Beberapa hari yang lalu, teman saya di milist, Petra Rumata br. Hombing, memposting satu pertanyaan untuk mendapatkan tanggapan dari rekan-rekan sesama anggota milist. Pertanyaan Ito Petra itu : Kenapa sih, ada orang yang susah sekali untuk minta maaf? Hmmm… kenapa ya?
Menarik untuk dibahas dan memperoleh tanggapan yang serius nihhhh... karena memang, kondisi seperti itu, ada didalam kehidupan.
Apabila ada kata maaf yang harus diucapkan, berarti ada perkataan atau perbuatan salah yang telah terjadi. Pada saat kata maaf harusnya atau seharusnya, rata-rata sifatnya adalah kasuistik. Namun tidak tertutup kemungkinan, kata maaf itu diucapkan meskipun orang yang akan menerima pernyataan maaf, tidak merasa ada kata maaf yang harus dikatakan.
Meskipun ada sesuatu hal yang salah atau sesuatu yang tak benar yang telah dirupakan, namun tidak mudah bagi sejumlah orang untuk merendahkan hati mereka sehingga dapat mengucapkan kata-kata : “Saya minta maaf.”
Permintaan maaf susah diucapkan karena beberapa hal.
1. Gengsi (menjaga superioritas diri)
Seseorang dapat susah mengucapkan kata maaf karena didalam diri serta benak pikiran seseorang itu, ada perasaan gengsi atau tidak mau mengakui kesalahan, karena tidak ingin image dirinya turun hanya karena seseorang itu telah berbuat salah.
Adanya pribadi diri yang susah mengucapkan kata maaf dengan alasan gengsi ini, terjadi karena seseorang itu ingin menjaga superioritas (berkaitan dengan : usia, jabatan/pangkat, status ditengah-tengah masyarakat, senioritas) diri seseorang dihadapan orang lain atau terhadap komunitas masyarakat tertentu yang ada disekitarnya.
Biasanya, seseorang yang susah mengucapkan maaf karena merasa memiliki superioritas ini adalah seseorang yang merasa lebih tua atau lebih senior apabila dibandingkan dengan orang yang harus ditemui untuk meminta maaf, seseorang yang merasa memiliki jabatan atau pangkat yang lebih tinggi, serta seseorang yang merasa memiliki status/derajat diri (contohnya : orang kaya biasanya sulit minta maaf kepada orang miskin) ditengah-tengah komunitas masyarakat tertentu.
Namun bisa pula perkataan minta maaf sulit diucapkan oleh seseorang yang “merasa” diri dan harga dirinya direndahkan oleh karena harus mengucapkan kata maaf kepada orang lain. Biasanya, seseorang yang memilih bersikap seperti ini adalah seseorang yang selalu menginginkan orang lain yang terlebih dahulu menyatakan kata maaf kepadanya.
2. Keras Kepala / Egois
Kata maaf sulit dapat pula sulit diucapkan karena seseorang merasa apa yang dilakukan atau dikatakannya, bukanlah sebuah kesalahan atau merupakan sesuatu hal yang salah.
Dalam hal ini, adanya sikap keras kepala mengemuka karena seseorang yang susah untuk mengucapkan kata maaf itu, tidak ingin menyangkal tindakan atau perkataan yang telah dilakukan atau yang telah diucapkannya, karena ia merasa telah melakukan sesuatu yang benar atau sesuatu yang dapat dibenarkan.
Jadi, kata maaf itu tidak terucapkan karena seseorang itu merasa tidak melakukan atau mengucapkan sesuatu hal yang salah (sebagai contoh : pernyataan yang bernada "agak kasar" saat menasehati, akhirnya mengucapkan kata yang "agak kasar" karena seseorang yang diajak berdiskusi tetap saja mempertahankan argumentasi yang kita anggap gak benar).
Pada sisi yang lain, kata maaf juga susah diucapkan oleh pribadi manusia yang cuek atau acuh tak acuh dengan kondisi atau keadaan disekitarnya.
Bagi seseorang yang memiliki kepribadian cuek, segala sesuatunya dilakukan dinyatakan berdasarkan anggapan atau penilaian dirinya semata.
Apabila dirasakannya mengucapkan kata maaf dianggap sebagai sebuah pernyataan yang tidak perlu untuk diucapkan, maka seseorang yang memiliki kepribadian cuek, tidak akan bersedia untuk melakukannya (bahkan untuk memikirkan agar mau melakukannya pun, besar kemungkinan pula, mereka tidak mau).
3. Malu karena merasa punya salah
Bagi sejumlah orang, perbuatan salah atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani adalah aib. Sedangkan bagi sejumlah orang lainnya, meminta maaf karena merasa memiliki kesalahan tak dapat diekspresikan karena dirinya cemas kalau dirinya minta maaf, ia justru akan dipermalukan oleh orang yang didatangi untuk dimintakan ketulusannya agar mau memaafkan.
Tidak semua orang siap dalam posisi dapat mengucapkan dengan lancar kata maaf. Selain takut dipermalukan, permintaan maaf dapat tak terucap dari mulut seseorang, karena adanya perasaan rendah diri dalam diri seseorang tersebut.
Dalam hal ini, perasaan takut ditolak permintaan maafnya lebih mengemuka dibandingkan keinginan kuat untuk tetap menyatakan permohonan maaf, karena seseorang itu merasa, status, derajat, atau pangkat dirinya lebih rendah dari orang yang akan ditemuinya untuk dimintakan ketulusannya agar mau menerima maaf yang dinyatakannya.
Pada dasarnya, berani mengakui kesalahan dengan mengucapkan kata maaf, merupakan sebuah kegiatan rekonsiliasi untuk maksud mendamaikan suasana. Pola pemahaman yang sama juga berlaku untuk setiap situasi dimana seseorang merasa tidak melakukan kesalahan, namun suasana atau keadaan yang dihadapinya kemudian, berubah atau tidak lagi sama dengan keadaan pada saat ada suatu pemikiran kalau ada sesuatu yang kesalahan.
Bagi sejumlah orang, mengucapkan kata maaf, mungkin adalah sebuah beban. Akan tetapi apabila mereka mencoba menelaah lebih mendalam lagi hakekat dan kebaikkan yang akan didapatkan saat mereka tidak berkeras diri untuk tidak mengucapkan kata maaf, maka mereka akan tahu, bahwa sebuah kata maaf akan memberikan kelegaan atau pembebasan diri dari adanya perasaan bersalah maupun kondisi yang tidak nyaman ketika sebuah kesalahan terjadi.
Ketika segala sesuatunya membuat kita merasa tidak nyaman, atau ketika keadaan menjadi tidak menyenangkan saat kesalahan terjadi (dianggap telah terjadi), beranikanlah diri untuk mampu mengucapkan kata : "Saya minta maaf."
Akan lebih baik lagi, kalau upaya untuk meminta maaf itu, muncul dari dalam hati, sebagai sebuah kesadaran, sebagai sebuah keinginan untuk menciptakan kedamaian suasana, baik didalam hati maupun dalam lingkungan pergaulan.
.Sarlen Julfree Manurung
No comments:
Post a Comment