Pagi itu, alarm reminder di HP Rico berbunyi nyaring saat dirinya sedang mengerjakan tugas yang diberikan atasannya di kantor. Rico lalu membaca pesan reminder yang dibuatnya beberapa waktu lalu, yang memang sengaja dibuat untuk bisa mengingatkan Rico tentang sesuatu hal.
Isi pesan itu : besok Tasya ulang tahun.
Siapakah Tasya ini?
Tasya adalah sahabat Rico. Persahabatan di antara mereka sudah berlangsung 10 tahun lamanya. Tepatnya, semenjak mereka masih duduk di bangku SMP.
Rico mengenal Tasya sebagai anak orang kaya yang tulus dan baik hati. Bagi Rico, nilai ketulusan serta kebaikkan hati Tasya adalah Cum Laude, karena memang seperti itulah kepribadian yang melekat dan menonjol dari diri Tasya.
Menurut Rico, perbedaan mencolok yang ada pada diri Tasya apabila dibandingkan dengan anak-anak orang kaya lainnya, Tasya tidak sungkan-sungkan untuk bergaul dan berteman dengan Rico, anak seorang PNS golongan IIc yang tinggal di sebuah rumah kontrakan type 36.
Tidak hanya dengan Rico, Tasya juga dekat dengan kedua kakak Rico dan kedua orang tua Rico. Tasya sangat akrab dan tidak jengah untuk berinteraksi dengan keluarga Rico meskipun hanya seadanya saja.
Banyak perbuatan baik yang telah dirupakan Tasya kepada Rico dan keluarganya Rico. Lebih tepatnya, sangat banyak sekali. Kebaikkan hati Tasya itu, bahkan masih terus berlanjut hingga kini, saat Rico sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Memang sih, sebagian besar berkaitan dengan pemberian barang dan materi. Yaaahhhh... mau dibilang apa lagi. Kondisi ekonomi Rico memang jauh dari mencukupi.
Berbagai benda dan materi pemberian tulus berdasarkan kebaikkan hati Tasya, memang pada akhirnya cukup banyak membantu memenuhi kebutuhan atas hal-hal yang sulit diperoleh apabila hanya mengandalkan gaji yang diterima bapaknya Rico.
Bisa dibilang, gaji bapaknya Rico, cuma cukup untuk bayar uang kontrakan rumah, biaya makan sehari-hari, dan membayar cicilan kredit motor bapaknya Rico.
Pernah dalam 1 kesempatan, Rico bertanya kepada Tasya soal sikap tulus serta baik hati yang ditunjukkan Tasya pada dirinya dan keluarganya.
"Tas, kenapa sih, kamu begitu baik sama aku dan keluarga aku?"
Mendengar pertanyaan Rico, Tasya cuma tersenyum. Kemudian ia menundukkan kepala. Diam sejenak lalu kembali menegakkan kepala, masih dengan bibir yang tersenyum manis.
"Pertama, karena kamu juga baik sama aku."
"Kedua, karena keluarga kamu, juga baik sama aku."
Rico gak puas dengan jawaban Tasya. Lalu ia mengajukan pertanyaan kembali kepada Tasya.
" Tapi Tasya, kami sulit membalas kebaikkan hati kamu selama ini? Kami gak punya apa-apa."
Mendengar pertanyaan Rico, kembali Tasya tersenyum.
"Kalian menerima aku apa adanya dengan keramahan kalian, itu sudah cukup. Itu sudah jauh lebih berharga dari pemberian apapun."
Jadi, ini soal penerimaan saja? Cuma itu?
- - -
Hari telah sore. Rico segera berangkat menuju sebuah mall yang letaknya tidak jauh dari kantornya. Ia berkeliling-keliling ke berbagai toko yang ada di mall itu. Rico sempat masuk ke sebuah departemen store, namun tak lama ia disana karena merasa gak jago memilih model pakaian, model sepatu atau aksesoris yang ada di departemen store tersebut.
Rico hampir patah semangat. Ia memilih berhenti sejenak. Tujuannya, gerai tempat menjual minuman dingin. Rico memilih minum Teh Kotak untuk melepas dahaga dan membuka otaknya yang dirasakan buntu.
Pada saat menikmati minuman dingin, mata Rico tertuju ke arah sebuah toko buku rohani. Ia diam sejenak, lalu segera beranjak ke toko itu.
Tak lama, Rico sudah menenteng sebuah kantung belanja. Isinya? Apa lagi kalau bukan kado untuk Tasya.
- - -
Esok paginya, sebelum berangkat ke kantor, Rico mengusahakan dirinya untuk mampir ke rumah Tasya. Melalui pesan SMS, Rico sudah memberitahu Tasya kalau dirinya akan mampir ke rumah Tasya.
Ternyata, Tasya sudah berada di teras depan rumahnya saat Rico tiba di rumah Tasya. Sahabatnya itu segera membukakan pintu pagar.
"Masuk, Ric."
Mereka langsung menuju kursi santai yang ada di teras. Kemudian Rico menyerahkan bungkusan kado yang terbungkus tas plastik kepada Tasya.
"Selamat ulang tahun ya, Tasya."
"Makasih. Duhhhh... Jadi senang nih, pagi-pagi dah nerima kado."
"Jangan marah ya, aku masih belum bisa memberikan yang mahal. Bagiku, ini adalah kado terbaik yang bisa aku berikan, karena kamu sudah baik sama aku dan keluargaku."
"Waaahhhh... jadi pengen tahu, buka yaaa...?" Kata Tasya.
Rico cuma mengangguk. Tanpa melihat anggukan Rico, Tasya segera membuka bungkus kado berbentuk kubus pemberian Rico.
Sewaktu bungkus kado dan kotak tempat kado telah berhasil dibuka, terlihat wajah Tasya sedikit terkesima, karena kado ulang tahun pemberian Rico adalah sebuah ALKITAB.
"Mungkin kamu kaget melihat kado yang aku berikan. Mohon jangan berpikir macam-macam tentang pemberianku ini. Buat aku, itu adalah kado yang terbaik. Kamu tahu, aku tak sanggup untuk membeli barang mewah atau benda yang mahal harganya untuk aku jadikan kado buak kamu, Tasya. Kalau dinilai dengan uang, mungkin tidak seberapa. Tapi, kalau kita mengetahui dan memahami dengan baik isinya, nilainya jauh lebih tinggi, bahkan apabila semua uang yang ada di dunia ini, dikumpulkan."
Rico terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan perkataannya.
"Kamu gak marah kan, aku memberikan kamu kado, ALKITAB?"
Tasya tersenyum.
"Thanks, Rico. Aku nggak marah kok. Ini adalah kado termahal yang pernah aku terima saat merayakan ulang tahun. Terima kasih, sobat."
- - - - -
"Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat."
(Yesaya 55 : 2)
- - - - -
GBU Everybody.
.SARLEN JULFREE MANURUNG