang yang dulu kita anggap kawan, sekarang sikapnya sudah seperti seorang "lawan". Antara mati gaya dan mati kata, agak sulit menerima perubahan sikap teman yang tiba-tiba menjauh tanpa kita sendiri dapat mengerti, apa penyebabnya. Tersinggung kah? Ego kah? Apa?  

 

Well, hubungan pertemanan nggak perlu menjadi rusak hanya karena enggan membantu. We are human. Siapa pun dan bagaimana pun kita, sikap saling mendukung (untuk hal-hal yang baik) di dalam hidup ini, perlu terus dihadirkan. Itu namanya, kita menjaga iklim pergaulan kita kearah pergaulan yang sehat.

 

Jika memang tidak bisa (membantu), katakan saja. Tidak ada unsur paksaan untuk siap membantu. Dan jangan pula merasa terpaksa kalau ingin membantu. Yang penting dikatakan, jangan didiamkan, lalu pergi.

 

Adanya keputusan untuk memutuskan hubungan pertemanan karena emoh membantu, justru menimbulkan sebuah prasangka, bahwa kita bersikap layaknya seorang teman, hanya karena ada maunya saja. Sedangkan pada sisi yang lain, kita sendiri nggak mau disusahkan saat keadaan susah sedang dihadapi teman.

 

Hidup memang penuh dengan kejutan dan misteri. Namun, janganlah kejutan serta misteri kehidupan itu berasal dari sikap kita yang tiba-tiba menjadi pribadi yang misterius. Bertemanlah secara wajar. Jangan berlaku timpang atau sesuka hatinya saja. Ekspektasi orang lain tentang diri kita, akan langsung berubah (kearah pikiran negatif) apabila kita hanya mau senang dan bahagia sendiri saja. 

 

Menjalani kehidupan pertemanan, tidak terlepas dari adanya sikap loyalitas kita untuk menghadirkan sikap saling menghargai dalam satu cinta yang tak pernah berlaku satu arah. Ada hubungan timbal balik, ada pengorbanan, dan nilai-nilai kebersamaan serta kesetaraan dalam derajat yang sama. Kita harus mau melihat, bukan mendengar serta membaca, lalu pergi. 

 

 

 

.Sarlen Julfree Manurung

No comments:

Post a Comment